30 Tahun belum menikah!
Apakah itu merupakan dosa dan aib besar, siapa juga yang tidak menginginkan untuk menikah.
Nafisha gadis berusia 30 tahun yang sangat beruntung dalam karir, tetapi percintaannya tidak seberuntung karirnya. Usianya yang sudah matang membuat keluarganya khawatir dan kerap kali menjodohkannya. Seperti dikejar usia dan tidak peduli bagaimana perasaan Nafisha yang terkadang orang-orang yang dikenalkan keluarganya kepadanya tidak sesuai dengan apa yang dia mau.
Nafisha harus menjalani hari-harinya dalam tekanan keluarga yang membuatnya tidak nyaman di rumah yang seharusnya menjadi tempat pulangnya setelah kesibukannya di kantor. Belum lagi Nafisha juga mendapat guntingan dari saudara-saudara sepupunya.
Bagaimana Nafisha menjalani semua ini? apakah dia harus menyerah dan menerima perjodohan dari orang tuanya walau laki-laki itu tidak sesuai dengan kriterianya?"
Atau tetap percaya pada sang pencipta bahwa dia akan menemukan jodohnya secepatnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18 Teguran
Nafisha berdiri di depan Arthur dengan kepalanya menunduk ke bawah dengan tangannya sejak tadi saling menggenggam.
"Saya berjanji kejadian ini tidak akan terulang lagi. Pak," ucap Nafisha dengan gugup mencoba untuk meyakinkan atasannya itu yang sejak tadi menatapnya begitu sangat dingin.
"Ini kantor dan seharusnya kamu sebagai karyawan bisa menjaga nama kantor ini dengan baik dan bukan menciptakan keributan seperti tadi. Saya tidak peduli urusan pribadi apa yang terjadi di antara kalian, tapi jangan menyelesaikannya di kantor saya!" tegas Arthur.
"Bukan apa-apa. Apa yang kalian lakukan hanya merugikan dan membuang waktu saya, dengan orang bekerja di kantor ini berkelahi dengan orang asing dari luar, bagaimana jika di antara mereka berdua ada yang mati di kantor ini, kantor saya akan didatangi polisi di garis polisi dan akan dipermasalahkan. Mau berapa banyak waktu dan materi harus dikeluarkan untuk semua ini hah!"
"Kamu jangan menganggap semua pekerjaan main-main dan apa-apa harus diselesaikan di kantor. Kamu bukan setahun 2 tahun bekerja di perusahaan ini dan bahkan kamu orang yang lama bekerja di perusahaan ini, lebih banyak pengalaman dari yang lain, tetapi kamu seolah-olah tidak mengerti etika perusahaan dan tidak tahu aturan!" tegas Arthur memang sangat bijaksana berbicara dengan karyawannya dan tidak suka karyawan menye-menye.
Siapapun bersalah harus menerima semua konsekuensinya, termasuk apa yang terjadi saat ini.
Nafisha hanya menunduk tidak bisa mencari pembelaan, masalah pribadinya harus dilibatkan dengan pekerjaan dan semua itu memang salahnya.
"Keluarlah dan saya maafkan kejadian hari ini dan jika semuanya sampai terjadi lagi, Saya juga punya kuasa untuk menggantikan kamu," ucap Arthur.
Nafisha berpamitan dengan menundukkan kepala dan kemudian keluar dari ruangan tersebut karena sudah diusir.
Sementara di lobby, tadi Nadien membantu Denny mengobati luka Denny dan sekarang mereka berdua terlihat membersihkan meja dan juga dokumen-dokumen di lantai.
"Huhhh, nggak kebayang kalau mereka berdua benar-benar jadi menikah. Nafisha mungkin bisa di KDRT dengan laki-laki model kayak gitu," ucap Nadien sejak tadi tidak berhenti mengoceh.
Sementara Denny hanya diam saja membersihkan meja tersebut dan menyusun berkas-berkas itu.
"Huhhh, kalau begitu mending nikah sama lo aja, gue lebih setuju, masa bodoh status pekerjaan kalian berdua itu bagai langit dan bumi yang penting Nafisha sahabat gue mendapatkan laki-laki yang sayang sama dia dan perhatian, gentle kayak apa yang lo lakuin barusan," ucap Nadien.
"Begitu," sahut Denny menanggapi dengan tersenyum miring.
"Kenapa Nafisha tidak membatalkan pernikahannya dengan laki-laki itu, walau sudah mengetahui bagaimana sifat aslinya?" tanya Denny.
"Kalian itu dekat, tanya saja sendiri kenapa dan pasti ada sesuatu yang menjadi masalah besar, maka dari itu Nafisha belum mengambil tindakan itu," jawab Nadien memang tidak memiliki kuasa untuk menjelaskan.
Ditengah-tengah kedua orang tersebut tiba-tiba saja Nafisha yang mereka bicarakan sudah muncul.
"Bagaimana Nafisha? Pak Arthur marah?" tanya Nadien dengan jantung berdebar kencang pasti mereka juga akan mendapatkan masalah.
"Memangnya aku karyawan spesial anak emas, hingga sudah membuat kekacauan seperti ini dan tidak dimarahi," jawabnya tampak pasrah.
"Jadi benar-benar marah!"
"Kamu dipecat?" tanya Denny.
