NovelToon NovelToon
Selir Hati Mr. Billionaire

Selir Hati Mr. Billionaire

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Nikahkontrak / Patahhati
Popularitas:6.7M
Nilai: 4.8
Nama Author: alya aziz

Menjalani hubungan pernikahan, tanpa mengharap di cintai, tanpa tuntutan, dan tanpa mengharapkan sebuah pengakuan.

Tak pernah terlintas di dalam benak Arumi, bahwa ia akan menjalani sebuah hubungan pernikahan rahasia dengan seorang pria yang baru saja resmi menjadi seorang duda.

Pelariannya dari kejaran para rentenir, malah membuatnya kehilangan hal terakhir yang paling berharga baginya yaitu kesuciannya. Alfaro yang malam itu dalam kondisi mabuk telah merenggut kesuciannya di saat ia tidak sadarkan diri.

Sudah terlanjur basah, kenapa tidak sekalian menceburkan diri saja. Alfaro yang haus akan kehangatan dan belaian seorang wanita, memberikan sebuah penawaran gila kepada Arumi.

"Tugas mu hanya melayaniku selama satu tahun, aku akan melunasi semua hutang mu pada rentenir itu dan juga memberikan mu pekerjaan."


Hanya ada dua pilihan, mati secara perlahan di tangan rentenir atau menerima tawaran sang duda yang membutuhkannya sebagai penghangat ranjang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alya aziz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab.23 (Siapa Bima?)

Bima memandangi meja kerja Arumi yang sedang kosong. Rasa cemas mulai menderanya saat mengetahui jika Arumi sedang berada di ruangan Presdir karena terlibat pertengkaran. Ia sampai melewatkan jam makan siangnya karena terlalu khawatir.

Di lihatnya jam di tangannya yang menunjukkan pukul dua siang, kenapa Arumi belum datang juga. Bima pun tidak bisa menahan diri lagi, ia akan menyusul Arumi ke ruangan Presdir. Ia membereskan berkas-berkas yang menumpuk di atas meja kerja dan beranjak dari duduknya. Tapi baru saja ia hendak melangkah, tiba-tiba saja ponselnya berdering tanda panggilan masuk.

"Hallo?"

[Bima, mami dan Daddy sudah berada di bandara, jemput kami sekarang.]

Pangilan telepon itu langsung terputus, Bima bahkan tidak sempat berkata apa-apa. Gagal sudah ia menyusul Arumi ke ruangan Presdir. Karena tiba-tiba saja kedua orangtuanya datang. Ia pun kembali ke meja kerjanya, meraih tas dan juga kunci motor yang ia pakai ke kantor.

~

Bima melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, membela kemacetan yang selalu teman setia, saat ia memutuskan untuk menjalani hidup mandiri di tengah ibu kota negeri kelahirannya. Motor itu tidak berhenti di parkiran bandara namun berhenti di sebuah parkiran Apartement mewah yang terletak tidak jauh dari kantor.

Bima memarkirkan motornya di basement Apartement, kemudian ia beralih masuk kedalam sebuah mobil mewah yang terparkir tepat di samping motornya. Ia kembali tancap gas meninggalkan basement apartement. Ya, Bima bukanlah orang biasa, ia hanya berpura-pura biasa-biasa saja. Pria yang punya cara hidupnya sendiri meski ulahnya selalu berhasil membuat asam lambung sang mami kambuh dan tekanan darah sang Daddy naik.

Sudah satu tahun ia menginjakkan kaki di Indonesia, setelah kurang lebih dua puluh tahun tumbuh besar di negeri Jiran Malaysia. Setelah lulus kuliah, ia tiba-tiba saja punya ide gila, yaitu bekerja sebagai pegawai biasa di sebuah perusahaan ternama di tanah kelahirannya Indonesia.

