Gimana jadinya jika Putri bangsawan kelas atas jatuh cinta pada Kesatria yang ternyata merupakan keturunan iblis.
Awalnya sang putri hanya ingin berteman dan bermain bersama. Namun disaat sedang bermain, mereka berdua diserang iblis jahat. Mereka berdua dalam bahaya, sang putri tak bisa berbuat apa apa. Untung saja si mc keturunan iblis, jadi dia bisa melindungi sang putri.
Mulai saat itu sang putri berjanji untuk membalas budi pada sang mc, bahkan berjanji untuk menjadikannya suami.
Karya ini hanya karangan belaka, segala sesuatu yang mirip hanyalah kebetula.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zeyynmaloth, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebusukan
Malam itu, angin bertiup kencang. Udara terasa dingin jika berlama-lama diluar. Suasana kota tampak sunyi nan sepi. William yang sedang berada di dalam istana nampaknya melangkahkan kaki mendekati Princess Mary yang sedang duduk di salah satu ruangan besar.
"Bolehkah aku minta waktu mu untuk konsultasi?" Perkataan William diikuti dengan nada lembut. Sontak Princess Mary menggerakkan kepalanya lalu menatap mata William.
"William? ada apa ya kok kelihatan nya serius gitu?" tak ada perubahan ekspresi pada wajah Princess Mary.
"Aku mendapat mimpi aneh, iblis yang rupanya mirip dengan manusia berkata 'Aku akan selalu melindungi kamu.'" Tanpa sadar ucapan William itu membuat tangannya mengepal kuat..
Ekspresi Mary berubah seketika, kemudian dia mencoba untuk tetap tenang lalu berkata "Iblis mau melindungi mu? Jangan bercanda!" Matanya menoleh ka kanan ke kiri tanpa sadar, seolah menatap mata William sedang sakit dan bisa saja dia tertular.
"Aku tak bercanda. Kau tahu, iblis itu malah baik padaku." Hati William terasa hangat ketika mengucapkan itu. "Kau bilang iblis dengan rupa mirip manusia ya..." ucap Mary, matanya dipejam dan mulai berkelahi dengan pikirannya.
"Sejauh ini aku hanya menjumpai iblis dengan tubuh aneh, entah merangkak, ataupun bertubuh ungu. Anehnya kali ini dia berwujud seperti manusia," ucap William.
Princess Mary kini membuka matanya, dia melihat ke lantai dan masih tak mau melihat William "Hhmm... aku tidak tahu apa pun," ucap Mary, tangannya mengepal, ditempel di pipi.
"Tapi kan anda selalu membaca buku tentang iblis, yakin tak tahu dengan iblis yang mirip dengan manusia namun matanya merah menyala?" William benar benar ingin Princess Mary menjawab. Tanpa ia sadar tangannya terangkat setinggi perut.
"Maaf, tapi aku belum tahu. Iblis yang rupanya mirip dengan manusia hanyalah Demon Lord. Mereka memanfaatkan wujudnya yang seperti itu untuk mengelabui manusia dan membuat manusia jatuh kedalam kegelapan," ucap Mary. "Apa pernyataan ku masih kurang?" nadanya dipercepat.
"Kalau Demon Lord aku juga tahu, iniー" tiba-tiba ucapan William dipotong. "Jika kau ingin berbicara lagi, temui aku di lain waktu. Ini sudah larut kau tahu," ucap Princess Mary dengan wajah tak ramah. Dia beranjak dari kursi dan meninggalkan William sendirian.
"Aku yakin ada yang ia sembunyikan dariku," pikir William. "Baik Zeyynmaloth senior, paduka raja, atau siapapun itu. Mereka tak ada yang mau memberi tahuku." William membalikkan tubuhnya lalu menatap Mary yang tadi melewatinya dengan kasar.
"Seandainya kau masih ada di sampingku, sudah pasti aku akan langsung menanyakan hal ini pada nya."
Di malam yang sama, akademi sihir sedang dalam suatu penyelidikan. Penyelidikan yang dilakukan Guinevere dan 3 sahabatnya sedang berlangsung, nampaknya mereka bersembunyi dan berusaha mencari tahu tentang sikap aneh Don. Mereka bersembunyi dibalik rerumputan diluar dan menggunakan sihirnya untuk menyamar menjadi bebatuan. Disana mereka bisa memantau siapa saja yang masuk maupun keluar akademi.
"Sejauh ini, kita tak melihat siapapun yang masuk maupun keluar," ucap Guinevere. Kita tak tahu ekspresinya seperti apa karena dia menjadi bebatuan kecil.
"Biasanya jam segini dia keluar, dia nunggu sepi dulu," suaranya terdengar jelas bahwa itu suara Penny.
"Baiklah, mari kita tunggu dia!" seru Guinevere.
