NovelToon NovelToon
Rembulan

Rembulan

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:66.5M
Nilai: 5
Nama Author: ShanTi

Dua putaran matahari ia lewati bersama laki laki yang sama dengan rasa yang berbeda

Cinta yang menggebu penuh dengan dambaan yang berakhir dengan kekecewaan kemudian mundur untuk memberikan ruang.

Cinta kedua yang dibelit oleh takdir karena kesalahpahaman namun berakhir untuk saling mengistimewakan menutup semua luka yang pernah ada.

Rembulan, berapa putaran bumi kau butuhkan untuk meyakinkan bahwa dia adalah laki-laki pilihan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShanTi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Team Work

Jam 9.30 Pak Kevin baru datang, jauh berbeda dengan Pak David yang selalu datang pagi-pagi ke kantor. Yah setiap orang memiliki kebiasaan yang berbeda sehingga tidak bisa disamaratakan pikir Bulan.

“Selamat pagi…. Wah Rembulan sudah mulai kerja yah… welcome” Kevin tersenyum lebar melihat Bulan yang sudah duduk manis di belakang layang komputer. Bulan langsung berdiri dan membungkuk.

“Terima kasih Pak… Mohon bimbingannya” ucapnya sambil membungkukan kepala takzim.

“Ishh.. santai aja gak usah terlalu formal sama saya… kaya yang baru ketemu aja” Kevin menggelengkan kepalanya sambil tersenyum, ia senang melihat sikap sopan Bulan.

“Sama aku kok gak hormat begitu… bilang dong… Mohon bimbingannya Aa Anjar” Anjar mengedip-ngedipkan mata sambil tersenyum menggoda.

“Gak mau ihh…” Bulan langsung cemberut. Marissa tertawa melihat interaksi keduanya.

“Hahahaha… Anjar lu bakalan betah sekarang di ruangan gak akan kelayapan lagi, udah nemu tambatan hati baru” Marissa mencibirkan mulutnya melihat Anjar yang terlihat sumringah pagi itu.

“Gak dong, dari dulu sampai sekarang tambatan hati aku cuma Mbak Icha… The One and Only Queen in My Heart” ucapnya sambil kembali tersenyum manis, Bulan tersenyum di tahan, ternyata memang keunggulan Anjar adalah di kemampuan mulut manisnya.

“Gw gak selera sama kadal kaya elu Njar… gak level” Mbak Marissa melewati meja Anjar sambil melempar gumpalan kertas. Yang dilempar langsung cengengesan. Rupanya Mbak Marissa dipanggil dengan panggilan Icha.. Catat pikir Bulan.

“Vin.. meeting project sama new member jam 10 yah.. Aku jam 11 ada meeting sama bos” Marissa menyerahkan setumpukan dokumen. Bulan melihat interaksi keduanya, tampaknya mereka berdua seusia sehingga lebih bebas memanggil nama.

“Ok... “ Kevin tampak sibuk memilah dokumen dan kemudian sejurus menatap Bulan.

“Santai ya Rembulan, saya siapkan dulu bahan diskusi kita.. Kamu ngopi-ngopi aja dulu sebelum dibawa lari...hahaha” Kevin tertawa lepas, Bulan tersenyum tipis. Ternyata penampilan Pak Kevin di pagi hari terlihat segar pikirnya.

Hari ini memakai kemeja warna abu muda lengan panjang yang digulung hingga ke siku, celananya hitam berbahan corduroy. Yang lucu dia tidak memakai sepatu pantofel tapi sepatu kets hitam sehingga terlihat santai tapi menarik.

Rambutnya juga terlihat tertata rapi tapi ada beberapa lembaran rambut yang terjatuh ke dahinya, ternyata dia bukan aliran yang suka memakai pomade.

“Udah puas liatin Pak Kevin? Mendingan bikin kopi yuk… kamu udah ngedip lebih dari 10 kali nanti masuk kategori zinah mata loh…” suara menyebalkan itu memecah perhatian Bulan saat ia tidak sadar memandang Kevin terlalu lama.

