Anak Sultan Milik CEO

"Fajri, om kelupaan sesuatu" ucap Rai dari luar.

deg....

Jantung Fajira terasa ingin melompat saat ini karna mendengar suara bariton itu

"eh Ada bundanya Fajri. Apa kabar bu?" ucap Ray sopan.

"baik pak, Bapak apa kabar?" beruntung Fajira masih sempat untuk menutup maskernya kembali. Sambil menahan gemuruh di dalam dadanya, ia mengulurkan tangan mulus miliknya kepada Ray.

"saya baik. Ah iya selama saya kenal dengan Fajri kita baru dua kali bertemu ya bu. Saya Ray" ucap Ray membalas uluran tangan Fajira

"panggil saja Bunda Fajri Pak Ray"

"apa gak ada nama selain dari bunda Fajri?" ucap Ray menggaruk tengkuknya.

"Fajira" celetuk Fajri tanpa dosa tersenyum ke arah bundanya. Sementara Fajira langsung membekap mulut anaknya yang Ember itu.

Astaga nak, kenapa mulut kamu ember banget.

deg...

Apa dia perempuan itu?.

Mata Ray membola mendengarkan nama itu. Ia menatap Fajira intens dengan mata yang tidak bisa mengerjab. Ia merasa saat ini waktu seolah berhenti berputar.

Aku menemukannya, tuan harus tau ini.

"Fa-Fajira?. Apa kamu perempuan..."

"Aji tunggu disini dulu ya nak, Bunda mau ngomong sama om Ray dulu" ucap Fajira memotong perkataan Fajri.

"iya bunda" ucapnya patuh sambil bermain ponsel miliknya.

"ikut saya sebentar tuan" ucap Fajira menarik tangan Ray dan membawanya keluar cafe itu

"apa kamu Fajira pelayan restoran itu" Desak Ray tidak sabar ketika mereka berada di luar.

"i-iya tuan. Saya sudah pergi jauh dari hidup tuan dan atasan tuan. Namun saya juga tidak bisa menolak keinginan anak saya. Tolong jangan hancurkan harapan anak saya tuan, saya mohon" Ucap Fajira tegas namun masih terselip rasa takut. Ia sudah ketahuan sekarang.

"apa Fajri anak tuan Irfan?" tanya Ray dan sukses membuat Fajira bungkam.

"jawab Fajira" Bentaknya.

"i-iya tuan, saya mohon jangan sampai tuan Irfan tau tentang ini, saya mohon" Fajira memegang tangan Ray memohon.

"tuhan takdir macam apa ini. Kau tau Fajira jika Irfan tengah mencari keberadaanmu?" ucap Ray frustrasi

deg...

"saya mohon jangan beri tahu masalah ini kepada tuan Irfan, sudah cukup dia menyakiti saya. Tolong tuan, tolong"

"saya tidak bisa, saya akan memberitahukan ini kepada tuan Irfan" ucapnya tegas tanpa mau di bantah.

"apa tuan lupa jika dia tidak ingin ada anak yang lahir dari kejadian malam itu. Dia juga sudah membayar saya untuk menggugurkannya. Jadi dia tidak berhak sedikitpun atas fajri" entah keberanian yang datang dari mana membuat Fajira mampu untuk membentak Ray.

"bukankah cek itu sudah kau robek Fajira" tatapan Ray tidak kalah tajam. Mereka bersitegang saling menatap tajam satu sama lain.

"saya anggap baju yang anda belikan hari itu sebagai bayaran. Saya rasa itu bukan baju yang murah, bahkan jika saya jual bisa untuk melakukan ab*rsi waktu itu"

"tapi tuan Irfan harus tau tentang ini Fajira, sudah lama tuan mencari keberadaan kalian" bentak Ray.

"tuan saya mohon, cukup sudah masa depan saya hancur karna tuan Irfan. Tolong jangan di tambah lagi. Itu sama saja tuan menghancurkan usaha dan harapan Fajri. saya mohon setidaknya tunggu sampai ia bisa mengabulkan keinginannya. Tolong tuan saya mohon"

Persetan dengan harga diri yang penting bagi Fajira saat ini hanya masa depan Fajri dengan segala rencana yang sudah di buat oleh pria kecil itu.

"saya mohon tuan" lirih Fajri mendekap tangannya di dada.

Apa yang harus aku lakukan? sampai sekarang alasan tuan belum jelas sama sekali kenapa ia sangat menginginkan Fajira untuk kembali. Jika hanya karna *****, mungkin ada benar juga perkataan Fajira untuk tidak memberitahukan keberadaannya. Tapi belakangan ini tuan lebih sering berbicara tentang perempuan ini. Semoga ini jalan terbaik untuk kalian.

