Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Serangan Balik
***
Wajah Sherin tampak memucat seketika. Saat ini
dia melihat, dalam tampilan layar ada bayangan
samar dari sesosok pria bertubuh tinggi yang
masuk menyelinap ke dalam kamarnya di malam
hari. Bayangan itu bergerak sangat cepat, hingga
tidak mampu di deteksi secara detail dan akurat bagaimana rupanya karena mukanya tertutupi.
"Miss Sherin..!! kenapa anda diam saja.?
Apa anda tidak punya penjelasan untuk ini.?"
Mrs Aliyah kembali mengeluarkan suaranya.
Kali ini lebih keras dan tegas. Sherin menarik
napas dalam-dalam, dia mencoba untuk tetap
tenang dan berpikir cepat. Dia tahu pasti siapa
pria yang ada dalam rekaman CCTV tersebut.
Dasar Devaann.. membuat susah saja.!
"Maaf Mrs Aliyah..ini..ini sebenarnya urusan
pribadi saya.!"
Ucap Sherin pelan dan ragu-ragu. Semua orang
tampak menatap tajam dan fokus pada Sherin.
Vincent ikut melirik karena penasaran. Siapa
pria itu, kenapa dia melewatkan hal ini.?
"Urusan pribadi.. apa maksud anda.?"
Kali ini Steve yang berbicara, wajahnya tampak
sangat dingin dan ada pendaran emosi serta
kekecewaan yang tersirat dari raut wajahnya.
"Be-benar Mr Steve..saya sebenarnya selalu
di ikuti oleh orang itu kemanapun saya pergi.
Tapi..orang itu bukanlah orang yang ada
dalam pikiran kalian saat ini.."
Sherin menjeda ucapannya, dia harus mencari
alasan yang cukup masuk akal. Semua orang
kini saling pandang, bingung, dan bertambah penasaran. Apa sebenarnya maksud model ini?
"Selalu di ikuti.? apa maksud anda sebenarnya?
Apakah orang itu bermaksud melukaimu.?"
Suara Steve semakin terdengar keras dengan
raut wajah terlihat berubah khawatir. Sherin
mengangkat wajahnya sambil menggeleng
kuat ke arah Steve.
"Tidak Mr Steve.. bukan itu maksud saya.
Orang itu bukan orang jahat. Dia justru orang
yang sangat dekat dengan saya."
"Jangan berbelit-belit, bisa anda jelaskan saja,
siapa sebenarnya pria yang masuk ke kamarmu
tadi malam itu Miss Sherin.?"
Gertak Mrs Aliyah tidak sabar lagi. Dia sampai
harus menekan meja hingga menimbulkan
bunyi gebrakan yang membuat semua orang
cukup terperanjat karenanya, termasuk Steve.
Vincent memegang dadanya, iihh..orang-orang
dari universal ini ternyata seram-seram ya..
"Dia.. dia.. adalah guru yoga saya Mrs..!"
"Apa.?? guru yoga..??"
Semua orang berseru bersamaan sambil berdiri
dan menatap lurus ke arah Sherin yang langsung
terdiam sambil menutup telinganya.
"Anda tahu kan Miss Sherin.. tidak boleh ada
tamu yang datang mengunjungi para peserta,
terlebih lagi orang asing, bukan keluarga. !"
Mrs Aliyah berucap tegas dengan wajah yang
sangat keras dan penuh emosi. Sherin maju
ke tengah ruangan, kemudian menundukkan
kepala sambil merapatkan kedua tangannya
di ikuti oleh Vincent di belakang nya.
Devaann..gara-gara ulahnya, dia sampai harus melakukan semua ini. Tuhan.. maaf.. karena
dia harus membohongi semua orang. Sherin
meracau dalam hatinya sambil menggigit
bibirnya.
"Maaf..kalau saya melanggar peraturan. Tapi..
itu semua saya lakukan karena saya memilki
riwayat insomnia. Jadi saya punya jadwal
therapy khusus dengan nya."
Ujar Sherin sambil memejamkan matanya, dia
benar-benar terpaksa mengarang kebohongan
ini, karena hanya ini yang terlintas di kepalanya.
Vincent menautkan alisnya, insomnia.? sejak
kapan, Sheriiinn.. kalau cari alasan tuh yang
bagusan dikit kek.! Vincent mendelik gerah ke
arah Sherin yang terlihat masih menundukkan
kepalanya.