Meskipun di tentang kedua orangtuanya. Tapi ia berusaha. Segala macam cara ia lakukan sampai akhirnya berhasil meyakinkan kedua orangtuanya dengan di bantu kakak perempuannya tapi dengan satu syarat, yaitu Bima harus tetap memakai fasilitas yang di berikan kedua orangtuanya dan tidak tinggal di kost-kostan yang sebenarnya Bima rencanakan.

~

Setelah kurang lebih dua puluh menit perjalanan, akhirnya mobil mercy itu terparkir di parkiran bandara. Dengan kacamata hitam menutupi kedua matanya Bima berjalan masuk ke bagian dalam bandara internasional Soekarno Hatta.

Senyumannya langsung terpancar saat dari kejauhan ia bisa melihat mami dan Daddy sedang duduk di kursi tunggu dengan bosan. Seorang pengusaha asal negeri Jiran yang duduk menunggu sang putra satu-satunya datang menjemput, terlihat lucu juga saat melihat kedua orangtuanya yang tidak biasa menunggu, kini harus merasakan hal itu.

"Ma.. Dad..." teriak Bima dari jarak lima meter.

Sang mami yang tadinya terlihat bengong, kini berlari kearah sang putra. Rasa rindu yang sudah mencapai puncaknya, rasa kesal yang siap-siap ia tumpahkan kepada sang putra kini berbaur menjadi satu. Sementara Daddy-nya tidak lagi sanggup berlari karena asam urat yang tiba-tiba saja kambuh, ia hanya mampu berjalan perlahan, menyusul sang istri yang saat ini sedang memeluk putranya.

"Oh my God ... kenapa kulit kamu jadi coklat begini sayang," keluh mami saat melihat sang putra yang sudah banyak berubah.

"Sudahlah mi, Bima tetap tampan meski menghitam," ucap Bima lalu tersenyum Pepsodent depada sang mami, memperlihatkan deretan gigi putih yang tersusun dengan rapi.

"Tidak, tidak bisa, setelah ini kamu harus segera melakukan perawatan. Dad! Lihat putra mu, kenapa jadi seperti ini."

"Ah sudahlah, ayo kita ke Apartement Bima, pinggang ku sakit," ucap Daddy sambil memegangi pinggangnya.

"Siap Dad," ucap Bima sambil membatu Daddy-nya berjalan.

...***...

Di lain tempat, Arumi dan Alfaro masih dalam posisi mereka. Dahi mereka saling bertumpu, dengan nafas yang masih tersengal-sengal, karena c*iman panas yang berlangsung cukup lama. Bibir Arumi pun terlihat bengkak karena serangan Bertubi-tubi yang di lakukan Alfaro.

"Anda sudah melanggar perjanjian kita dua kali, apa saya bisa mengurangi masa perjanjian kita selama dua bulan, agar lebih adil?" tanya Arumi dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Ck, kamu memerintah ku? Jangan pernah bermimpi kamu bisa meminta hal itu," decak Alfaro.

Alfaro menjauhkan dirinya dari Arumi karena ia malah semakin menginginkan hal yang lebih dari sekedar ciuman panas. Ia berjalan menuju meja kerjanya, meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja untuk menghubungi Aril.

"Pergi ke butik, dan beli beberapa pasang pakaian wanita," ucap Alfaro saat teleponnya sudah tersambung.

[Baik Tuan.]

Alfaro mengakhiri panggilan telepon itu dan kembali berbalik melihat Arumi yang belum meninggalkan tempatnya. Ia berjalan mendekati Arumi yang terlihat kesal padanya. Arumi mebuang pandagan ke sembarang arah menghindari netra coklat yang kini kembali fokus kepadanya.

"Duduklah di sofa, aku baru saja meminta Aril untuk membelikan kamu pakain ganti, setelah itu kamu boleh pergi," ucap Alfaro kepada Arumi.

Alfaro berbalik, melangkah kembali ke meja kerjanya, akhirnya ia sudah bisa menormalkan dirinya dan sesuatu di dalam sana sudah mulai tenang. Baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba saja langkahnya terhenti saat mendengar suara Arumi.

