NovelToon NovelToon
Kebangkitan Zahira

Kebangkitan Zahira

Status: sedang berlangsung
Genre:Wanita Karir / Pelakor jahat
Popularitas:8.8k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Zahira terpaksa bercerai setelah tahu kalau suaminya Hendro menikah lagi dengan mantan pacarnya dan pernikahan Hendro di dukung oleh ibu mertua dan anak-anaknya, pernikahan selama 20 tahun seolah sia-sia, bagaimana apakah Zahira akan melanjutkan pernikahannya atau memilih bercerai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KZ 22

Kita tinggalkan dulu kisah Hendro.

Sekarang, mari kita lihat kehidupan Zahira.

Sudah dua hari Zahira bekerja di konveksi. Seperti hidup pada umumnya, selalu ada dua sisi—ada yang menyambut hangat, ada pula yang memandang dengan kebencian. Zahira hanya mencoba bertahan.

Ternyata, ibunya sedikit keliru. Konveksi itu bukan hanya tempat produksi kain majun. Justru divisi kain majun hanyalah sebagian kecil dari usaha besar yang mereka jalankan. Tempat itu sebenarnya semi garmen—mereka juga memproduksi berbagai jenis pakaian jadi, mulai dari seragam sekolah hingga baju-baju yang cukup mewah untuk pasar butik menengah.

Zahira baru menyadari, ia bekerja di tempat yang jauh lebih kompleks dari yang dibayangkannya. Dan itu berarti: lebih banyak aturan, lebih banyak tekanan, dan tentu saja... lebih banyak mata yang memperhatikannya.

Di tempat kerja itu, Zahira dipertemukan kembali dengan teman lamanya, Yuli. Dulu mereka sempat akrab di masa sekolah, dan kini takdir mempertemukan mereka di antara tumpukan kain dan suara mesin jahit. Yuli bertugas memasangkan kancing pada pakaian, sementara Zahira mendapat bagian menggosok baju.

Selama dua hari ini, Zahira berjuang menyesuaikan diri. Ia harus berdiri selama delapan jam penuh, hanya diberi waktu istirahat satu jam saat Dzuhur untuk makan dan salat. Tubuhnya pegal, kakinya nyeri, tapi ia tetap mencoba tersenyum. Karena dalam diamnya, Zahira tahu—ini bagian dari perjalanan hidupnya, cita-cita boleh tinggi tapi harus selangkah demi selangkah mewujudkannya.

"Memang usia nggak bisa bohong," gumam Zahira sambil memijat tangannya yang pegal.

"Semangat, Zahira," ucap Rojak, pria yang selama dua hari ini diam-diam selalu memperhatikan Zahira dari kejauhan.

Zahira hanya membalas dengan senyum tipis—tapi itu saja sudah cukup membuat hati Rojak terguncang. Ada sesuatu dalam senyum Zahira yang sulit dijelaskan… tulus, namun menyimpan luka.

Sementara itu, dari sudut ruangan, Romlah memperhatikan adegan itu dengan rahang mengeras dan gigi tergeretuk. Kesal bukan main.

Sebelum Zahira datang ke konveksi, dialah ratu di tempat itu—bintang yang selalu disorot. Tapi sejak Zahira bergabung, sinarnya seolah meredup, tergeser oleh pesona baru yang datang tanpa diminta.

Bintang itu kini seperti tertutup awan… dan Romlah tidak terima.

"Janda gatal itu lagi-lagi cari perhatian gebetan kamu, Bos," bisik Rina dengan nada sinis.

Ia memang selalu menjilat Romlah—maklum, Romlah adalah supervisor di konveksi itu, dan Rina tahu ke mana harus berpihak demi keamanan posisinya..

"Sial… aku harus kasih dia pelajaran," geram Romlah, suaranya rendah tapi penuh dendam. Mata tajamnya tak lepas dari sosok Zahira yang sedang tersenyum—senyum yang bagi Romlah terasa seperti penghinaan.

Romlah bergegas menuju arah Zahira, namun sebelumnya ia mengambil sebuah baju berwarna merah dari rak. Langkahnya cepat dan penuh emosi. Di belakangnya, Rina mengikuti dengan penasaran, seperti bayangan yang setia menempel, menanti keributan yang mungkin akan terjadi.

Begitu sampai di depan Zahira, tanpa aba-aba Romlah langsung membentaknya keras.

