Bagaimana jadinya jika seorang penulis malah masuk ke dalam novel buatannya sendiri?
Kenalin, aku Lunar. Penulis apes yang terbangun di dunia fiksi ciptaanku.
Masalahnya... aku bukan jadi protagonis, melainkan Sharon Lux-tokoh antagonis yang dijadwalkan untuk dieksekusi BESOK!
Ogah mati konyol di tangan karakternya
sendiri, aku nekat mengubah takdir: Menghindari Pangeran yang ingin memenggalku, menyelamatkan kakak malaikat yang seharusnya kubunuh, dan entah bagaimana... membuat Sang Eksekutor kejam menjadi pelayan pribadiku.
Namun, ada satu bencana fatal yang kulupakan
Novel ini belum pernah kutamatkan!
Kini aku buta akan masa depan. Di tengah misteri Keluarga Midnight dan kebangkitan Ras Mata Merah yang bergerak di luar kendali penulisnya, aku harus bertahan hidup.
Pokoknya Sharon Lux harus selamat.
Alasannya sederhana: AKU GAK MAU MATI DALAM KEADAAN LAJANG!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.A Wibowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Pagi hari datang lebih cepat dari yang Sharon inginkan. Ia masih terbayang-bayang sosok misterius yang berdiri di atas atap semalam. Setiap kali ia memejamkan mata, bayangan itu muncul kembali — diam, gelap, dan seolah… mengenalnya
Saat Sharon bingung harus melapor atau tidak, pintu kamarnya terbuka pelan.
“Nona Sharon.” Gilbert berdiri di ambang pintu, membawa mantel tebal yang masih basah di bagian ujungnya.
“…Gil? Dari mana saja kamu?” Sharon bertanya pelan. “Kau tahu—”
Namun Gilbert tidak langsung menjawab dan membiarkan ucapan selanjutnya dari sharon bagaikan angin lewat, tak mendengarkan ocehannya. Ia hanya menatap tajam ke arah jendela, lalu ke langit-langit kamar. Seolah mencari sesuatu.
Beberapa menit sebelumnya, Gilbert memeriksa atap bagian utara kediaman itu.
Tanah liat di genting masih basah oleh embun, namun ia melihatnya dengan jelas:
Sebuah jejak kaki.Tidak simetris. Seolah seseorang mendarat dengan ringan… lalu melompat lagi.
Dan satu hal yang membuatnya merinding —Jejak itu muncul tanpa jejak naik atau turun.
Seseorang berada di atap tanpa menggunakan tangga atau pijakan. Gilbert meraba jejak itu, mengernyit.
“…Ini bukan penyerangan biasa.”
Ia menghapus jejak itu dengan sarung tangannya — agar Sharon tidak panik.
“GIL … KAMU DENGAR GAK SIH?”
Suara cempreng dari Sharon berhasil menghapus lamunan Gilbert beberapa waktu tadi. Ia pun menatap ke majikannya, ia tampak berantakan, matanya bagaikan panda ia pasti tidak bisa tertidur.
“Ada apa nona?”
“Kau tahu, Gil …” Sharon menjelaskan dengan ketakutan seperti anak kecil. “… semalam … SEMALAM AKU DIGANGGU HANTU!”
“Tidak ada hantu disini.Anda mungkin salah lihat.”
Gilbert memotongnya cepat. Sedikit terkejut ternyata Sharon malah menafsirkan masalah ke arah itu. Ada perasaan tenang karena dia tidak menyadari kejadian penyerang.
“Kamu mengejekku, kan! Kamu kira aku sebodoh itu?”
Gilbert memegang dagunya, masih tidak menggubris ucapan Sharon dan memikirkan sesuatu. Ini kemungkinan akan bahaya …
Melihat Gilbert yang dari tadi mengabaikannya, ia pun murka dan bertariak.
“HEI JANGAN ABAIKAN AKU!!
Namun ia mematung, melihat ekspresi serius Gilbert.
“Tetap berada di kamar sampai aku bilang aman.”
