NovelToon NovelToon
Saat Aku Berhenti Berharap

Saat Aku Berhenti Berharap

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dijodohkan Orang Tua / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: Lisdaa Rustandy

Dua tahun menjadi istri dari pria cuek nan dingin yang tak pernah mencintaiku, aku masih bersabar dalam pernikahan ini dan berharap suatu hari nanti akan ada keajaiban untuk hubungan kami.
Tetapi, batas kesabaranku akhirnya habis, saat dia kembali dari luar kota dengan membawa seorang wanita yang ia kenalkan padaku sebagai istri barunya.
Hatiku sakit saat tahu dia menikah lagi tanpa izin dariku, haruskah dia melakukan hal seperti ini untuk menyakiti aku?
Jujur, aku tak mau di madu, meskipun awalnya aku meyakinkan diriku untuk menerima wanita itu di rumah kami. Aku memilih pergi, meminta perpisahan darinya karena itulah yang ia harapkan dariku selama ini.
Aku melangkah pergi meninggalkan rumah itu dengan hati yang hancur berkeping-keping. Kupikir semua sudah berakhir begitu aku pergi darinya, namun sesuatu yang tak terduga justru terjadi. Ia tak mau bercerai, dan memintaku untuk kembali padanya.
Ada apa dengannya?
Mengapa ia tiba-tiba memintaku mempertahankan rumah tangga kami?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lisdaa Rustandy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#22

Malam kian larut, Bu Tamara dan Pak Haldy sudah masuk ke kamar mereka, begitu juga dengan yang lain. Alden dan Naysila masih di tempat mereka, berdua, tanpa ada siapapun yang menemani.

Suasana sangat canggung, bahkan lebih canggung dari saat mereka masih tinggal di rumah yang sama.

Tidak ada obrolan apapun setelah semua orang pergi. Kehangatan dan canda tawa hilang seketika bersamaan dengan rehatnya yang lain di kamar masing-masing.

Alden melirik pada Naysila yang duduk tak jauh darinya, wanita itu menundukkan kepala dan tangannya memainkan ujung jilbab.

"Nay," ucap Alden.

"Kamu belum mengantuk?"

Naysila menggeleng pelan, tapi tidak menjawab apa-apa.

Alden bangkit dari duduknya dan berkata, "Aku sudah mengantuk dan mau ke kamar duluan. Kalau kamu mengantuk juga, segera masuk kamar saja. Pintunya gak akan aku kunci."

Naysila hanya menanggapi dengan anggukan kecil.

Alden pun melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan itu. Kini, Naysila hanya sendiri, sunyi, sepi, tak ada yang menemani.

Naysila mengangkat wajahnya, melirik ke arah tangga, memastikan Alden sudah benar-benar pergi.

Ia pun menghela napas lega. Sudah sejak tadi ia menahan napas karena rasa gugupnya. Kepergian Alden dari hadapannya seolah menjadi sebuah kelegaan yang luar biasa.

"Aku sangat gugup. Sejak tadi gak bisa tenang," bisiknya dalam hati.

"Apa aku harus tidur di kamar Mas Al?" tanyanya pada diri sendiri. "Tapi, aku gugup terus kalau di dekatnya. Apalagi kalau sekamar, bisa-bisa aku gak bisa tidur."

Naysila berpikir keras. Memikirkan antara harus memilih tidur di kamar Alden atau di ruang tamu saja.

"Kalau aku tidur di ruang tamu, Ibu pasti kecewa. Beliau pasti akan menganggap aku istri durhaka." Naysila bingung. "Meskipun aku dan Mas Al sedang ada masalah, tapi kami masih suami istri. Ibu pasti gak akan terima kalau aku memilih tidur di tempat lain daripada di kamar anaknya."

Ia pun memijat keningnya. Kepalanya terasa pusing karena memikirkan sesuatu yang sebenarnya tak begitu rumit.

Naysila pun terus menimbang-nimbang dengan baik, hingga akhirnya ia memutuskan untuk tidur di kamar Alden saja. Demi menghormati perintah Bu Tamara.

Naysila bangkit dari duduknya. Dalam hati ia bertekad untuk kuat tidur di kamar Alden.

Hanya satu malam saja, pikirnya.