“Ck… apaan sih kamu Anjay… iseng banget” Bulan merasa malu, ia langsung menunduk.

“Makanya Njar.. tumbuh tuh ke atas bukan ke mulut. Energi kamu dihabiskan buat ngomong jadi badan gak ninggiin … lu tinggian dikit aja bakalan nilai 8.5 baru bisa nyaingin kegantengan Kevin… sekarang masih 7.5 … ketolong sama muka lu aja” Marissa kembali menggoda Anjar. Rupanya di kantor ini mereka lebih bebas untuk saling meledek.

“Kita bikin kopi kaya kemarin aja yah… aku bawa stock nih.. Mbak Icha mau kopi?...Pak Kevin mau kopi gak… ?” tanya Bulan sambil mengambil stock kopi dari dalam laci. Selama menunggu rapat ia sudah mulai merapihkan perlengkapan pribadi termasuk bahan asupan gula darah ke dalam laci di meja kerja.

“Gw kok dipanggil Bapak sih… Marissa dipanggil mbak… Mas dong biar seimbang” Kevin tersenyum menggoda. Bulan menggelengkan kepala.

“Sudah biasa manggil Bapak… ayahnya Elma kan…” jawab Bulan cepat, Marissa langsung tertawa.

“Udah lu Vin… belagak kaya Anjar aja gangguin anak perawan… inget lu yang di rumah, gw laporin sama si Inne… bablas lu” Marissa menyiapkan dokumen di meja rapat. Ternyata mereka saling mengenal pikir Bulan.

“Aku gak minum kopi Bulan, udah bawa teh herbal… Kevin dia suka minum kopi” Marissa menganggukan kepalanya, Bulan keluar menuju pantry untuk membuat kopi yang ia suka. Kopi akan terasa aromanya kalau diseduh oleh air yang panasnya pas 98 derajat kalau ia baca, tapi gak akan kurang kerjaan juga sampai diukur sama termometer, dibuat perkiraan saja.

Saat ia kembali dengan membawa kopi ternyata Anjar juga sudah ada dengan membawa dus berisi kue, rupanya anak itu dapat tugas beli makanan kecil. Pantesan gak menyusul ke dapur pikir Bulan.

“Ahhh senangnya nambah anggota, terasa berbeda suasananya” Marissa mengatupkan tangannya sambil memandang ke meja rapat. Semuanya sudah lengkap dokumen rapat, minuman dan makanan ringan.

“Ok kita mulai… “ Kevin mengambil posisi di ujung meja ruang kerja, rupanya disana duduk pimpinan rapat. Bulan tersenyum, suasana di tempat baru sangat menyenangkan lebih humanis dan tidak ada unsur senioritas, semuanya memiliki andil yang sama untuk berkontribusi untuk memberikan kemajuan. Such a team work.

Selama tiga puluh menit Kevin menjelaskan project Konsultan Bisnis di masa depan. Selama ini fokus project mereka adalah pada perusahaan yang membutuhkan bantuan analisa dalam pengembangan usaha. Sehingga project-project mereka sangat terbatas sesuai dengan kebutuhan klien. Pengembangan divisi yang dimaksud adalah adanya dana asing yang perlu diinvestasikan pada usaha baru di Indonesia.

Investor Hongkong telah menjalin kontrak kerja untuk mendapatkan analisa perusahaan yang memiliki laba diatas 500 juta untuk dapat di inject dalam penanaman modal sehingga bisa melakukan ekspansi usaha. Selain itu mereka juga mencari StartUp yang bisa diakuisisi sehingga dapat dikembangkan dengan dana investasi yang mereka miliki.

