NovelToon NovelToon
Pengantin Dunia Lain

Pengantin Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Horor / Hantu
Popularitas:770
Nilai: 5
Nama Author: BI STORY

Bu Ninda merasakan keanehan dengan istri putranya, Reno yang menikahi asistennya bernama Lilis. Lilis tampak pucat, dingin, dan bikin merinding. Setelah anaknya menikahi gadis misterius itu, mansion mereka yang awalnya hangat berubah menjadi dingin dan mencekam. Siapakah sosok Lilis yang sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BI STORY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Teror Menyerang Indigo

Reno berjalan perlahan di jalan setapak taman belakang mansion. Ekspresinya tampak lelah dan kacau. Dia baru saja memastikan ibunya, Bu Ninda, tertidur pulas.

Pikirannya dipenuhi gambaran Bu Ninda yang merangkak di dinding, lalu teriakan Bu Kinanti, dan kata-kata terakhirnya.

​Dia berhenti di dekat air mancur batu. Dia menarik napas dalam-dalam.

​Tiba-tiba, dia mendengar suara lembut, seperti gesekan sutra di atas rumput.

Hantu Lilis/Alice muncul dari balik pohon kamboja, berjalan anggun ke arahnya. Wajahnya bersinar lembut di bawah cahaya remang-remang, terlihat sangat sedih dan rapuh.

"​Kamu terlihat gelisah, Reno. Kenapa kamu tidak istirahat?"

​Reno menoleh cepat, terkejut. Sosok Lilis terlihat begitu nyata, begitu damai, kontras sekali dengan kekacauan yang tadi siang terjadi.

​Reno menghela napas, suaranya sedikit bergetar.

"Lilis... atau siapapun kamu. Aku butuh kejelasan. Aku... aku hampir kehilangan ibuku tadi siang?"

​Lilis berjalan mendekat, tangannya terulur, tetapi ditahan.

"Aku tahu. Itu semua adalah ulah wanita indigo gila itu. Bu Kinanti. Dia membawa kegelapan, mantra, dan ketakutan ke dalam rumah ini. Dia menyakiti keluarga kita."

​"Dia bilang... dia bilang kamu yang melakukannya. Dia bilang kamu merasuki Mama. Dia bilang... kamu adalah hantu, Lilis."

​Lilis ekspresinya langsung berubah menjadi sangat terluka, hampir menangis.

​Lilis berkata dengan nada kecewa yang dalam.

"Jadi, setelah semua yang kita lalui, kamu masih percaya pada wanita itu? Setelah dia menuduhku dan melukai Mama Ninda?"

​Reno menggeleng, bingung.

"Aku... aku tidak tahu lagi harus percaya siapa. Aku melihat Mama merangkak di dinding! Aku dengar suaranya yang melengking! Lalu Kinanti bilang kamu menggunakan tubuhnya sebagai tameng! Katakan padaku, Lilis... Siapa kamu sebenarnya?"

​Lilis berjalan mendekat, tatapannya memohon.

​Lilis berkata sangat pelan, seolah rahasia besar.

"Lihat aku, Reno. Apakah aku terlihat seperti hantu?"

​Reno menatapnya. Kecantikan dan kelembutan Lilis memang meyakinkan. Dia terlihat seperti wanita yang membutuhkan perlindungan.

​"​Aku adalah Lilis. Aku adalah manusia, sama sepertimu. Aku sendiri. Aku datang ke rumah ini karena pernikahan kontrak denganmu. Lalu sekarang, kamu meragukanku dan lebih percaya orang jahat itu?"

Reno meninggikan suara.

"Orang jahat? Siapa? Apakah itu Bu Kinanti?"

​Lilis mengangguk cepat.

"Ya! Dia adalah salah satunya. Dia... dia seorang dukun! Dia cemburu pada kedekatanku denganmu, dengan keluargamu. Dia melihat aku, yang seharusnya dicintai, menjadi fokus perhatianmu, dan dia membenciku. Dia menciptakan ilusi-ilusi itu!"

​Reno matanya menyipit, ada keraguan.

"Dia berpura-pura mencari sesuatu, hanya untuk membuat kalian panik. Dia ingin mengacaukan pikiran kalian. Dia tahu jika kalian berdua percaya dia, kalian akan melawanku, dan dia bisa menyingkirkanku."

​Lilis kini berdiri sangat dekat dengan Reno. Matanya memancarkan ketulusan yang dibuat-buat, namun sangat meyakinkan.

"​Aku di sini untukmu, Reno. Aku tidak akan pernah menyakiti kalian. Aku mencintai keluargamu. Semua yang terjadi adalah perbuatan wanita jahat itu, Kinanti. Dia cemburu. Dia yang membuat Ibumu kerasukan. Bukan aku."

​Lilis meraih tangan Reno dengan kehati-hatian. Reno merasakan sentuhan dingin, namun itu terasa seperti sentuhan dari seorang wanita yang ketakutan.

"​Sekarang, katakan padaku. Siapa yang akan kamu percaya? Keluarga yang mencintaimu, yang hanya ingin ketenangan, atau orang asing yang datang membawa kekacauan dan menyebutku, yang kamu cintai, sebagai hantu?"

​Reno terdiam. Perkataan Lilis menusuk logika pertahanannya. Dia menyingkirkan semua keraguan.

​Reno menggenggam tangan Lilis erat-erat.

"Aku... aku percaya padamu, Lilis. Aku minta maaf. Aku tidak akan membiarkan wanita itu kembali."

