Di dunia yang mengandalkan kekuatan sebagai hal utama, Xiao Chen terlahir tanpa memiliki akar spiritual. Membuatnya hanya bisa menjalani hidup sebagai manusia biasa. Tetapi takdir berkata lain, ia mendapatkan suatu berkah bertemu dengan sisa jiwa sang Ratu Phoenix, dan mewarisi kekuatan Phoenix Api yang sangat kuat. Tetapi, kenyataan pahit harus kembali dirasakannya, di mana keluarga Xiao di hancurkan, bahkan hanya menyisakan Xiao Chen seorang diri sebagai keturunan terakhir keluarga Xiao. Dendam, hampir mati. Menjadikan Xiao Chen tumbuh sebagai pria yang sangat kuat. Dan sejak saat itulah ia telah bertekad untuk membalaskan dendam keluarga Xiao. Namun, di saat ia menemukan kebenaran tentang pembantaian keluarga Xiao, dia harus memilih antara dendam dan cinta. Apakah dia dapat menemukan kekuatan untuk membalaskan dendam dan menyelamatkan orang yang di cintai? Dalam dunia kultivasi yang penuh dengan kekuatan dan kekuasaan, Xiao Chen harus menghadapi berbagai tantangan dan musuh kuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon APRILAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33 - Pertempuran di hulu sungai bagian 2
"Tidak aku sangka, ternyata jurus pedang bocah itu mengandung sedikit aura pedang!" ucap Yan Ling, terpukau. Segaris senyuman masih menggantung di sudut bibirnya.
"Kuat sekali!" kata Dai Yi'er.
Setelah ledakan dari jurus pedang pembantaian milik Xiao Chen. Dai Yi'er melihat satu kesempatan besar untuk memukul mundur semua binatang monster. Dia pun segera berteriak, "Semuanya, serang!" teriaknya dengan suara yang sangat lantang.
"Serang!"
"Serang!"
Semua orang berteriak, seolah-olah api pertarungan kembali menyala di dalam diri mereka. Membuat semangat mereka kembali menggebu-gebu, mereka pun mulai menyerang, membalikkan keadaan.
Xiao Chen yang mendarat di tengah-tengah pertarungan pun seketika kembali mengangkat pedangnya. Berlari cepat, menebas satu persatu binatang monster di depannya. Bahkan satu ayunan pedangnya kembali menunjukan bentuk energi pedang bulan sabit, membuat lebih dari dua puluh binatang monster itu terhempas membentur tembok dinding bebatuan.
Duar!
Ledakan yang cukup besar membuat tanah bebatuan bergetar.
"Semoga aku tidak bertemu dengannya di babak selanjutnya!" gumam Dai Yi'er. Walaupun ia merupakan seorang praktisi Raja Tempur, tetapi ia baru saja berada pada tingkatan ranah Raja Tempur bintang satu, dia tidak memiliki keyakinan untuk melawan Xiao Chen yang diketuai telah memiliki aura pedang.
Seorang pendekar pedang, tentu mempunyai keistimewaan mereka sendiri. Berbeda dengan kultivator lainnya yang hanya mengembangkan energi spiritual di dalam dirinya.
Tingkat pendekar pedang selain tingkatan ranah pada umumnya, mereka juga mempunyai tingkatan khusus sebagai pendekar pedang atau di sebut juga sebagai ahli pedang.
Aura Pedang.
Bentuk Pedang.
Roh/Jiwa Pedang.
Niat Pedang.
Ahli pedang.
Raja Pedang.
Kaisar Pedang.
Dewa Pedang.
Selain Xiao Chen yang telah berada pada tingkatan ranah Tiga Daun, dia juga telah membangkitkan tingkatan pertama seorang pendekar pedang, dengan aura pedang dalam unsur elemen api yang berhasil di bangkitkan nya. Setiap mengeluarkan jurus pedang berbentuk bulan sabit, aura pedang itu selalu dapat di rasakan oleh orang-orang di sekitarnya. Bahkan para binatang monster nampak terlihat mundur di saat berhadapan dengan Xiao Chen.
***
"Akhirnya, mereka mundur juga!" kata Yan Ling, lega.
"Haaaa!"
"Hore!"
"Kita menang, kita menang, kita menang!"
Teriakan-teriakan kemenangan memenuhi hulu sungai. Tetapi mereka nampak sangat begitu kelelahan, beberapa orang seketika berbaring di atas permukaan tanah bebatuan. Beberapa orang menceburkan dirinya ke dalam sungai, membasahi tubuh dengan air, membuat mereka segar.
Xiao Chen duduk bersandar di sebuah batu besar hitam, menarik nafasnya dalam-dalam, membuang rasa lelah. Ia menancapkan pedangnya di tanah.
"Pedang yang bagus!" Yan Ling datang menghampirinya, mengatakan sebuah sanjungan dengan segaris senyum yang masih menggantung.
"Ternyata senior Yan Ling!" sahut Xiao Chen, ramah. Segera Xiao Chen pun menggambar segaris senyuman di bibirnya.
Yan Ling pun duduk di samping Xiao Chen, bersandar di sebuah batu hitam. Nampak Yan Ling pun merasa kelelahan, kehabisan cadangan energi spiritual yang ia miliki.
"Apakah aku boleh bergabung?" seru Dai Yi'er. Dia datang lalu melemparkan sebuah botol minuman berisikan anggur di dalamnya.
"Junior Dai!" sambut Yan Ling, ramah, "Silahkan!" sambung Yan Ling, mempersilahkan Dai Yi'er.
Dai Yi'er pun duduk di depan mereka. Dia seperti gadis yang turun dari dunia fantasi, tetapi sikapnya seperti seorang laki-laki. Bahkan tak ragu duduk berkumpul bersama Yan Ling dan juga Xiao Chen.
"Di— dia ....?" seru Dai Yi'er.
Perkataan Dai Yi'er yang tak lengkap, membuat raut wajah Yan Ling seolah-olah terbangun, ia pun berbicara, "Ah, perkenalkan, dia adalah temanku, Xiao Chen!" kata Yan Ling.
Xiao Chen pun membungkuk sebagai rasa hormatnya, "Salam kepada senior Dai!" kata Xiao Chen, sopan.
"Dai Yi'er, panggil saja aku Yi'er!" sahut Dai Yi'er terhadap Xiao Chen.
"Ah, baiklah, senior Yi'er!" kata Xiao Chen. Ia pun menenggak sebotol anggur pemberian Dai Yi'er.
hayan mc nya bikin kesel.. udah lemah goblok banyak tingkah..
klo saya udah tak injak2