Semua orang membuka mulut tak percaya.Tidak
lama mereka saling melempar tatapan. Kali ini
wajah Steve terlihat lebih tenang. Akhirnya para
juri kembali duduk dan berdiskusi.
"Kami.. masih harus menyelidiki hal ini Miss
Sherin. Karena ini masih harus di buktikan.!"
Steve kembali berbicara dengan tatapan tajam
tidak lepas dari sosok Sherin.
"Terimakasih Mr Steve.. untuk ke depannya
saya tidak akan pernah lagi melanggar semua
peraturan.!"
"Tunggu dulu.. Jangan anda pikir bisa lolos
begitu saja dari masalah ini. Kami masih akan
terus melakukan investigasi lanjutan. Dan
anda harus siap mendatangkan saksi pada
saat di butuhkan.!"
Tegas Mrs Aliyah dengan seringai kecilnya.
Sherin saling melirik dengan Vincent yang
nampak sudah kehilangan sel-sel darah
merahnya.
"Tentu Mrs..saya siap menghadirkan nya."
Sherin akhirnya menyahut meyakinkan. Para
juri tampak saling pandang dan mengangguk.
Sementara Vincent lagi-lagi di buat bingung.
"Untuk kali ini kami tidak akan memberikan
hukuman, tapi point anda di kurangi.!!"
Hahh ? Sherin mengangkat wajahnya dengan
tampang wajah terkejut sekaligus kecewa...
"Itu sudah ketentuan dan konsekuensi yang
harus di tanggung oleh para peserta yang
telah melanggar peraturan.!"
Tegas juri kepala dengan wajah yang tegas
dan lurus tanpa bisa di ganggu gugat. Sherin
hanya bisa menarik nafas penuh kepasrahan.
Beberapa saat kemudian..
Semua model menatap penuh tanda tanya ke
arah Sherin yang terlihat datar dan santai saja.
Dia mengambil makanannya seperti biasa di
ikuti oleh Vincent, kemudian melangkah tenang
menuju meja yang masih kosong. Dan Sherin
sengaja melewati meja yang di huni oleh dua
Srikandi Rese, Pamela dan Stella.
"Selamat Miss Hillary.. kali ini jurus licikmu
berhasil mengurangi poin ku. Tapi aku yakin
kemampuan ku tidak akan bisa di manipulasi.!"
Ucap Sherin dengan suara yang sangat tegas
dan sedikit di tekan. Pamela tersenyum remeh.
Dia melirik sinis ke arah Sherin dengan ekspresi
puas sekaligus merendahkan.
"Bukankah itu sesuatu hal yang memang layak
untuk di laporkan.? Aku hanya memanfaatkan
momentum yang pas saja Miss 2 milyar.!"
"Bersaing lah secara sehat. Gunakan otak dan
kemampuan kalian secara maksimal. Jadilah
pemenang yang terhormat..!"
Desis Sherin sambil kemudian melangkah
tenang meninggalkan duo rese itu yang kini
saling melihat dengan wajah berubah geram.
"Kita lihat saja.. apa kau benar-benar mampu
melampaui ku Miss 2 milyar.. secara.. aku ini
wanita spesial nya pemilik agensi ini.!"
Decak Pamela dengan keyakinan dan percaya
diri di sertai aura keangkuhan atas segala yang
menurutnya sudah ada dalam genggamannya.
Stella menatap tajam wajah Pamela mendengar
ucapan nya barusan.
"Apa kau yakin sudah mampu menaklukkan
hati Mr Perfect.? Apa yang kau lakukan untuk
bisa menjerat perhatian nya ?"
Stella bertanya dengan raut wajah serius dan
terlihat sekali kalau dia sangat tidak suka.
"Kenapa ? Bukankah minggu ini kau sudah
akan bertunangan dengan pria idaman mu
itu Miss Muller.?"
Pamela melirik sinis, bibirnya kini tersenyum
manis saat mengingat tadi siang, Devan benar-
benar melihat proses pemotretan dirinya. Dan
setelah sesi dirinya selesai, pria itu langsung
memilih cabut dari lokasi pemotretan. Hal itu membuatnya semakin yakin, kalau kedatangan
Mr Perfect ke lokasi pemotretan hanya untuk
melihat dirinya.
"Ya.. tentu saja. Brian adalah apa yang aku kejar selama ini. Tapi.. kau tahu kan siapa sih wanita
yang tidak ingin mendapatkan perhatian dari
Mr Perfect..dia adalah obsesi ku.."