Wanita itu beranjak pergi, berjalan pelan menaiki tangga sambil menoleh ke sana kemari, memastikan tidak ada siapapun yang melihat gelagat aneh darinya.

Begitu sampai di depan kamar Alden, Naysila berdiri mematung, tangannya terangkat untuk mengetuk pintu. Tapi Naysila ragu, takut suasana antara mereka akan memanas jika sewaktu-waktu ada perdebatan.

Di saat sedang berpikir dalam posisi berdiri, tiba-tiba saja pintu terbuka sendiri. Baik Alden maupun Naysila, keduanya sama-sama terkejut begitu melihat satu sama lain di pintu kamar. Tatapan mereka bertemu cukup lama, hingga kedua mata mereka saling mengikuti gerak mata satu sama lain.

Alden cepat-cepat sadar dan dengan gugup berkata, "Nay... aku kira kamu belum datang kemari. Masuk saja, aku mau ke dapur untuk ambil minum."

Naysila pun tersadar. Ia kembali menundukkan kepala. "I-iya... Maaf, aku mungkin ganggu kamu."

"Nggak juga. Aku memang tadinya mau langsung tidur, tapi malah haus. Masuklah dan istirahat, Nay." Alden mempersilahkan Naysila untuk masuk, sementara dirinya gegas keluar dan meninggalkan tempat itu.

Naysila menoleh sebentar pada Alden yang melangkah pergi. Gegas ia masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu.

Ia sempat menyandarkan punggungnya di pintu kamar sambil menghela napas beberapa kali. Jantungnya berdebar lagi, itu terjadi setiap kali ia bertatap mata dengan Alden.

Naysila memandang sekeliling kamar Alden. Kamar itu masih sama seperti terakhir mereka menginap. Entah kapan persisnya, tapi sudah cukup lama.

Naysila menarik diri dari pintu, berjalan ke arah sofa yang terletak tepat di dekat jendela. Sofa itu berbentuk panjang, tempat Alden bersantai setelah sibuk dengan pekerjaannya.

"Mungkin aku tidur di sini saja," katanya, sambil menyentuh ujung sofa.

Kepalanya mengangguk dan bibirnya tersenyum kecil. Ia memutuskan untuk tidur di sofa saja, bukan di kasur.

"Aku belum shalat isya. Sebaiknya, aku shalat dulu," ujarnya lagi.

Naysila pergi ke arah kamar mandi kemudian masuk. Di dalam kamar mandi, ia membuka jilbabnya dan mulai berwudhu.

Tubuhnya sedikit terasa gerah dan lengket. Ia belum mandi setelah seharian berjalan-jalan mencari pekerjaan.

Sebenarnya ia ingin mandi untuk menyegarkan diri, tapi rasanya tak mungkin mandi di kamar mandi suaminya. Ia terlalu memikirkan hal-hal negatif karena tak terbiasa.

Akhirnya, Naysila hanya berwudhu. Shalat lebih utama daripada mandi, katanya.

Sedang khusyuk berwudhu, tiba-tiba...

"Cit... cit.. cit..."

Suara itu membuat fokus Naysila buyar. Ia langsung menoleh ke arah asal suara, matanya langsung membulat ketika melihat seekor tikus berukuran besar muncul di sisi bak mandi.

Tikus itu bergerak ke arahnya, sontak Naysila menjerit kencang sebab ia sangat takut terhadap tikus.

"Aaaaaaa!!!"

Suara jeritan Naysila sangat kencang, hingga Alden yang baru saja kembali dengan membawa segelas air mendengar suara jeritan itu.

Secepatnya Alden meletakkan gelas dan mendekati kamar mandi karena cemas.

Di dalam, Naysila masih menjerit-jerit. Tak tinggal diam, Naysila berlari keluar dari kamar mandi dengan penuh ketakutan.

Begitu ia keluar dari kamar mandi, Alden yang tadi sudah berada di sana langsung menangkap tubuh Naysila yang berlari ketakutan.

"Ada apa, Nay?" tanya Alden.

Naysila memeluk suaminya, menyembunyikan wajahnya dibalik dada bidang Alden. "I-itu... di dalam ada tikus, Mas! Aku takut..."

"Tikus? Mana mungkin ada tikus, kamar mandinya bersih."

"Kalau bersih, nggak mungkin ada tikus," sahut Naysila masih menyembunyikan wajahnya.