Suara tenangnya tidak berubah, tapi matanya… menyiratkan kewaspadaan yang jauh lebih serius daripada kata-katanya.
Sharon menggigit bibir. Ia tahu Gilbert berbohong — atau setidaknya menyembunyikan sesuatu. Tapi ia tidak ingin memaksanya.
“Baiklah,” begitu katanya dengan wajah menunduk. Baiklah! Kalau Gilbert tidak ingin berbagi rahasia dia akan merajuk, dia juga bisa mencari tahu sendiri tentang identitas makhluk yang tadi malam menyerangnya.
Dia adalah penulisnya sendiri! Walau untuk detail kecil seperti kediaman Rosehill ia tidak terlalu memperjelas dan ia sedikit kebingungan.
Gilbert berjalan keluar dan memanggil penjaga.
“Perketat penjagaan. Tidak ada yang boleh masuk tanpa izin.” Nada suaranya berubah sangat dingin
Waktu telah berlalu. Menjelang siang, Sharon mendengar suara langkah kecil berlarian di lorong. Awalnya pelan, tetapi lama kelamaan mulai gaduh.
“Sharon!! Sharon!!”
Suara itu familiar. Sharon langsung terbangun.
Pintu kamar terbuka — dan tiba-tiba tubuh kecil Althea langsung memeluknya.
“Sharon! Aku datang!!”
Sharon hampir terjatuh mundur. Ia sekali lagi menerima pelukan hangat dari Althea. Dan ia jadi menyadarinya lagi, kecantikan karakter utama yang ia tulis sendiri.
Althea benar benar malaikat! Tubuhnya sangat lembut dan aromanya enak.
Eh sekarang bukan waktunya berpikir demikian!
“ kak Althea? K-kenapa kamu di sini?”
Althea membawa keranjang yang hampir dua kali besar tubuhnya. Wajahnya berseri-seri, seperti anak kecil yang menyelinap keluar untuk bermain.
“Aku bawa makanan! Yang kamu suka!”
Ia mengangkat keranjang. Di dalamnya ada beberapa makanan yang disukai oleh Sharon. Pertama roti madu, sup jamur, buah-buahan.
“Semuanya terlihat enak, terimakasih kak Althea …” ucap Sharon dengan mata berbinar, sementara Althea cuma tersenyum senang dan menganggukan kepala.
Saat Althea ingin melihat apa saja isi dari tas itu, ia menemukan sesuatu.
“Eh… ini…” Sharon mengerjap. “…selimut kecil?”
Althea mengangguk keras. Ia tersenyum polos “ Aku juga membawanya. Kau di sini sendirian! Jadi aku pikir kamu pasti kedinginan!”
Pemikiran barusan sangat kekanak kanakan dan malah membuat sharon sedikit tersipu. Jangan salah, memang pengaruh dari gadis cantik sangat kuat dan ia menulis bagian itu untuk Althea.
Ia selalu ingin menjadi wanita sempurna, cantik, elegan, baik hati, karakter sempurna. Maka dari itu karakter Althea tercipta.
Singkatnya Althea itu adalah karakter yang tercipta atas fantasi dan keinginan menjadi gadis cantik!
Dan sekarang berhadapan dengan fantasinya sendiri itu agak terasa spesial.
Sharon menutup wajah dengan kedua tangan. Sungguh malaikat! Sangat lucu! Hidup protagonis wanita!
“Oh Tuhan… kak althea…”
Karena gemas akan Althea, Sharon memeluknya lagi. “Padahal kakak gak perlu repot repot bawa ini, tapi makasih ya!”
Sementara itu, kedatangan seseorang yang berdiri di belakang Althea — tenang, rapi, namun jelas tidak nyaman. Leon. Menghentikan percakapan mereka untuk sementara.
“Aku… hanya mengantar Althea,” ujarnya pelan. “Dia memaksa. Katanya dia harus memastikan kau makan.”
Sharon kaget. Leon jarang menatapnya langsung, apalagi bicara dengan sopan.
