Pernikahan nya dengan seorang duda beranak dua,menyisakan luka yang setiap hari nya di rasakan oleh Fifian,,sang mantan istri yang selalu membayangi rumah tangga nya membuat sang suami tidak perhatian pada nya..Di tambah lagi pekerjaan yang selalu menyibukan diri nya..
Ketikan Fifian meminta cerai barulah Alexander sang suami menyadari akan kesalahan nya..
Akankah Fifian memaafkan Alexander..???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dada_1407, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagaimana Mas Rasanya?
"Loh Mas tadi katanya pulang, kok belok ke sini."
"Ke hotel aja."
"Eh? Hotel?"
Alex mempercepat laju mobilnya menuju ke Royal Hotel, salah satu hotel terbaik di negeri ini. pemiliknya adalah salah satu rekan bisnisnya. Alex sudah beberapa kali menginap di sana dan pelayananya memang bagus.
Mobil Alex berhenti di depan hotel, lalu petugas valley hotel langsung membawa mobilnya untuk diparkirkan.
"Sayang sini," Alex menggenggam tangan istrinya.
Fifian bingung kenapa Alex tiba-tiba membawanya ke hotel, mungkin suaminya punya kejutan yang lain.
Setelah check in ,Alex mengajaknya masuk ke dalam lift menuju ke lantai tujuh.
"Kita mau ngapain di hotel?"
"Membuat anak,," jawab Alex sambil terkekeh.
"Mas, serius!"
"Tadi diperjalanan kan aku udah bilang, aku mau mencium kamu sampai puas."
"Di rumah kan bisa. Nggak usah dihotel," gerutu Fifian
"Hotel kan lebih deket, aku udah nggak sabar soalnya."
Pintu lift terbuka di lantai tujuh khusus kamar VIP. Di lantai ini hanya ada enam kamar dan setiap kamar memiliki fasilitas yang tidak diragukan lagi.
"AwW, Mas," Fifian terkejut saat tiba-tiba suaminya menggendongnya . Belum sempat menolak, suaminya sudah membungkamnya dengan ciuman.
Alex lalu menempelkan kartu hotel di pintu, setelah pintu terbuka Alex langsung membawa istrinya masuk ke dalam kamar masih dengan posisi menggendong.
Tak memberikan jeda sedikit pun, Alex kembali melumat bibir istrinya. Alex lalu menurunkan Fifian dan mendorong tubuhnya hingga menempel pada tembok, lalu mencengkram kedua tangan Fifian di atas kepala dan menyematkan ciuman-ciuman ringan di bibirnya.
Alex pastikan hari ini dia akan memiliki istrinya sepenuhnya.
Alex berencana akan membuat istrinya hamil sehingga Fifian tidak punya kesempatan untuk pergi darinya.
"Mas, ahh."
Alex menyeringai saat ia menekan intinya pada inti Fifian, Fifian pun mendesah. Sembari berciuman, satu tangannya yang bebas menjelajahi setiap inci tubuh istrinya.
"Aku menginginkan kamu, Sayang."
"Aku juga." jawab Fifian
Alex kembali menyeringai, senang dengan jawaban istrinya. Alex pikir Fifian akan menolak dan memberontak seperti biasanya, tapi ternyata Fifian begitu pasrah. Alex pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
Alex menggendong tubuh Fifian ala bridal style, lalu membanting di kasur. Masih dengan posisi berada di atas tubuh istrinya, Alex melepas kemejanya dengan tak sabaran lalu membuang ke sembarang arah di samping ranjang. Lalu dia menunduk dan kembali mencium bibir yang entah sejak kapan jadi candu untuknya.
"Aku ingin pegang punya kamu," ucap Fifian tiba-tiba di tengah ciuman mereka.
"Silakan, dengan senang hati." ucap Alex
Alex pun turun dari atas tubuh istrinya dan memposisikan diri bersandar pada punggung ranjang. Fifian bergerak dengan sensual dan duduk di antara pahanya.
"Kamu pasti menginginkan ini sangat lama."
"Hm, tiga tahun, aku ingin menyentuh kamu, Mas."
Alex tersenyum miring, istrinya terlihat begitu menggoda saat sedang bergairah seperti ini. Tak menunggu lama, Fifian pun membuka resleting suaminya dan memainkan milik suaminya yang sudah membengkak.
Alex menikmati gerakan tangan istrinya, Alex memejamkan mata sambil mengigit bibir bawahnya menikmati permainan tangan istrinya. Fifian tidak selihai perempuan-perempuan yang dia sewa. Tapi entah mengapa sensasinya berbeda saat Fifian yang menyentuhnya. Gairah Alex semakin membara.
"Sayang, sedikit lagi," gumam Alex
"Sedikit lagi?"