​Lilis tersenyum. Senyum kemenangan, meskipun wajahnya tetap terlihat lembut dan bersyukur. Ada kilatan licik di matanya yang hanya Reno tidak lihat.

"​Terima kasih, Reno. Sekarang, mari kita bersihkan rumah ini dari sisa-sisa kegelapan yang dia bawa. Aku akan melindungimu."

​​Bu Kinanti berada di ruang kerjanya yang dipenuhi buku-buku kuno. Dia tampak lelah, tetapi matanya fokus. Di hadapannya, ada peta denah kasar dari mansion keluarga Reno, dan di sampingnya, sebuah mangkuk air yang permukaannya diselimuti asap dupa tipis.

​Dia bergumam,

"​Kamu bilang peringatan kecil... Kamu menipu Reno, Lilis. Kamu bukan hanya hantu, kamu adalah entitas pendusta."

​Dia menutup matanya, mencoba menembus kabut energi untuk melihat keberadaan Lilis.

​Tiba-tiba, api lilin di mejanya berkedip liar, padahal tidak ada angin di dalam ruangan. Mangkuk air yang seharusnya tenang, kini beriak kuat, seolah ada batu yang dilemparkan ke dalamnya.

​Bu Kinanti berbisik.

"​Kamu mendengarku."

​Terdengar suara cekikikan melengking yang mengerikan dan sarkastik, persis seperti yang keluar dari mulut Bu Ninda, terdengar dari suatu tempat di luar.

"​​Emak-emak indigo... Kamu mengusik aku!"

​Bu Kinanti tersentak, wajahnya pucat. Dia langsung meraih sebuah segelas air yang tersimpan di balik tumpukan buku, menggenggamnya erat-erat.

​"​Pergi! Tempat ini dilindungi!"

​​Jendela besar di ruang tamu Bu Kinanti tiba-tiba pecah. Bukan sekadar retak, tetapi hancur berkeping-keping, seolah dihantam benda keras tak kasat mata dari dalam. Angin dingin dan berbau aneh menyerbu masuk.

​Bu Kinanti melompat berdiri, matanya melebar ketakutan.

​"​Tidak!"

​Terdengar suara pecahan kaca lain yang terdengar secara beruntun di ruangan yang berbeda.

​Suara pecahnya kaca terdengar bertubi-tubi, seperti tembakan yang memekakkan telinga. Kaca di dapur, kaca di kamar tidur, bahkan bingkai foto berfigura kaca yang tergantung di dinding ikut meledak.

​"​Kamu pikir rumah ini suci? Kamu pikir mantramu berguna? Aku sudah ada di sini, Bu Kinanti! Aku di mana-mana!"

​Bu Kinanti kini berlutut, wajahnya gemetar. Dia tidak menghadapi ilusi, dia menghadapi kekuatan murni yang menghancurkan. Energi dingin dan destruktif itu langsung menyerang pusat-pusat perlindungan spiritualnya.

​Dia mencoba membaca mantera, tetapi suaranya tercekat di tenggorokan.

Bu Kinanti berjuang, terengah-engah.

"Aku... aku tidak takut padamu!"

​Kaca jendela ruang kerjanya, yang hanya berjarak satu meter darinya, meledak menjadi debu kaca. Ribuan pecahan kecil menghujani mejanya. Bu Kinanti melindungi wajahnya dengan kedua tangan.

​"​Kamu ingin melindunginya? Reno? Aku sudah memilikinya. Dia mengusirmu demi aku. Apa lagi yang kamu punya, Bu Kinanti?"

​Sebuah vas bunga keramik di rak melayang di udara sesaat, lalu jatuh dan pecah tepat di samping kepala Bu Kinanti.

​Bu Kinanti menjerit, bukan karena sakit, tetapi karena teror yang nyata. Ini bukan lagi pertempuran spiritual, ini adalah ancaman fisik yang brutal.

​Dia merangkak mundur, menjauhi serpihan kaca dan kekacauan. Nafasnya terputus-putus.

​"​Ini bukan rumahmu. Kembali ke lubang kuburmu, Lilis! Tidak... kamu yang harus tahu tempatmu!"

​Lampu di ruangan itu kembali menyala normal. Keheningan yang tiba-tiba jauh lebih menakutkan daripada suara pecahan kaca tadi. Bau aneh itu menghilang.

​Bu Kinanti merangkak ke dinding, memeluk lututnya, tubuhnya gemetar hebat. Dia menatap ke sekeliling ruangan yang berantakan, serpihan kaca mengkilap di mana-mana.

Air mata ketakutan menetes di pipinya.

​Dia tahu, entitas yang ia hadapi kali ini terlalu kuat, dan yang paling parah, entitas itu sudah berhasil memisahkan dia dari target utamanya, keluarga Bu Ninda.

​Bu Kinanti menangis terisak. Berbisik kepada dirinya sendiri.

"Sudah cukup... Sudah cukup. Aku... aku tidak bisa."

​Dia menggeleng-gelengkan kepalanya panik, menolak semua yang baru saja terjadi.

​"Aku bersumpah... aku tidak akan mengusikmu lagi. Aku tidak akan kembali ke rumah itu. Ambil saja. Ambil saja mereka semua."

​Dia menyerah. Wajahnya yang tegar kini dipenuhi rasa sakit dan kekalahan. Untuk pertama kalinya, rasa takut mengalahkan tekadnya.

​Dia tahu, bagi Lilis/Alice, ini baru permulaan. Dan dia tidak mau lagi menjadi sasarannya.

Bersambung

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!