Mencintai pria dewasa yang umurnya jauh lebih matang sama sekali tidak terbesit pada diri Rania. Apalagi memikirkannya, semua tidak ada dalam daftar list kriterianya. Namun, semua berubah haluan saat pertemuan demi pertemuan yang cukup menyebalkan menjadikannya candu dan saling mengharapkan.
Rania Isyana mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang sedang menjalani jenjang profesi, terjebak cinta yang rumit dengan dokter pembimbingnya. Rayyan Akfarazel Wirawan.
Perjalanan mereka dimulai dari insiden yang tidak sengaja menimpa mobil mereka berdua, dan berujung tinggal bersama. Hingga suatu hari sebuah kejadian melampaui batas keduanya. Membuat keduanya tersesat, akankah mereka menemukan jalan cintanya untuk pulang? Atau memilih pergi mengakhiri kenangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asri Faris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30
Rayyan menatap tanpa berkedip perempuan yang kini tengah menyuap nasi ke mulutnya. Ia pun tersenyum, entah dimulai dari sejak kapan perasaan itu tumbuh, walaupun pertemuan pertama mereka cukup semrawut, dan terkesan huru hara, namun nyatanya menghadirkan kesan mendalam dan penasaran di hati pria itu.
Pertemuan kedua yang tak disangka-sangka ternyata menyisakan segenggam rindu, hingga membuat hati itu ingin berpaut. Ia pun mulai merubah haluan, tersenyum sendiri membayangkan hal itu. Walaupun Rania kini masih terlihat dingin, dan tidak menyukainya, entah mengapa perasaan itu sangat yakin akan terbalas.
"Woe ... pulang gaes!" seru Kenzo sumringah. Melambai penuh kebebasan. Pasalnya pria itu baru saja jaga malam dan lanjut bertugas paginya, tentu saja waktu pulang menjadi rasa yang paling dinanti dan bahagia.
"Dih ... ngarep banget, baru juga mau stay. Sono gih minggat, nyampah pemandangan aja!" cebik Rania kesal.
"Mayan, masih konek dia, tuh lihat si Asa, ngamuk-ngamuk doi, sesumbar sama kita gegara dikerjain konsulen suruh keluar beli kopi, dan harus di starbuck."
"Sumpah lo, demi apa? Harus banget nurut ya?" Rania pikir manusia ngeselin dan pemaksa itu cuma Dokter Rayyan, ternyata temannya juga menemukan jenis konsulen yang super ngeselin juga, selain tukang memerintah, dia tukang modus.
"Mampus, semoga gue nggak nemui Dokter macam ono, ngeri-ngeri sedap!" timpal Jeje geleng-geleng kepala.
"Hello, ya iyalah nurut, lo pikir ini rumah sakit nenek moyang lo, terus bisa bilang, hai ... sorry beli aja sendiri gue males, dan capek, siap-siap aja lo ngulang dan nggak lulus-lulus."
Hampir semua anak koas mempunyai pengalaman tersendiri. Mulai dari yang paling sleyengan, menyebalkan, sweet memori dapat konsulen super baik, tebar pesona dengan dokter spesialis, sampai ada yang nangis juga gegara salah mulu, salah mulu.
Usai makan Rania lekas bergegas. Istirahat satu jam itu seperti bom waktu, selain untuk isoma, gadis itu harus sadar akan penampilan agar terlihat masih sedap dipandang yang di sebelah. Hari ini Rania kebagian jaga malam, jadi dimulai pukul empat sore gadis itu udah mulai stay di ruang jaga.
Kali ini Rania bersama Dokter Raka yang smoot dan baik banget. Selain care, dia juga tipikal yang tidak pelit ilmu, dan mungkin nilai. Seketika cerita- cerita horor yang teman-teman lontarkan lenyap sudah, beruntungnya Rania malam ini tidak ditemani Konsulen bar bar yang teman-teman ceritakan. Semoga tidak salah langkah.
"Dek, udah makan?" tanya Dokter Raka perhatian.
"Udah Dok, tadi waktu istirahat," jawabnya kalem.
Mereka stay di ruang jaga. Stase obgyn ini emang selalu ramai dengan banyak karakter ibu yang mau melahirkan secara berbeda-beda. Ada yang teriak-teriak, ada yang nangis, dan ada juga yang ngomel-ngomel sepanjang kontraksi.
Ngomong-ngomong, Dokter Raka ini seorang duda beranak satu, Rania belum kepo, eh, si dokter curhat duluan. Well, sok akrab banget kan? Tapi, emang gini strateginya, harus baik-baikin biar dapat nilai bagus,, eh, ralat, maksudnya dapat ilmu dengan nilai bagus.
Ruangan selalu hectic setiap ada pasien yang baru masuk. Tugas dedek koas pun sigap beraksi. Rania mulai sibuk bertanya-tanya meminta data-data salah satu pasien tentang riwayat kehamilan. Perempuan itu pun mendekati salah satu pasien yang baru masuk.
"Selamat sore Bu, apa kabar? Apa yang ibu rasakan, apa sudah mulai mules-mules?"
"Lumayan, Dok, nyeri-nyeri sedap," jawab si ibu dengan wajah nyengir. Mukanya terlihat masih belia, kalau dalam penerawangan diperkirakan masih seusia anak SMA, masih cukup imut menjadi ibu muda.
"Maaf Bu, kalau boleh tahu, umurnya berapa?"
"Tujuh belas tahun," jawab ibu itu dengan binar bahagia.
Ternyata perkiraan Rania tepat sasaran. Sontak perempuan itu manggut-manggut.
"Saya periksa dulu ya Bu, untuk lebih jelasnya sudah pembukaan berapa. Silahkan berbaring Bu?" Rania membantu ibu muda itu naik ke atas bed, dan segera melakukan pemeriksaan.
Usai memeriksa pasien, Rania kembali ke nurse station untuk membubuhi coretan-coretan status pasien. Saat Rania tengah sibuk menulis, datang seorang laki-laki menghampirinya yang bertanya-tanya.
"Dok, gimana kondisi istri saya?" tanya pria itu tak sabaran.
"Namanya siapa Pak?" sahut Rania tanpa merubah posisinya. Perempuan itu pun mendongak, seketika ia terkesiap mendapati pria yang bertanya itu. Ternyata eh ternyata, bapak yang bertanya masih pakai badge OSIS.
Astaga! Anak SMA udah mau jadi bapak? Hello Le, lo ngerti apa tentang kehidupan ini?
Seketika ia teringat dengan Dokter Rayyan yang sudah berumur tapi belum juga kunjung menikah, dan parahnya memaksa dirinya untuk jadi istrinya.
"Ran!" tegur Dokter Raka melihat adek koas yang salah fokus.