Bulan terhenyak, ternyata bekerja dalam tim ini membutuhkan kemampuan dan wawasan yang baik tentang dunia perbisnisan. Ia perlu banyak belajar, beberapa kali dia terpaksa mengintrupsi untuk menanyakan istilah-istilah yang asing baginya. Untungnya Kevin dan Marissa sabar memberikan informasi lengkap dan memberikan link yang dapat diakses olehnya untuk bisa mendapatkan data yang lengkap.

Anjar tampak sibuk membuat banyak catatan, ternyata anak ini kalau kerja serius juga pikir Bulan. Ia menyangka kalau Anjar saat bekerja akan banyak cengengesan dan memberikan komentar yang tidak perlu. Ternyata ia lebih banyak diam dan membuat catatan-catatan di agendanya.

“Aku mau membuat time tabel untuk project yang tadi Abang jelaskan” tiba-tiba saja dia bersuara. Rupanya hubungan antara Anjar dan Kevin cukup dekat, mereka saling menyapa tanpa sebutan formal.

“Karena sekarang ada Bulan dalam tim jadi kita bisa bagi tugas, jadi pada intinya ada dua jenis perusahaan yang kita bidik, pertama perusahaan yang sudah mapan dan memiliki laba perusahaan di atas 500 juta dan yang kedua StartUp yang memiliki nilai ekonomi dan bisa didanai untuk investasi pengembangan kedepan”

“Bulan karena sudah mengenal karakteristik perusahaan yang memiliki aset bagus bisa handle yang pertama, aku sudah mengenal beberapa startup akan handle yang kedua” sambungnya lagi.

Bulan merasa namanya disebut melirik Anjar, main mengatur aja dia harus mengerjakan apa pikirnya. Tapi memang ada benarnya, pengalamannya di dunia pajak bisa memudahkan ia untuk mengenali perusahaan yang memiliki aset yang baik.

“Permasalahannya terkadang perusahaan yang sudah memiliki laba besar, mereka sebetulnya rapuh karena hutang yang dimiliki pun besar. Mungkin di permukaan terlihat hebat dan memiliki aset dan laba yang besar padahal liabilitas mereka membebani laju perusahaan. Jadinya  besar pasak daripada tiang” ucap Bulan.

“Its Ok… tugas kita sekarang memetakan dahulu, dari segi jenis usaha, aset, laba dan prospek ke depan. Nanti kemudian kita tawarkan ke investor mereka tertarik tidak. Kalau mereka tertarik baru kita melakukan analisa lebih mendalam untuk laporan keuangannya. Tugas kita kan memang di analisa usaha” jawab Kevin, Bulan menganggukkan kepala masuk akal sih, yang terpenting investor tertarik pada perusahaan yang prospektus, mereka yang akan menentukan pilihannya, baru kemudian ditindaklanjuti.

“Mba Icha ngapain dong… makan gaji buta?” dengan santainya Anjar tersenyum memandang seniornya.

“Gw beresin kerjaan Elu… emangnya kerjaan analisa pengembangan usaha yang udah kita pegang sekarang, siapa yang ngerjain... “  Marissa tampak kesal melihat tumpukan dokumen yang ada di depannya.

“Gara-gara lu kerjaan ga fokus, banyak analisa yang kurang joss buat solusi bisnisnya. Gak cukup cuma pakai SWOT aja… lu musti pake triangulasi data yang sebelumnya dikomparasi selama minimal 3 tahun...hadeuuuh” Marissa mengeluh.

“Lah kemarin kan dimintanya laporan analisanya cepat jadi yah aku kasih data yang ada dulu, mereka gak ngasih data 3 tahun terakhir. Sistem penyimpanan data mereka masih manual Mbak jadi lamaaa…” Anjar tidak terima disebut pekerjaannya gak beres.

“Ok… kita mulai kerja saja… Cha.. lu maksimalin beresin project lama supaya bisa lanjut ke sistem kerja yang baru” Kevin terpaksa harus menengahi keduanya.