"Zahira! Usaha ini bisa bangkrut kalau semua kerja seceroboh kamu!" teriak Romlah, suaranya menggema di seluruh ruangan.

Sontak semua mata tertuju ke arah mereka. Suasana yang semula hanya diisi suara mesin jahit mendadak sunyi. Beberapa pekerja saling pandang, menahan napas.

Romlah memang dikenal pandai menjilat atasan. Ia tahu kapan harus bersikap galak dan kapan harus berpura-pura peduli. Dan hari ini, sepertinya Zahira menjadi sasaran berikutnya. Nasib Zahira terancam—hukuman paling ringan adalah potong gaji, tapi yang paling berat bisa saja pemecatan.

"Kenapa kamu tiba-tiba marah padaku?"tanya Zahira dengan tenang, tanpa sedikit pun terlihat terintimidasi.

Justru ketenangan itulah yang membuat amarah Romlah memuncak. Ia merasa seperti dibakar dari dalam—Zahira tak hanya menjawab, tapi juga seolah meremehkan ledakan emosinya.

"Kamu masih juga belum sadar kesalahan kamu!" bentak Romlah dengan nada penuh amarah.

Suara dan tatapannya tajam, seakan ingin menusuk langsung ke hati Zahira.

Ya, aku nggak sadar… karena memang aku nggak salah," jawab Zahira santai, sambil terus menggosok baju tanpa menoleh sedikit pun.

Respons itu seperti tamparan keras bagi Romlah. Harga dirinya seolah diinjak di depan banyak orang. Wajahnya memerah, bukan karena malu—tapi karena amarah yang hampir tak bisa ia kendalikan.

"Lihat ini! Gara-gara kamu, baju ini sampai bolong begini!"bentak Romlah sambil melemparkan baju merah ke arah Zahira.

Baju itu jatuh tepat di depan kaki Zahira, menarik perhatian semua orang yang ada di ruangan. Suasana makin tegang—seolah mereka sedang menonton pertunjukan yang bisa berubah jadi perkelahian kapan saja.

Semua orang terkejut. Selama dua hari ini, Zahira bekerja dengan sangat baik—rapi, teliti, dan tanpa celah. Tapi hari ini, tiba-tiba saja ia melakukan kesalahan fatal.

Mata-mata penuh tanya mulai mengarah padanya, sebagian ragu, sebagian lainnya diam-diam menaruh curiga:

"Apa mungkin Zahira lengah?"

"Atau... ada yang sengaja menjebaknya?"

"Ini apa?" tanya Zahira sambil mematikan setrika, lalu memungut baju yang tadi dilempar Romlah.

Ia mengangkatnya tinggi-tinggi, memperlihatkan lubang kecil di bagian kain.

"Kalau baju bolong seperti ini, apa hukumannya?" lanjut Zahira dengan nada enteng, nyaris seperti orang yang tidak merasa bersalah.

Beberapa karyawan yang melihat adegan itu hanya bisa saling pandang. Dalam hati mereka mengeluh,

"Harusnya Zahira menunduk, minta maaf, dan mengakui kesalahan. Setidaknya kalau begitu, hukumannya bisa lebih ringan…"

Tapi sikap Zahira yang tenang dan malah balik bertanya justru membuat situasi semakin tegang—seolah ia sedang menantang Romlah di depan umum.

"Dasar bodoh! Jelas kamu harus ganti rugi! Harga baju ini lima ratus ribu! Kalau kamu nggak sanggup bayar, ya kamu harus mengundurkan diri!"ucap Romlah dengan nada tajam, sengaja ditekan untuk mengintimidasi Zahira di depan semua orang.

"Apakah hukuman itu berlaku untuk semua karyawan? Atau hanya karena kamu memang membenciku?" tanya Zahira dengan nada enteng namun menusuk.

Pertanyaan itu seperti menyiram bensin ke api. Wajah Romlah memerah, matanya membelalak. Amarahnya semakin menjadi-jadi, karena Zahira justru balik menantang di depan semua orang.

"Aku ini pemimpin yang bertindak bukan karena urusan pribadi, tapi semata-mata karena tanggung jawab pekerjaan," ucap Romlah tegas, berusaha mempertahankan wibawa di hadapan para karyawan.

"Oh, begitu? Jadi kamu akan memberikan hukuman yang sama kepada siapa pun yang melakukan kesalahan seperti ini?" ucap Zahira sambil menatap Romlah tajam, seolah ingin menguji konsistensi dan keadilannya.