"Ahk, sakit sekali," keluh Arumi yang sudah duduk di lantai sambil memegangi kakinya.

Melihat itu Alfaro langsung bergegas menghampiri Arumi, ia duduk bersimpuh di hadapan Arumi yang terlihat kesakitan, "Kaki kamu kenapa lecet begini?"

"I-itu, karena ... sepertinya sepatu saya sempit, sekertaris anda membelikan sepatu tanpa bertanya ukuran, ya pasti akhirnya begini. Kaki saya sudah lecet karena perkelahian tadi dan karena anda kaki saya malah semakin parah seperti ini," ucap Arumi kesal.

"Hah, kau ini lucu sekali, malah menyalahkan ku! Dimana kartu yang aku berikan padamu, kenapa tidak membeli sepatu baru. Apa kamu tidak bisa menggunakannya! Menyetir mobil tidak bisa dan menggesek kartu saja juga tidak bisa, sebenarnya kamu bisanya apa," oceh Alfaro yang tidak kalah kesalnya.

Arumi tidak berani lagi menimpali ucapan Alfaro yang sudah memasuki mode siaga satu. Ia menundukkan pandangannya seraya melepaskan sepatu terkutuk itu dari kakinya. Hari ini ia merasa begitu sial, karena harus menemukan musuh baru di tempat kerja, si Clara pasti akan terus menggangunya setelah kejadian itu.

Saat Arumi berusaha bangkit dari lantai, tiba-tiba saja Alfaro mengangkat tubuhnya ala bridal style. Sontak Arumi langsung mengalungkan tangannya di leher Alfaro. Ia memadangi Alfaro yang saat ini juga sedang menatapnya.

"Aku hanya tidak mau kamu menyalahkan ku lagi jika tiba-tiba kamu jatuh saat berjalan, diam dan menurut lah," ucap Alfaro lalu berjalan sambil menggedong tubuh Arumi menuju sofa ruang kerjanya.

"Taun," panggil Arumi yang masih berada dalam gendongan Alfaro.

"Apa," ucap Alfaro yang terus melangkah tanpa melihat Arumi.

"Karena kaki saya sedang sakit ... malam ini kita libur ya," pinta Arumi ragu-ragu.

Alfaro menghentikan langkahnya dan beralih menatap Arumi dengan dahi yang mengkerut, "Tidak, tidak akan aku biarkan, sudah terlalu lama aku menahannya dan malam ini kamu hanya perlu berpenampilan sexy seperti biasa, berbaring manis di atas ranjang, dan aku yang akan mengatur semuanya," ucap Alfaro dengan tatapan penuh arti. Ekspresi Arumi tiba-tiba saja berubah menjadi cemberut karena mendengar penuturan Alfaro.

Bersambung 💓

Jangan lupa like+komen+vote ya readers 🙏😊

1
Muna Junaidi
Mana aqua🫣🫣🫣
Yuliana Rahmawati
Luar biasa
Yuliana Rahmawati
Lumayan
Muna Junaidi
Gak bau jigong rum🫣🫣
Muna Junaidi
Aril jomblo ya gak ada yang nembak main dong ke israel pasti banyak yang nembak😂😂😂
Muna Junaidi
Hadir thor
tri
ets dah ada yg cemburu, ,/Shy//Shy//Shy/
tri
Luar biasa
Fajar Ayu Kurniawati
.
Riza Rama
Kecewa
Riza Rama
Buruk
tri
,/Facepalm//Facepalm/ dinda mmg the best kelakuannya, aril....aril, knp ga ngaku aja sik
Idha Giatno
Luar biasa
Nenie Chusniyah
luar biasa
MommaBear
Luar biasa
Anonymous
ok
Rahma Putri
Luar biasa
Alet
keren
Ririn Nursisminingsih
meleleh a thor😍😍
Ririn Nursisminingsih
thor semua karyamu udah a baca...penulisanya sangat bagus alurnya tidak berbelit2 a suka..💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!