“Laporan progres bisa kita pakai Trello yah… supaya mudah saling memantau pekerjaan sudah sampai mana”

Bulan langsung bengong aplikasi apaan tuh, ia baru mendengar. Selama bekerja di divisi pajak memang lebih banyak bekerja secara individual sehingga pekerjaan team work jarang ia lakukan.

“Maaf pak saya belum familiar dengan aplikasinya, minta waktu satu hari untuk belajar. Nanti begitu lancar baru saya update” Bulan terpaksa mengakui kalau dia tidak bisa, daripada ngangguk-ngangguk tapi malah mengganggu kinerja yang lain.

“It’s OK kamu seminggu ini masih orientasi kerja dulu, banyak bertanya saja jangan malu. Kita siap membantu” Marissa menepuk-nepuk pundaknya. Bulan mengangguk sambil tersenyum tipis. Kenapa gak dari dulu kerja di divisi ini, orang-orangnya gak nyeremin dan kaku pikirnya.

Akhirnya rapat diakhiri jam 11 siang karena Marissa ada rapat lanjutan sedangkan Kevin memiliki temu janji dengan klien. Sebelum keluar ruangan Marissa mendekati Bulan dan menyodorkan kartu nama.

“Ini temen aku yang punya usaha butik kecil-kecilan, sorry bukan aku ikut campur sama urusan pribadi kamu. In case kamu pengen cari suasana baru dalam style berpakaian. Yang sekarang juga udah ok… cuma hmmm gimana yah aku jelasinnya” Marissa menarik kursi dan mendekat pada Bulan, tampaknya ingin memberikan pembicaraan yang privat.

“Please no hurt feeling yaah… anggap aja aku kayak kakak kamu yang ngasih tau ke adiknya”

“Saat ketemu klien tuh mereka ingin melihat image yang menyenangkan dari perusahaan, untungnya tampilan kamu secara fisik udah OK… kamu terlihat cantik, friendly dan menyenangkan. Hanya saja nilai feminisme kamu belum keluar, its ok kamu pakai celana untuk bekerja tapi imbangi dengan sepatu high heels sehingga aura perempuan kamu keluar”

“Sesekali pakai rok dan blus tampaknya lebih dapet deh… tapi sekali lagi tergantung dari kenyamanan kamu... “ Marissa tampak berhati-hati menjelaskan, Bulan mengerti kalau seniornya itu khawatir ia tersinggung.

“Gak apa-apa Mbak… aku gak tersinggung, terima kasih malah sudah dibantu dikasih informasi ini”

“Aku ngawalin kerja di bagian Pajak jadi jarang ketemu sama orang, baju yang aku pakai untuk kenyamanan aku aja, ditambah lagi aku orangnya kurang fashionista heheheheh”

“Aku nanti akan coba datang kesini… trus nanti mau lihat-lihat juga majalah mode… aku ngerti kok sekarang aku kerja di Divisi yang menuntut bertemu dengan orang lain”

“Cuma mungkin aku gak bisa pakai baju yang ngepas banget ke badan… hehehe gak pede… standar aja deh.. Takut dimarahi sama Bapak aku Mbak… Bapakku suka jadi guru BK” Bulan kembali mencoba bercanda. Tidak mungkin memakai rok di atas lutut seperti Marissa, dijamin ia bakalan merasa seperti dilihat oleh orang seterminal kalau jalan dengan baju seperti itu.

“Sipps…. Eh satu lagi, ini aku share salon langganan aku, kamu rambut kalau pengen agak stylist dikit bisa datang kesana”

“Kasih warna dikit deh biar gak plain… kesannya juga lebih seksi… disana kamu juga bisa menipedi… dijamin puas” sesaat setelah mereka bertukar nomor, Bulan membaca salon langganan Marissa, ia langsung mengacungkan jempol.

“Siap Mbak…. Aku udah hampir setahun gak potong rambut, waktunya ganti style” jawaban Bulan diikuti tatapan kaget Marissa.

