Ketika penggemar webtoon <Tower of God>, Arkan, tidak sengaja bertransmigrasi ke tubuh Neon Argarither dan menjadi bagian dari karakter webtoon <Tower of God> itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echo Gardener, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Setelah mengatakan itu, Neon mulai menggunakan shinsunya. Dia memanipulasi shinsu di areanya dengan sesuka hati, bahkan sampai tidak terdeteksi oleh Ranker-Ranker dan Administrator Lantai 31, kecuali yang berada di area dekatnya saat ini. Neon membuat penghalang yang terbuat dari shinsu hitam kemerahan miliknya untuk mengurung mereka dari dalam, sehingga orang-orang luar tidak bisa melihat ataupun mendengar mereka karena dari luar memang tampak seperti tidak terjadi apapun.
Setelahnya, terlihat kepanikan dari 30 musuh di hadapannya dan itu membuat Neon tersenyum. Kemudian dia menoleh ke sampingnya melihat Phantaminum dan menyuruhnya untuk bersenang-senang melawan mereka.
"Hei, Neon. Giliran makhluk lemah seperti mereka, kau kasih ke aku. Coba sepantaran Zahard dan semacamnya, pasti kau tidak akan mau memberikan mereka padaku." keluh Phantaminum.
Melihat Neon yang mulai memakan es krim cairnya dan tidak mempedulikan keluh kesahnya, membuat Phantaminum pasrah untuk sesaat. Kemudian dia bangkit berdiri dari tempat duduk untuk meregangkan tubuhnya, menoleh ke Esentia dan melihat kalau si itik biru sedang bermain dengan aplikasi barunya, Dotori.
"Jadi pekerjaan kotor hanya aku yang kerjakan? Dosaku bertambah dan hati suciku semakin gelap, setiap aku melangkahkan kaki akan selalu ada noda darah di jejak yang ku tinggali. Sepertinya aku hanya bisa hidup dengan darah orang saja." gumam Phantaminum sedih.
Esentia berhenti bermain dan memandang Phantaminum dengan tatapan kosong, kemudian menoleh untuk melihat Neon. "Kau punya sahabat yang aneh." katanya.
Neon berhenti makan es krim cairnya dan mengangkat wajah melihat Esentia di sampingnya. "Memangnya sejak kapan dia normal?" balasnya.
Esentia: "..."
...****************...
Di suatu Lantai, seorang wanita tinggi berkulit pucat berambut biru muda yang sangat panjang, dan mata biru. Wanita itu mengenakan pakaian berwarna gelap dan tersenyum pada pria di hadapannya.
Pria itu adalah Pemandunya. Dia memandang wanita itu dengan tatapan hormat dan bertanya dengan nada sopan, "Bagaimana, Tuan Putri?"
"Ah, info ini lumayan. Aku tidak menyangka kalau saudaraku sudah keluar dari ruangan itu. Ku kira dia akan selamanya berada di dalam ruangan tersebut. Aku jadi penasaran dengan orang yang akan ditemuinya nanti. Aku sudah bertanya pada Ayah, tapi dia merahasiakannya dariku dan itu berarti orang yang akan ditemui saudaraku itu adalah seorang yang sangat kuat."
"Seorang yang sangat kuat?"
Wanita itu duduk dan menyandar ke kursi kulit berlengan. "Begitulah dengan saudaraku, Esentia, dia hanya akan mau bertemu dengan orang terkuat saja. Aku pernah melawannya dan aku kalah darinya, tapi setidaknya aku bisa sedikit melukainya. Pokoknya orang yang pernah bicara dengannya hanya Ayah, orang itu, aku dan juga Maria. Selebihnya tidak pernah," tambah wanita berambut biru, "Waktu itu aku pernah memperkenalkannya dengan adikku, Ran, tapi sayangnya Esentia mengacuhkannya. Ya... karena dia adalah calon penerus, wajar sih dia bersikap seperti itu. Tapi yang aku inginkan saat bertemu dengannya lagi di suatu Lantai entah di Lantai mana, setidaknya dia bisa terbuka dengan saudaranya yang lain. Intinya sih aku mau dia memperkenalkan orang terkuat itu padaku. Berharap orang itu melebihi ekspetasiku." katanya tersenyum.
"Seperti itu rupanya." balas Pemandu itu.
Tok, tok!
"Tuan Putri, kapal perangnya sudah siap." kata seseorang dari luar ruangan.
Wanita itu memancarkan ekspresi puas di wajahnya. "Baiklah, waktunya memulai apa yang buku kuno itu ceritakan. Untuk memulainya aku akan memancing umpan supaya bisa menumpahkan banyak darah lagi untuk tujuanku. Dan aku akan membuat Menara ini berlumuran darah." katanya bangkit dan berjalan pergi keluar ruangan diikuti dengan Pemandunya.