Benar ternyata Don, pergi keluar dengan pandangan yang tak konsisten. Dia berjalan sembari melihat ke kiri ke kanan. Jantungnya berdetak kencang dan hatinya tak tenang. "Entah hanya firasat ku saja atau memang benar ada yang sedang mengawasi ku." Pandangan Don melihat sekitar, siapa tahu ada seseorang yang bersembunyi dibalik rerumputan.
Langkah kaki Don mulai membawanya menjauhi akademi lalu Don menghilang karena jarak pandang yang sudah kabur.
"Baiklah, ayo kita ikuti dia!" ajak Guinevere. Mereka berempat kemudian menunjukkan wujudnya masing-masing.
"Pokonya kita usahakan agar tidak kehilangan jejaknya," ucap Penny. Kedua tangannya mengepal erat setinggi dada tanpa sadar tanda tekadnya.
Mereka berempat terbang dan menutup mulut rapat-rapat. Lelaki yang sedang berjalan menjauh itu sepertinya tak tahu sedang diikuti. Langkahnya santai namun tidak dengan hatinya.
Semakin dalam memasuki hutan, semakin gelap pula. "Apa sebaiknya kita menggunakan Light Magic agar pencahayaan kita cukup?" tanya Henny. Tuturnya pelan.
"Masalahnya, jika itu dilakukan, Don pasti akan langsung menoleh ke belakang. Dia pasti akan langsung sadar sedang diikuti," bisik Princess Guinevere.
"Hpmm... rupanya dugaan ku benar." Don menoleh ke belakang karena kebisingan yang masuk ke telinga Don.
Dirasa sedang diikuti, Don mempercepat langkahnya. "Don, tunggu!" seru Penny begitu melihat Don berlari. Mereka terbang dan berusaha agar tak kehilangan jejak Don.
Namun, karena tak mendapat penerangan yang pas. Mereka kehilangan jejak Don. Entah sihir apa yang dipakai Don sampai jejaknya tak bisa ditebak sama sekali.
"Sial. Kita kehilangan jejaknya," ucap Penny dengan nada tinggi. Tangannya mengepal dan merasa ingin memukul dinding.
"Sebaiknya kita lanjutkan pencarian Don," ucap Henny.
"Itu benar, sebaiknya kita tingkatkan pencahayaan kita agar bisa menemukannya," bela Guinevere.
Tiba-tiba saja, air dari langit mengenai tubuh mereka. Princess Guinevere dan yang lainnya menoleh ke atas, rupanya hujan gerimis turun. Suhu mendadak turun drastis dan itu benar-benar membuat tubuh mereka tak nyaman.
"Hujan..." ucap Lily, tangannya dibuka, merasakan air yang berjatuhan.
"Ini pasti hari keberuntungan Don," ucap Penny. Wajahnya nampak begitu tak puas akan hasil mereka.
"Penny, sabarlah! Kita bisa mengadukan ini pada guru kita," ucap Guinevere. satu tangannya menyentuh bahu Penny.
Mereka ber empat kembali ke akademi sihir dengan tubuh kedinginan dan basah kuyup. "Aku rasa ini waktu yang tepat untuk mandi air panas," ujar Lily.
Di sisi lain, di hutan rindang yang gelap dan sejuk. Tampak Don dan Lilith sedang berhadap hadapan. Tatapan mata Don yang melihat Lilith bukan seperti pada rekan, bukan pula seperti pada musuh.
"Jangan khawatir, mereka tak akan merusak rencana kita," ucap Lilith dengan percaya dirinya.
"Mereka bisa saja mengadukan ini."
"Biarpun begitu, tetap saja kita yang akan menang. Kita telah melangkah lebih depan dibanding mereka."
"Baiklah Lilith, apa rencana penyerangan besok?"
"Kau pernah bilang kau siap melakukan apa saja untuk Putri Guinevere mati. Ucapan itu terus saja terngiang-ngiang dalam kepalaku." Tampak senyum tipis dari wajah jahatnya.
"Fokuslah!" Nada bicara Don tinggi. Mendengar hal itu Lilith langsung saja mengambil sesuatu. "Pakai kalung dengan batu yang penuh energi gelap ini! Aku yakin para guru akan menyadari energi gelap yang terkandung didalamnya, tapi mereka tidak akan sempat berbuat apapun. Kehilangan kesadaran akan terjadi terlebih dahulu terjadi daripada sempat untuk menyerang," jelas Lilith.
"Jadi, maksud mu kalung ini akan membuat orang terhipnotis dengan mudah? Jadi ini adalah alat hipnotis tingkat tinggi?" tanya Don sembari menerima kalung dari Lilith.
"Yap benar sekali, kau hanya perlu mengajak mengobrol mereka dan tanpa sadar mereka akan langsung terhipnotis dan akan jadi seperti orang yang depresi, kehilangan arah, dan tak akan mengeluarkan sihir apapun."