Ray terdiam ia tau tidak mudah menjadi Fajira yang harus menjalani hal berat seperti ini. Namun ia juga harus memikirkan bagaimana keadaan perusahaan kedepannya. Ibarat memakan buah simalakama jika ia tidak memberitahukan keberadaan Irfan ia berkhianat, namun jika ia memberitahukan keberadaan Fajira, itu sama saja ia menyiksa ibu satu anak itu.

"baiklah. Saya tidak akan memberitahukan masalah ini kepada tuan Irfan, namun satu hal, tolong jaga juga posisi saya. Jangan sampai tuan Irfan tau masalah ini. Kalau tidak posisi kita berada dalam bahaya. Karna saya yang lebih tau bagaimana sifat tuan Irfan"

"terima kasih banyak, terima kasih" Fajira tersenyum ke arah Ray sambil memegang tangan laki-laki itu.

"hapus air matamu jangan sampai Fajri menyadari jika kamu baru saja menangis, dia bukan anak bodoh yang bisa di bohongi" ucap Ray sambil melihat ke arah Fajri yang asik bermain dengan ponselnya.

"sekali lagi terima kasih banyak tuan"

"hmm. kalau begitu saya permisi dulu. Ini ada bingkisan dari tuan Irfan untuk anaknya" Ucap Ray sambil memberikan sebuah bingkisan yang ia pegang sedari tadi. Perlahan Fajira mengambil bingkisan itu dengan tangan yang bergetar.

"bagaimanapun juga Fajri tetap anak dari tuan Irfan, bagaimanapun kamu menyimpan kebenaran, pasti akan terungkap dengan cara yang tidak di sangka"

"iya tuan, terima kasih" ucap Fajira sebelum laki-laki itu berlalu dari hadapannya.

Ketika Ray sudah pergi, Fajira segera menghapus air matanya dan menetralkan emosi yang bergejolak di dalam dirinya. Setelah di rasa cukup tenang, ia berjalan kembali masuk ke dalam cafe itu.

"Fajri ini ada bingkisan dari om Irfan tadi"

"iya Bunda? waah" ucapnya berbinar senang.

"Aji mau pulang lagi nak?. Malam ini harus istirahat ya, biar besok semangat pergi jalan-jalannya sayang"

"iya Bunda. yuk kita pulang. Apa Bunda menangis?"

"iya sayang. Bunda terharu dan mengucapkan terima kasih kepada om Ray tadi"

"Bunda jangan nangis ya. Fajri akan menjadi anak yang baik dan patuh sama Bunda. Aji akan bahagiakan Bunda sampai kapanpun" ucapnya berkaca-kaca di pelukan Fajira.

"iya nak, anak Bunda memang hebat. Bunda bangga ama Fajri sayang" Fajira kembali meneteskan air matanya.

Fajira membayar minumannya terlebih dahulu sebelum pulang dari sana. Mereka segera menaiki motor dan berjalan menuju asrama, tak lupa mereka membeli beberapa makanan untuk makan malam nanti karna fajira tidak sempat untuk memasak hingga malam ini.

Sementara di dalam mobil Ray termenung memikirkan apa yang harus ia lakukan. Sungguh ia bingung saat ini,

"aaarghhhh...." teriaknya kesal di dalam mobil itu dan sukses membuat asistennya terkejut.

"kenapa tuan?"

"gak apa, saya hanya sedang banyak fikiran saja. Kita langsung ke hotel, besok pagi kita berangkat pulang"

"baik tuan"

Mobil terus melaju hingga hotel yang tak jauh dari sana, Ray terus memikirkan bagaimana langkah selanjutnya yang harus ia tempuh.

Pantas saja tuan Irfan selalu ingin dekat dengan Fajri, trrnyata mrreka memang memikiki ikatan yang sangat kuat. Jangan sampai tuan meminta perusahaan induk untuk di pindahkan kemari hanya karena ingin bertemu dengan Fajri. Tuan tolong jangan semakin mempersulit saya. Saya sudah lelah!.

Bathin Ray frustrasi menghadapi ini semua, yang jelas baginya jangan sampai Irfan mengetahui jika ia telah bertemu dengan Fajira, perempuan yang selama ini sudah menjadi pemicu utama perubahan sikap dari tuannya itu.

💖💖💖

TO BE CONTINUE

maaf ya authornya gantung mulu wkwkwk

kesal Ya? yuk tinggalkan jejak biar bisa melepaskan emosi wkwkwk 😅😅