Desis Stella sambil mengedipkan matanya
dengan wajah merah dan berbinar cerah.
"Hahaha.. sayang nya, kau bukanlah tipe yang
di sukai Mr Perfect. Kau harus memiliki banyak
pusat keistimewaan, seperti ku ini."
Ledek Pamela sambil tertawa ringan hingga
membuat Stella cemberut dan semakin kesal.
Gadis itu berdiri, kemudian menatap tajam
wajah Pamela yang masih tertawa hingga
mengundang perhatian para model lainnnya
untuk mengalihkan pandangan pada keduanya.
"Jangan sombong kamu ya.. Aku yakin, kalau
dia sekali saja menikmati milik ku, selamanya
dia tidak akan pernah melepaskan ku. !!"
"Hahaha.. seperti calon tunangan mu itu ya..
Kamu tahu kenapa dia bisa begitu.? Karena
dia belum pernah menikmati permainan
kincir angin ku yang ganasss.."
"Pamela. !! Cukup..!!"
Wajah Stella merah padam, dia melotot marah
ke arah Pamela yang terlihat acuh saja. Tidak
tahan lagi, akhirnya Stella memilih pergi dari
hadapan Pamela yang masih bertahan dengan
tawa bahagia nya, dia benar-benar puas sudah
meng skak mat si Stella yang terlalu narsis itu.
***
.
.
Pagi ini Sherin bangun seperti biasanya saat
adzan subuh berkumandang. Dia termenung
sejenak, melihat ke sebelah tempat tidurnya
yang terlihat kosong dan hampa.
Ternyata..suaminya benar-benar tidak datang
mengunjunginya malam ini. Ada perasaan aneh
yang menggelayuti hatinya, perasaan kecewa.
Tunggu dulu.! kenapa juga dirinya harus kecewa,
bukankah dia memang tidak boleh di kunjungi
siapapun.! Kalau itu terjadi, dia bisa terkena
masalah lagi nantinya. Tapi.. kalau harus jujur,
dia memang sedikit kecewa sih.!
Setelah sarapan dan berolahraga ringan di
dalam kamar, Sherin segera membersihkan
dirinya. Tidak lama Vincent datang ke kamar
membawakan kostum yang harus di pakai
oleh Sherin hari ini, yakni kostum berkuda.
Jadwal hari ini sangat padat. Di mulai dengan
olahraga berkuda di sekitar area pacuan kuda
lalu mengelilingi pesawahan dan perbukitan.
Di lanjut dengan kegiatan sosial, membantu
penduduk sekitar hotel, bergotong-royong
membersihkan lingkungan tempat tinggalnya.
Siangnya, akan ada pemotretan high shoot di
sekitar perkebunan karet dan perkebunan teh.
Semua peserta kini sudah ada di sebuah area
pacuan kuda yang cukup terkenal di daerah itu.
Beberapa joki tampak memberikan pengarahan
terlebih dahulu kepada para model yang akan
di bagi dalam dua team.
"Semua ready ya..kita akan mulai sekarang
dengan memberangkatkan team pertama."
Kepala joki memberi instruksi pada semua
peserta yang terlihat sangat antusias itu.
Dan akhirnya rombongan pertama di lepas.
Sherin tampak sedang bersiap dengan semua
peralatan tempurnya di bantu oleh Vincent di
dalam bangunan khusus yang ada di area start.
"Kamu harus hati-hati Sher, aku tidak sengaja
melihat duo rese itu tadi ada di kandang kuda.
Aku rasa mereka merencanakan sesuatu.!"
Vincent berbisik-bisik sambil mengencangkan
sabuk yang melingkari pinggang kecil Sherin.
Keduanya saling menatap kuat, Sherin tampak
terdiam, tapi raut wajahnya berubah dingin.
"Baiklah..kita lihat saja, apa yang sudah mereka
susun kali ini. Jangan pernah lupa kamera yang
aku kasih ke kamu.!"
"Siaapp..alat itu sampai sejauh ini sudah sangat
membantuku dalam mengumpulkan data."
Sahut Vincent sambil mengacungkan jempol
dan kembali menatap wajah Sherin yang kini
berdiri tegak. Hatinya sedikit cemas kali ini.
"Berhati-hatilah.. Kabari aku kalau ada apa-apa."
Vincent memakaikan topik cantik pada Sherin
yang langsung tersenyum dan menepuk bahu
asistennya itu kemudian melangkah tenang ke
area start dimana ada 10 kuda yang kini sudah
siap membawa team kedua berjalan-jalan.