“Setahun gak nyalon…. OMG… kamu perempuan atau manusia purba sih… ampun deh” sambil berjalan ke keluar ruangan Marissa menepuk-nepuk kepalanya. Dirinya dua minggu sekali harus pergi ke salon untuk perawatan. Membayangkan setahun tidak ke salon sama saja seperti tinggal di pulau terpencil dan tidak berpenghuni.

Bulan tertawa melihat sikap seniornya, gaya hidup setiap orang memang berbeda. Perhatiannya teralihkan oleh pesan yang masuk.

“LU PINDAH DIVISI GAK BILANG-BILANG…. SAHABAT MACAM APA LU”

Alamak nenek lampir keburu tahu, Bulan harus segera menyiapkan alasan yang paling masuk akal.

1
Syaiful Amri
teh othor kemana ini?? senggol dikit dong para readers2 ini, biar tau kabar teh othor gimana.?? moga sehat selalu, n masih terus berkarya.
Pudwi
kak kenapa nggak buat cerita baru lagi kak😥😥😥, susah tahu nemu penulis kayak kakak🥺. untuk yang baca komentarku tolong spil penulis yang karyanya bagus 🙏🙏🙏
erna erfiana
bagus banget,paket komplit, recommended buat dibaca.
Mak sulis
bisa dibayangkan perasaan Junaidi, istrinya ada dikamar hotel...pikirannya pasti kalut, salah satunya gara2 pernah diselingkuhi Inge, dan itu pasti bikin trauma, seperti pernah dibilang jangan sampai jatuh ke lubang yg sama..dan Juna masih belum paham aja kalo Bulan itu beda sama Ingge
Mak sulis
bingung kan mbul..mau tantrum tapi sayang proyek perdana masak gak diambil..ini salah satu pengorbanan buat ayang Junaedi ♥️😍
Mak sulis
bulan terlalu polos..cerita diklitik klitik tangannya pake emosi..tumben juga Junaedi gk sumbu pendek..bener2pasangan yg saling melengkapi..kalo satu meledak satu ngademin😍♥️😍
Ida Haedar
buna sukses yah ternyata jd mak comblang ameera dan kakanda angga.
Dini Fitriani
saya suka....saya suka 😀
bunda DF 💞
udah baca bwt yg kesekian kalinya. tteteh ditunggu bgt karya berikutnya. aku sampe bolak balik buka profilnya,, semog segera diberikan keleluasaan waktu bwt nulis lg ya teeh
Mak sulis
pas membaca ulang sambil memutar lagunya new light..duhhh sesuatu banget..serasa ada di ballroom ikut di acara Mbul-Junaedi 😍♥️😍💃🏼🕺🏼🎤🎸🎺🎷🎹🎻
Ida Haedar
weih c ingge tersungging menganggap bulan ikut campur urusan rmh tangga dia, dianya sendiri sok te-u belagu bak pahlawan kesiangan nyecer bulan ga bs ngedukung suami cuma gegara juni ngembaliin mobil yg dibeli nyicil krn bulan ga mau urusan dgn bunga bank. apa namanya kalau dia sendiri ikut campur rmh tangga juno dan bulan.
Laila Umroh
Luar biasa
dyul
🤣🤣🤣🤣🤣
Ayaa
ahhh thorrrr lanjutin cerita hasna reza dan ameera angga, KANGENN BANGETTTTTTT😩😍
dyul
mbul... ilmu banget itu....
dyul
Ternyata.... si angga jodoh nya ameraa, 🤣🤣🤣
ᴷᴮ⃝🍓𝓓ͥ𝓪ͫ𝓷ͦ𝓲ͤ𝓪ͭᵇᵃˢᵉՇͫɧͧeᷡeͤՐͤՏꙷ
Juned udah gak tahan pingin eheeeem 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
dyul
papi... kudisan.... si tukang marah....lakinya hasna 🤣🤣🤣🤣
dyul
mbul..... 🤣🤣🤣🤣
dyul
🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!