"Iya, sedikit lagi aku kelu--"
Namun tiba-tiba Fifian turun dari ranjang dan berlari masuk kedalam kamar mandi.
"FIFIAN..!!!"
"APA!" teriak Fifian balik dari kamar mandi.
"Ngapain kamu ke sana? Kembali ke sini."
"Aku nggak mau."
"Apa maksud kamu nggak mau?" Alex begitu marah sekarang karena dia sudah hampir mencapai puncak tapi istrinya tiba-tiba pergi begitu saja.
"Gimana Mas rasanya? Enak ditinggal pas lagi tegang-tegangnya. Itulah yang aku rasakan selama ini. Kamu selalu meninggalkanku saat kita lagi berdua, saat aku sedang bahagia bahagianya, tapi kamu memilih perempuan lain."
Alex mengumpat.
"Itukan dulu, sekarang beda. Aku sudah berubah."
"Kalau kamu benar-benar berubah, kamu nggak mungkin membawaku ke hotel dan melakukan hal yang paling aku tolak. Kamu tau benar aku hanya ingin berhubungan badan saat kamu sudah mencintaiku. Sampai detik ini kamu belum mencintaiku, tapi kamu berani merayu dan menggodaku. Kamu pasti merencanakan sesuatu kan?"
"Aku tebak, kamu pasti ingin membuatku hamil sehingga aku tidak bisa menuntut cerai seandainya kamu berulah lagi dengan mantan istri kesayangan kamu itu." ucap Fifian lagi
Alex tidak menyangka istrinya sepintar itu, pantas saja dari tadi Fifian tidak memberontak, ternyata itu rencana Fifian untuk membuatnya tegang dan setelah itu meninggalkannya begitu saja.
Tapi Alex sangat membutuhkan Fifian sekarang. Sebenarnya dia bisa melakukan sendiri dengan tangannya, tapi dia ingin Fifian yang melakukan itu.
"Oke fine, aku memang merencanakan itu. Itu pun karena aku nggak ingin kehilangan kamu Fifian. Kembali ke sini, kita lanjutkan. Aku janji nggak akan menyentuh kamu. Puaskan aku saja, Sayang."
Dari dalam kamar mandi Fifian tersenyum mendengarkan kalimat memohon suaminya.
Bukannya Fifian ingin bersikap jahat, tapi Fifian hanya ingin memberi pelajaran pada suaminya bahwa dia tidak bisa bersikap semena-mena lagi padanya.
"Sayang ayo dong. Ya udah kalau nggak mau aku cari wanita panggilan aja."
"Silahkan.!!!"
Alex terkejut karena istrinya sama sekali tidak terpengaruh dengan ancamannya. Rasanya Alex tak berdaya melawan Fifian.
Alex turun dari ranjang dengan selangkangan yang membengkak besar dan ingin segera dipuaskan. Dia berdiri di depan kamar mandi dan mengetuk-ngetuk pintu.
"Sayang, buka pintunya. Aku harus apa biar kamu mau buka pintu."
"Janji dulu. Kamu nggak akan pernah menyentuhku tanpa izin dariku. Jangan memaksa atau jangan merencanakan untuk menjebakku lagi.."
"Oke, aku janji. Buka pintunya ya, kita lanjutkan. Kamu sungguh menyiksaku Fifian. Kamu jahat sekali membiarkan suami kamu menderita."
"Gitu doang menderita, apa kabar aku yang kamu cuekin selama tiga tahun."
"Kan aku udah bilang,aku mau memperbaiki kesalahan yang dulu. Kamu yang nggak mau memberikan kesempatan. Ayolah sayang, buka pintunya."
"Perbaiki dengan cara yang benar, bukan malah mau menjebak aku seperti ini."
"Oke, aku akan belajar. Aku akan mengikuti apapun
Yang kamu mau. Kamu mau apa? Menjauhi Febi? Aku sedang melakukan itu. Seharian ini aku menolaknya dan lebih memilih bersama kamu. Perhatian? Aku juga sedang mencobanya. Aku berusaha menjadi suami yang baik untuk kamu. Kamu juga harus berusaha jadi istri yang baik untuk aku."
"Aku udah jadi istri yang baik buat kamu, Mas."
"Iya, Sayang, iya, kamu yang terbaik. Sekarang buka pintunya. Aku mohon."
Tak tega mendengar rengekan suaminya, akhirnya Fifian pun membuka pintu. Saat itu juga Alex ingin memeluknya..
"STOP..!!Aku yang memimpin permainan. Kamu tidak boleh menyentuh anggota tubuhku tanpa izin dariku."
"Oke, aku nurut," ucap Alex pasrah karena dia butuh sentuhan istrinya.
***
Padahal lagi seru-serunya🥺🥺