Sherin yang kebetulan satu team dengan duo
rese terlihat mulai menaiki kuda masing-masing.
Dengan gerakan lincah dan gesit dia kini sudah
duduk di atas punggung kuda hitam jantan yang langsung bereaksi dengan melakukan gerakan
sedikit kasar dan hal itu membuat hati Sherin langsung di selimuti ketidaknyamanan.
Stella dan Pamela yang baru bisa duduk di atas
kuda mereka, tampak melirik sinis ke arah Sherin
dengan seringai senyum penuh arti. Kuda hitam
Sherin kembali berulah, dia mengangkat kedua
kaki depannya tinggi sambil meringkik panjang.
Sherin berusaha mengendalikan kuda itu dengan menarik tali kekang nya kemudian menekannya kuat-kuat hingga akhirnya kuda itu mulai tenang.
Joki kepala yang tadi sempat bergerak ingin
menangani kuda itu tampak kembali pada
posisi nya untuk memberi aba-aba dan arahan.
Dan akhirnya rombongan kedua kini mulai
memacu kudanya keluar dari area di saksikan
oleh para staf direksi. Sementara para juri dan
beberapa team produksi sudah pergi duluan.
Setelah cukup jauh menempuh perjalanan..
Kuda yang di tunggangi Sherin kini kembali
berulah dengan mengamuk dan melakukan
gerakan brutal yang memaksa Sherin untuk
mengeluarkan segala kemampuan nya agar
dapat mengendalikan kuda yang kelihatannya
sedang mabuk itu. Beberapa model lain dan
para staf produksi tampak berdatangan ke
arah keberadaan Sherin yang saat ini sedang
berjuang bertahan agar tidak terlempar dari
atas kuda yang sedang mengamuk tersebut.
"Miss Sherin.. tenanglah.. akan ada team joki
sebentar lagi. Berpegangan lah yang kuat.!"
Teriak seorang juri yang baru saja datang ke
tempat itu. Dia terlihat sangat khawatir.
"Kuda ini mabuk Mr.. kenapa saya harus di
kasih kuda tidak sehat seperti ini.?!"
Teriak Sherin sambil terus menarik ulur tali
kekang agar si kuda hitam tidak semakin
murka dan menggila.
"Bagaimana bisa, semua kuda sudah kami
cek kesehatannya terlebih dahulu. Ini pasti
ada kesalahan teknis..!"
Kembali teriak juri pria itu. Wajah Sherin kini
berubah keras dan dingin.
Pamelaa.. Stellaa..owhh.. jadi ini yang kalian
inginkan.. baiklah..kita akan lihat.. siapa kali
ini yang akan jatuh dari sesi ini.!!
Geram bathin Sherin sambil kemudian mulai
memusatkan tenaganya. Tiba-tiba mata semua
orang membelalak, saat melihat Sherin melompat
ke atas punggung si kuda, kemudian berdiri tegak
melakukan gerakan cepat dan lincah, mengunci
pergerakan liar si hitam hingga hewan itu kini
mulai tenang, tertekuk tak berdaya. Kepalanya
tampak menunduk. Tidak lama dari mulutnya
keluar cairan kuning meleleh menyusuri lehernya.
"Kasian sekali.. hewan tak berdosa seperti mu
jadi korban ambisi duo rese itu. Okay black..ayo bangun, kita akan balas perbuatan mereka
secara tunai sekarang juga.! come on, get up..!!"
Desis Sherin sambil menepuk-nepuk kepala si
hitam yang kini mulai bersiap kembali sambil
menggerakkan kepalanya merespon ucapan
Sherin yang sudah duduk di posisi semula.
"Okay good.. come on.. run..run..!"
Sherin berteriak sambil menghentakkan kaki
seraya menarik tali kekang nya dengan kuat
dan sekejap kemudian si hitam sudah melesat
pergi meninggalkan orang-orang yang masih
bengong di tempat mereka. Bersamaan dengan kedatangan rombongan para joki. Mereka juga
hanya bisa ikutan bengong. Huhh..sepertinya..
peserta yang satu ini adalah seorang joki handal..!
Sherin berhasil menyusul keberadaan Pamela
dan Stella setelah keluar dari bukit dan kini
mulai menyusuri jalanan yang ada di sekitar
kebun dan pesawahan.