“Aku… terima kasih… Tuan Leon”
Leon terkejut sedikit, lalu mengalihkan pandangan.
“…Aku masih belum yakin apa yang sebenarnya terjadi pada hari kejadian. Tapi… Althea percaya padamu. Itu cukup untukku saat ini. “
“Dan maaf karena terlambat mengatakan ini …” Leon menatap Sharon dengan serius, matanya sangat intens. “Sharon, Terima kasih karena sudah menolong Althea!”
Sharon terpaku.Jantungnya berdebar tanpa alasan. Leon, ia merupakan gambaran pria perfect dari fantasinya, mustahil ia tak tersipu.
Beberapa menit setelah mereka berbincang. Sekarang mereka makan untuk mengisi perut yang kosong, Althea juga tahu bahwa Sharon pasti kelaparan.
Althea sibuk menyuapkan sup ke mulut Sharon seperti seorang ibu - ibu.
“Sharon, makan! Makan banyak! Kau harus sehat! Kau harus kuat!”
“Baik, baik—aku makan, aku makan,” Sharon tertawa.
Leon memperhatikan dari jauh, dan untuk pertama kalinya, wajahnya melembut.
Ini pertama kali bagi dia melihat kakak adik ini kembali akur. Rasanya sebagai pasangan Althea dia sangat senang melihat mereka harmonis
Karena Leon sangat mengerti bahwa momen seperti ini … momen kedekatan dengan Sharon adalah hal yang paling diinginkan oleh Althea.
Namun momen manis itu tidak berlangsung lama.
Tiba-tiba suara Gilbert terdengar dari pintu.
“Tuan Leon. Maaf mengganggu, tapi sudah waktunya kembali. Batas waktu menjenguk Nona Sharon sudah berakhir—”
“Mengenai itu Gilbert,” Leon memutus. “Althea bersikeras ingin menginap disini, awalnya Duke sangat menantang, tapi karena Althea bersikeras, jadi kami diberi izin. Kami akan menginap di kediaman satu malam.”
Sharon terkejut. “Eh, kak Althea akan menginap di sini?”
Althea menatap Sharon dengan mata berbinar. “Kau benar Sharon. Kita bisa menghabiskan banyak waktu.”
Mereka berdua pun terkekeh. Berada di kediaman ini sendiri membuat Sharon bosan jadi tidak ada salahnya Althea tinggal di sini, malah itu akan membuat kebosanan dia hilang.
Althea tiba - tiba memeluk Sharon sekali lagi dengan perasaan gembira.
“Sharon, asal kamu tahu. Aku sangat senang! Bisa berbicara seperti ini, bisa makan bersama Sharon, aku sangat sangat senang!
Sharon sedikit terharu. “Aku pun juga senang, kak Althea … maaf atas tindakanku dulu.”
Gilbert menatap keduanya dengan dalam. Ada tersenyum yang tipis.
“Asal kamu tahu Gilbert …” ucap Leon tiba-tiba, memecah lamuman Gilbert. “Aku setuju ikut menginap bukan karena alasan … Disini muncul bukan, seseorang yang mencoba menyusup. Aku dengar laporanmu dari Duke.”
“Menguping ya? Hobi yang sangat buruk, tuan.”
Leon terkekeh. Leon berjalan lebih mendekat. “begini-gini Sharon masih adik Althea, dan Althea ingin yang terbaik untuk si adik … jadi aku pun akan turut bergerak.”
Gilbert sekali lagi tersenyum. Tatapan lembut ke arah Sharon yang terlihat bersenang-senang dengan Althea.
“Akan saya terima bantuan anda dengan senang hati, Tuan. Semua demi keselamatan nona."
malah meme gw😭
Sharon sebagai antagonis palsu tuh bukan jahat—dia korban. Dan kita bisa lihat perubahan dia dari bab awal sampai sekarang.
pokonya mantap banget
rekomendasi banget bagi yang suka cerita reinkarnasi
dan villain
semangat thor