"Tapi beneran, kamar mandinya bersih. Sejak tadi aku pakai kamar mandi, nggak ada tikus sama sekali." Alden sangat yakin.

Ia memang tak melihat ada tikus di kamar mandi meskipun sudah beberapa kali menggunakannya. Bahkan, kamar mandi sangat bersih dan wangi.

"Kalau kamu nggak percaya, bisa cek sendiri. Beneran ada tikus kok," ujar Naysila. Tubuhnya bergetar ketakutan.

Alden menghelan napas. Sadar Naysila takut pada tikus dan terus memeluknya, ia mencoba menenangkan istrinya itu.

"Sudahlah, biar nanti aku periksa. Kamu nggak usah takut lagi ya."

Naysila menggeleng cepat. "Aku takut, Mas... Aku tuh takut tikus... Kalau bisa, tikusnya tangkap dan buang."

"Iya, iya, nanti aku tangkap dan buang tikusnya." Alden berkata sembari menyentuh rambut Naysila. Bibirnya melengkung, membingkai senyum.

Hari ini tampaknya ia cukup beruntung. Tak hanya bisa bertemu dengan Naysila, tapi ia juga bisa memeluk istrinya dan bahkan mengelus kepalanya.

"Penakut," ucap Alden pelan. Tapi itu jelas ejekan untuk Naysila.

"Memangnya siapa yang gak takut tikus?" tanya Naysila. "Tikus itu menjijikan, wajar kalau aku takut." Nasyila membela diri.

"Ya, ya, ya..."

Hening sesaat.

Naysila merasa nyaman dalam pelukan Alden, apalagi bau harum maskulin dari tubuhnya terasa begitu mengusik hidung ketika ujung hidungnya menempel pada kemeja Alden.

_____________

1
Tutuk Isnawati
😍 bu tamara getol bener pgn mntunya bertahan
Tutuk Isnawati
semangat thor😍
Lestari Ari Astuti
ditunggu kelanjutannya,setelah minum jus dari ibunya adel🤭
Tutuk Isnawati
kyanya ini ulah bu tamara biar kluarga adiknya nginep 🤣
Lisdaa Rustandy: sengaja dia mah biar anak mantu satu kamar🤣
total 1 replies
Sunaryati
Karena sejak awal pernikahan kamu langsung menutup hati, dan menyakiti hati dan sekarang malu akan berjuang, setelah merasakan kehilangan saat ditinggalkan
Sunaryati
Jika ragu akan disakiti lagi namun kamu akan beri kesempatan, buat perjanjian Nay
Aretha Shanum
ahh bosen alurnya , menye2 kaya bumi sempit ga ada lski2
Lisdaa Rustandy: iya, emang sempit kok. kalo mau yg luas keluar dari novel aja🤣🤣
total 1 replies
lovina
ketawa sj kalau baca novel modelan gini, wnaitanya selalu naif dan bodoh sdngkan laki2nya selalu di buat semaunya dan ujungnya balikan dgn ending sm semua novel, baca buku berkali2 dgn alur yg sama... niat amat author2 dadakan kek gini g bisa yah buat yg beda, g mungkinkan oyak nya cmn satu tuk semua author...kalau di kritik biasnaya tantrum
Lisdaa Rustandy: maaf, saya sudah berkarya hampir 4thn, jadi bukan dadakan lagi. Setidaknya buatlah versi anda sendiri sebelum menertawakan karya orang lain🤣🤣🤣
total 2 replies
Sunaryati
Kamu renungkan semua kesalahan kamu Alden, dan berpikir cara memperbaikinya. Nayla jika kamu masih ada cinta untuk Alden berpikir jernih baru ambil keputusan.
Lestari Ari Astuti
semoga bersatu kembali
partini
hemmm enak bener jadi laki udah cup sana cup nyesel minta maaf balikan ga jadi baca Thor
Lisdaa Rustandy: tapi Alden gak pernah ngapa2in sama Serena, kan dari awal cuma boongan. Cup sana cup sininya darimana, kak? 😄 Alden masih ORI itu
total 1 replies
Lestari Ari Astuti
di tunggu kelanjutannya
Tutuk Isnawati
nyesel deh sekarang gliran orgny dah. prgi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!