"Hahaha...tidak terbayang ya bagaimana nasib
wanita itu sekarang.. haduhh.. sial sekali nasib
nya, dapat kuda gagah tapi mabuk berat.!!"
"Hahaha.. tentunya dia sudah nyungsep saat
ini, dan pastinya.. ba-bak be-lurrr hahaha..!!"
Terdengar suara Pamela di susul oleh suara
Stella. Keduanya tertawa bahagia sampai
terdengar menggema ke sekitar pesawahan.
"Owhh jadi itu yang kalian pikirkan..Ya teruslah
berpikir seperti itu sampai kalian sendiri yang
akan dapat merasakannya.!"
Geram Sherin sambil menggelengkan kepala,
tak habis pikir dengan jalan pikiran dua wanita
yang katanya berpendidikan tinggi itu, namun
nyatanya otaknya di taruh di dengkul. Dia yang
berada cukup jauh dari posisi keberadaan duo
rese itu kini memacu kembali kuda hitamnya
yang terlihat lebih kuat dan bersemangat.
Setelah jarak mereka sekitar 10 meter, Sherin
meraih sesuatu dari dalam tas pinggang nya
kemudian membidikkan ke arah kaki belakang
kedua kuda yang di tunggangi duo rese.
"Maafkan aku ya kuda baik.. kalian berdua
tidak pantas di tunggangi oleh duo rese itu,
jadi lemparkan saja mereka..!!"
Desis Sherin sambil kemudian menjentikkan jari sembari melesakkan 4 benda kecil itu ke arah
kaki belakang dua kuda putih itu yang seketika
menghentikan larinya dan meringkik panjang.
"Ada apa ini.. kenapa kuda-kuda kita jadi begini.. me-mereka mengamuk..aaa.. toloong..!!"
Pamela berteriak-teriak histeris sambil berusaha
mengendalikan kudanya. Stella tidak kalah panik. Kuda-kuda mereka terus saja bergerak frontal
dan mengangkat kaki depannya tinggi-tinggi
sambil mepet ke pinggir area pesawahan.
"Gawat.! Mereka tidak bisa di kendalikan..
Bagaimana ini.. tolong... toloong..aaaa...!!"
Suara Stella mengudara seiring tubuhnya dan
juga tubuh Pamela terlempar sadis kemudian
terbang ke udara dan..
Bluk.! Bluk.!
Jatuh nyungsep ke dalam petakan sawah yang
berisi lumpur basah penuh air. Dan sialnya lagi,
jatuh nya tertelungkup, melesak masuk ke dalam
lumpur. Tidak lama, puluhan katak sawah terlihat
berloncatan dan berseliweran di antara tubuh
mereka sambil mengeluarkan suara nyaring.
"Aaaaa...nooo....Mommy...no..!!"
Pamela menjerit sekuat mungkin saat dia
mengangkat tubuhnya dari kedalaman lumpur
yang menenggelamkan seluruh tubuhnya itu.
Kedua wanita itu kini menangis meraung minta
pertolongan dalam keadaan mengenaskan,
babak belur mandi lumpur.!
"Bagaimana rasanya Nona-Nona..?? Nikmat
sekali bukan.? Untung saja kalian jatuh di atas
lumpur, coba kalau di tempat lain.?"
Ada suara yang membuat kedua wanita itu
memicingkan kedua matanya yang di penuhi
oleh lumpur pekat itu, dan mereka terkejut.
"Sherin..!!!"
Kedua wanita itu berseru bersamaan dengan
ekspresi wajah tidak terbaca, karena memang
tertutup lumpur. Sherin terkekeh geli melihat
keadaan dua wanita itu yang mengenaskan.
Saat ini, dia merasa sedang memerankan tokoh bawang merah yang jahat. Tidak apa, sekali-
sekali merasa senang melihat orang lain
menderita, itu akibat ulah mereka sendiri.!
"Maaf sekali..kalian berdua harus gagal kali ini.
Okay deh.. selamat menikmati spa lumpur nya..
gratis tuh, daahh..!!"
Teriak Sherin sambil kemudian memacu kuda
hitamnya kembali meninggalkan kedua wanita
itu yang kini saling pandang dalam hantaman
kemarahan yang datang menggelora..
"Sherindaa...awass kamu yaa...!!"
Teriak mereka bersamaan sambil kemudian
kembali menangis meminta tolong...
***
Bersambung...
d tunggu karya selanjutnya author kesayanganku😍😍😍
ceritamu luat biasa semuaaaaa 🥹🥹🥹👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