...****************...
Di dalam sebuah ruangan kapal besar yang tengah melayang di langit Lantai 30, seorang pria tampan berpakaian rapi duduk di atas kursi mewah, mendengarkan suara rusak dari radio tua sambil mengisap sebatang rokok.
[Jadi? Apa kau punya jawaban atas pertanyaanku?]
Pria tampan itu menghembuskan asap rokok dari mulutnya. "Untuk orang seumurmu, kau ini sungguh tidak sabaran. Tunggulah sebentar lagi, karena permainannya baru saja akan dimulai." katanya.
[...lalu, bagaimana dengan itu?]
Pria itu tersenyum sambil membenarkan kacamatanya. "50% sesuai dengan informasi yang ku terima dari beberapa informanku. Ciri-cirinya juga hampir sama. Aku belum pernah bertemu dengannya langsung saat menaiki Menara, tapi aku sudah pernah mendengar tentangnya langsung dari orang-orang itu."
[...kalau itu benar, kau mau apa darinya?]
"Aku hanya ingin bertanya padanya... di mana dia menyembunyikan semua Rankerku."
[Tapi itu... seperti... menjadikan lawan...]
"Ha! Aku tidak segila itu menjadikan orang terkuat itu sebagi lawanku. Bisa-bisa, aku dan keluargaku yang akan lenyap dari Menara ini. Aku tidak mau usahaku selama ini lenyap karena menjadikan orang itu lawanku, kan? Lalu, bagaimana dari pihakmu sendiri?"
[...tidak akan... perlihatkan diri... mati...]
"Untuk orang sepertimu itu wajar saja kau takut dengannya, walaupun aku juga sama. Lebih baik kau amati saja pergerakkannya di Lantai ini. Kalau misalkan dia benar-benar ada di Lantai ini, sebaiknya kau memperingati orang-orangmu sendiri untuk tidak bertindak gegabah. Kita tidak tahu alasan orang terkuat sepertinya berada di Lantai ini, kan?"
[...tidak mau mati... bzzt... kau... bzzt... amati sendiri saja—bzzt!]
Setelahnya, radio tua itu mati begitu saja; tidak berfungsi lagi. Pria tampan itu menghisap rokok dan mengeluarkannya dari mulutnya lagi. Dia memandang langit Lantai 30 dari kaca besar di ruangannya sambil tersenyum pahit.
"Lele sialan itu sudah berani rupanya."
...****************...
Di waktu yang sama, namun di area yang berbeda di Lantai 30. Banyak kapal mulai berdatangan, ini semua karena para kapal tersebut telah mengangkut banyaknya partisipan yang akan mengikuti pertarungan di Lantai ini. Dan mereka yang ada di dalam kapal itu secara tidak sengaja merasa kagum setelah melihat sebuah kapal besar bernama Archimedes.
...****************...
...Ayah telah log in....
Emily
[Hai, Ayah! Ada yang ingin kamu ketahui lagi?]
^^^Ayah^^^
^^^Aplikasi anak ayam kuning.^^^
Emily
[Aku tidak mengerti. Tolong ajari aku.]
^^^Ayah^^^
^^^Bukannya itu saudaramu?^^^
Emily
[Maafkan atas ketidaktahuan tentang hal itu. Jika kamu memberitahukan aku tentang itu, aku mungkin bisa memahaminya.]
^^^Ayah^^^
^^^Lupakan saja~^^^
^^^Apa kau tahu seberapa imutnya anakku?^^^
Emily
[Aku tidak mengerti. Tolong ajari aku.]
^^^Ayah^^^
^^^Kamu tidak mengerti?^^^
^^^Serius?^^^
Emily
[Ya, aku tidak mengerti. Tolong ajari aku.]
^^^Ayah^^^
^^^Dasar aplikasi payah!^^^
^^^Aplikasi yang katanya memiliki pengetahuan yang luas, tapi jawabanmu itu hanya memperdalam ketidaktahuan yang dimiliki olehmu sendiri.^^^
^^^Ayah^^^
^^^Aplikasi apaan tidak tahu seberapa imut dan menggemaskannya anakku!^^^
^^^Ayah^^^
^^^Bad review, bad review!^^^
^^^Pengguna kecewa!^^^
^^^Bintang 1!^^^
...****************...
Dan di sebuah ruangan yang gelap, seorang wanita yang terbaring di dalam sebuah tabung raksasa kini berteriak dengan sekencang-kencangnya dan mengatakan kalau dia itu sama sekali tidak payah dan dia juga mengutuk pengguna bernama 'Ayah'.