"Iya, dan sekarang kamu harus tanda tangan surat kesediaan mengganti barang ini. Kalau nggak mau, silakan angkat kaki dari sini!"ucap Romlah dengan nada tajam dan penuh tekanan.

"Wah, luar biasa... aku bangga sekali punya pemimpin seperti kamu,"ucap Zahira, dengan senyum tipis yang sulit ditebak—antara pujian tulus atau sindiran tajam.

"Jangan banyak bicara! Cepat tandatangani!" bentak Romlah, matanya menatap tajam.

"Aku tidak merasa bersalah. Kenapa harus tandatangan?" jawab Zahira tenang, tapi mantap.

"Omong kosong! Baju itu bolong, tapi kamu masih juga nggak mau ngaku salah?" seru Romlah geram, suaranya meninggi hingga menarik perhatian seluruh ruangan.

Zahira mengambil kartu pekerjaannya dan menyerahkannya kepada Romlah.

"Ini daftar tugas hari ini," ucapnya tenang.

"Aku menggosok baju warna kuning, targetnya 100 set, dan aku sudah menyelesaikan 80 set. Sedangkan baju merah itu bukan bagianku. Itu tugas Rina—anak buah kesayanganmu," lanjut Zahira sambil menatap tajam.

Rina langsung terbelalak. Ia memang jarang fokus bekerja. Baginya, asal pandai menjilat atasan, buat apa capek-capek kerja?

"Sekarang bagaimana?" Zahira kembali bertanya, suaranya tetap tenang tapi menusuk.

"Kamu mau pecat Rina? Atau suruh dia ganti bajunya?"

Wajah Romlah memerah. Malu. Ia asal menuduh tanpa bukti, terlalu percaya diri bisa menekan Zahira. Tapi hari ini, ia baru sadar—Zahira bukan perempuan yang mudah diinjak.

1
Lee Mbaa Young
bisa menggunakan laptops masak gk tau Ada pemberitahuan sih. kn pasti Ada tanda kl ada pemberitahuan masuk.
FLA
ayo lanjut seruuu
Hasanah
enak aj kmu mau jemput Zahira Hendro ngak tau diri PD bnget kamu emang Zahira mau🤣
Liana CyNx Lutfi
jemput zahira krn mau dijadikan pembantu dsar laki2 kurang ajar ,ingat dro zahira itu bkn lg istrimu dasar laki2 serakah nuh urys anak durhakamu jngn nganggu zahira
Sulfia Nuriawati
bkn nya udah d talak kok mau d jemput, pede skali anda hendro, zahira lg berjuang utk muwujudkan cita²nya, jd urus aja, istri rs psk mu itu
Purnama Pasedu
PD si hendro
Purnama Pasedu
elegan
FLA
dih pede banget, emak mau Zahira ma elu lagi ngaca
stela aza
lanjut ,,, udh g sabar nunggu giliran Romlah ketahuan mencuri 🥰
FLA
uhh keren keren Za
FLA: gas lanjut lagi tor
SOPYAN KAMALGrab: terima kasih
total 2 replies
Purnama Pasedu
Zahira bisa kan
Purnama Pasedu
kena lagi zahira
Purnama Pasedu
itu anak bos ya,kena kamu
FLA
rasakan itu, senjata makan tuan kan Zahira di lawan
FLA: iya harus itu, masa dia yg makan duit nya eh orang lain di tuduh
stela aza: sekalian pecat terus penjara sama antek anteknya karena telah menggelapkan barang produksi,,,
total 4 replies
mahira
keren zahira
Hasanah
si Romlah pngen AQ ulek mukax
Lee Mbaa Young
Zahira terlalu polos dan nantang mkne di gitukan.
Pa lagi gk Ada cctv dan bekingan km akn kalah zahira.
sebagai orang Awam dan baru hrse diam dulu jng nantangin terang terangan.
kl dah lama dan tau kondisi lingkungan br lah gerak.
kl dah gini km bisa apa.😅.
stela aza
emank di garmen itu g ada cctv apa ,,, ini udh termasuk fitnah kejam dan tindakan kriminal ,,, ayo Zahira lawan PO Romlah kamu kan cerdas dan pintar jgn mau di tindas 🥰
kalea rizuky
cpet urus cerai resmi zahira
Purnama Pasedu
nuduh perlu bukti
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!