"Tidak dipecat, tetapi diancam," jawabnya.
"Syukurlah kalau masih ancaman dan biasanya bos memang suka mengancam-ngancem, paling juga nggak akan dilakuin kalau kita nggak ngulangi lagi," ucap Nadien baru bisa bernafas lega jika tidak terjadi masalah besar.
"Tetap saja kejadian ini benar-benar sangat memalukan, aku tidak menyangka Agam bisa sampai datang ke perusahaan dan membuat keonaran seperti ini, tadi kamu tidak lihat coba dia bisa-bisanya dengan sengaja menyenggol bahu Pak Arthur. Apa coba maksud-nya," ucap Nafisha dengan memijat kepalanya yang sudah tidak tahu bagaimana cara menghadapi Arthur.
"Namanya orang gila yang pasti melakukan sesuatu tanpa dipikir dulu dan lihatlah imbasnya ke orang lain," sahut Nadine.
"Aku harus benar-benar membatalkan pernikahanku dengan dia. Aku harus meyakinkan Abi dan bisa tegas untuk membatalkan semua pernikahan ini dan membicarakan kepada keluarga Agam. Jika tidak maka kau akan terus seperti ini," ucap Nafisha.
"Bukannya kamu sendiri yang mengatakan bahwa kamu sudah melakukan berbagai cara dan Abi kamu tetap ingin kalian berdua menikah dan alasannya tetap sama, karena kamu harus menikah karena terpatok usia," ucap Nadien.
"Tapi pasti hal yang bisa membatalkan pernikahan kami dan Abi percaya padaku bahwa dia bukan laki-laki yang baik," ucap Nafisha.
"Kalau begitu kumpulkan saja bukti sebanyak-banyaknya bahwa dia memang bukan laki-laki yang baik," ucap Denny memberi saran kepada temannya itu.
"Bagaimana caranya?" tanya Nafisha.
Denny tiba-tiba mengajak temannya itu untuk dekat dengannya dan Nadien tidak mau ketinggalan yang juga mendengarkan saran dari Denny.
Mereka berdua mengangguk-angguk seolah mengerti semua rencana Denny.
****
Nafisha baru saja pulang ke rumahnya terlihat begitu sangat lelah.
"Pulang itu, ngucapin salam," Nafisha menoleh ke belakangnya ternyata ada orang yang berdiri di depan wastafel yang sedang mencuci piring.
"Kak Della, tumben malam-malam seperti ini cuci piring," ucap Nafisha sampai kaget seperti baru terjadi seumur hidupnya.
"Di cuci salah, nggak dicuci besok pagi marah-marah," jawab Della terlihat sewot.
"Ya namanya juga orang kaget," sahut Nafisha terlihat mencabut peniti di bagian bawah lehernya dan membuka hijabnya.
Nafisha terlihat begitu kegerahan.
"Kamu kenapa sih sekarang pulang sering malam-malam, kamu nggak takut diomongin tetangga, anaknya Umi Saras yang selalu berpenampilan anggun memakai hijab pulangnya kok malam-malam," ucap Della menirukan mulut emak-emak di sekitar rumahnya.
"Memang ada ya tetangga di sini yang tidak pernah membicarakan Nafisha, semua tetangga di sini selalu ingin mencampuri urusan pribadi Nafisha," sahut Nafisha memang sudah merasa hidupnya terlalu begitu santai, sering menjadi bahan perbincangan.
Bagaimana tidak dirinya belum menikah di usia lanjut seperti saat ini dan bukankah tetangga yang paling heboh dan apalah arti dengan pembicaraan yang lain yang sudah tidak dipedulikan Nafisha.
"Ya tapi tetap juga hal itu tidak bagus, memang pekerjaan harus diselesaikan semua di kantor. Kamu nggak lihat berita di televisi, sekarang itu lagi rawan begal, orang jahat itu banyak sekali melakukan kejahatan tanpa mikir-mikir, pembunuhan di mana-mana sedikit-sedikit langsung bunuh mutilasi buang, ihhh ngeri tau dan apalagi kamu perempuan yang jalan sendirian malam-malam," ucap Della mencoba mengingatkan adiknya itu.
"Tumben banget peduli, jangan-jangan setelah ini mau minjem duit," sahut Nafisha.
"Kamu itu berprasangka buruk terhadap saudara, kalau seorang Kakak mengingatkan dan bukan berarti ujung-ujungnya ada maunya, kamu mati juga dimutilasi keluarganya juga yang repot," sahut Della.
"Astagfirullah, Kak, udah deh jangan bicara seperti itu, ngeri tahu dengarnya," Nafisha sampai mengangkat kedua bahunya.
"Makanya kamu pulangnya jangan malam-malam, kamu harus bisa mengatur waktu dan besok pagi kamu juga harus masak, jangan jadikan alasan pulang malam dan besok pagi tidak masak," ucap Della.
"Huhhhh, masak lagi, di kira cuci piring malam ini dan aku tidak akan memasak besok pagi dan ternyata sama saja, nggak ada yang berubah sama sekali," ucap Nafisha dengan sewot.
Bersambung......
tapi aku kok agak takut Agam bakalan balas dendam yaa...dia kan aslinya laki2 begajulan
wanita sholekhah jodohnya pria yg sholeh.nafish gadis yg baik kasihan banget dapet laki2 keong racun hia huaa