Dipisahkan dengan saudara kembar' selama 8 tahun begitu berat untukku, biasanya kami bersama tapi harus berpisah karena Ibu selingkuh, dia pergi dengan laki-laki kaya dan membawa Nadira saja, sedangkan aku ditinggalkan dengan Ayah begitu saja.
Namun saat kami akan bertemu aku malah mendapatkan sesuatu yang menyakitkan Nadira mati, dia sudah tak bernyawa, aku dituntun oleh sosok yang begitu menyerupai Nadira, awalnya aku kira dia adalah Nadira yang menemuiku tapi ternyata itu hanya arwah yang menunjukan dimana keberadaan Nadira.
Keadaannya begitu mengenaskan darah dimana-mana, aku hancur sangat hancur sekali, akan aku balas orang yang telah melakukan ini pada saudaraku, akan aku habisi orang itu, lihat saja aku tak akan main-main untuk menghabisi siapa saja yang telah melakukan ini pada saudaraku. Belahan jiwaku telah hilang untuk selamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diperlihatkan kembali
Nadia masuk ke sebuah kelas yang terbengkalai, ditutupnya pintu itu dan Nadia mencoba untuk menenangkan dirinya bajunya masih basah karena dia belum mengambil baju ganti.
Nadia menenangkan dahulu hati dan pikirannya jangan sampai orang-orang tahu kalau dirinya bukan Nadira, mungkin yang tadi memang kebablasan sampai Nadira menyiram Siska karena ya kesel saja dia itu sangat penuh drama.
Tapi tiba-tiba ruangan ini berubah Nadia yang mulai ketakutan berlari ke arah pintu, namun pintu tiba-tiba terkunci ada apa ini kenapa tiba-tiba seperti ini nuansa ruangan ini tiba-tiba berubah menjadi bersih tidak kotor dan ada Nadira di sana Siska, Merry dan juga Dinda.
Nadira dipegang dengan erat oleh Merry dan juga Dinda sedangkan Siska menyalakan sebuah catokan rambut, terlihat senyum Siska yang begitu licik.
"Lepasin Siska, kamu jangan gila ya di hadapan semua orang kamu terlihat baik, tapi saat seperti ini kamu malah membully aku malah menyiksa aku, dasar perempuan gila" teriak Nadira sambil ketakutan, apa yang akan Siska lakukan padanya pasti akan sangat menyakitkan sekali.
"Diam lah, kamu itu sudah keterlaluan menjambak rambutku mempermalukan aku di depan Kak Aldi, aku harus pura-pura menjadi perempuan lemah lembut di hadapannya hanya untuk merebutnya darimu, lepaskan Kak Aldi dan jangan terus mengikutinya terus, kamu itu harus sadar diri Nadira jangan terus mempermalukan dirimu sendiri, sadar perempuan murahan"
"Dia pacarku wajar aku mengikutinya, seharusnya kamu yang malu tidak usah mendekati Aldi lagi, seperti tak ada lelaki lain saja, pergi menjauh darinya" lawan Nadira.
Plak, sebuah tamparan Siska berikan pada Nadira lalu saat catokan itu sudah panas Siska benar-benar mendekatkannya ke tangan Nadira dan menjepitnya dengan kuat teriakan Nadira begitu melengking, meronta-ronta namun Merry dan juga Dinda tak akan melepaskan targetnya ini.
Mereka tertawa terbahak-bahak melihat Nadira yang kesakitan, bukan hanya di satu tempat saja tapi Siska melakukannya di tangan kirinya juga lalu membuka perut Nadira dan mendekatkannya ke sana juga menekannya lebih kuat lagi
"Kamu gila ya lepaskan, lepaskan Siska dasar perempuan gila kamu Siska, aku tak terima akan membalas semua ini"
"Kalau udah tahu gue gila kenapa lo terus mau berurusan sama gue, udah gue bilang jauhi Kak Aldi dari awal kenapa sih keras kepala banget dan selalu mempermalukan gue di depan banyak orang, lo ga pernah kapok ya berurusan sama gue"
"Ya udah kalau lo ga mau dipermalukan sama gue mundur, kalau mau lawan gue ayo jangan keroyokan kayak gini, lo tuh kelihatan banget ga bisa lawan gue sendiri"
"Alah bacot"
Siska mengambil cutter dan menggoreskan nya di paha Nadira cukup dalam dan kembali teriakan Nadira terdengar tak hanya itu saja, Siska bahkan menggores kan di wajah Nadira juga sebagai tanda saja.
"Sebenarnya gue belum puas, tapi kalo lo mati gue mau lampiaskan sama siapa coba" Siska mengambil barang bukti dan segera pergi dari sana dengan teman temannya.
Tubuh Nadira luruh dan perih di seluruh tubuhnya makin terasa saja, tangisnya pun tak bisa dibendung lagi Nadira harus berlindung pada siapa, pada Aldi tidak mungkin dia bahkan tidak pernah membelanya di hadapan Siska.
Yang ada Aldi akan memukulnya, akan berteriak padanya karena sudah menyakiti Siska padahal Nadira menganggap Aldi adalah rumah untuknya tapi sebaliknya Aldi malah menganggapnya boneka yang terus bisa disakiti olehnya tapi Nadira tidak bisa melepaskan Aldi rasa cintanya begitu besar padanya.
Nadia yang dari tadi diam mematung tak bisa mendekati Nadira dia seperti kaku, tak bisa bergerak hanya air mata yang keluar dari kedua bola matanya jadi selama ini begini perlakuan Siska, dia begitu tega ingin namanya baik tapi membuat orang lain jelek dihadapan semua orang.
Apa mungkin yang membunuh Nadira adalah Siska? Nadia harus lebih cepat menyelidikinya. Kalau iya Siska maka Nadia akan membunuhnya dengan sangat kejam.
...----------------...
"Nadira kamu dari mana aja. Aku cari kamu"
Nadia menatap perempuan dengan rambut pendek yang ada di hadapannya ini siapa lagi ini.
"Kamu kok diem aja ditanya, kamu ada masalah lagi sama Kak Aldi"
"Nggak ada"
"Kamu masih marah ya sama aku gara-gara aku ga datang jemput kamu saat kamu minta tolong sama aku. Aku udah minta maaf kan sama kamu, kalau aku nggak bisa jemput kamu aku lagi ikut Ayah tugas"
Sekarang Nadia ingat perempuan yang ada dihadapannya ini bernama Mira yang kemarin mengirim pesan, seragamnya tak ada nama jadi Nadia cukup binggung untuk menanggapinya tadi.
"Ga kok, ya udahlah semuanya udah kejadian juga dan aku udah pulang juga dan baik-baik aja ga usah terus minta maaf kayak punya salah yang besar aja"
"Iya, aku hanya takut kamu ga mau jadi teman aku lagi"
"Ga kok, udahlah lupain aja udah lama kejadiannya"
Nadia melangkah pergi ke arah kelas dan sebentar lagi juga akan bel tak ada yang perlu mereka bicarakan lagi juga. Nadia tidak mau melewatkan pelajaran sedikit pun Nadia akan membuktikan pada Ibunya yang selalu mengatakan Nadira bodoh kalau Nadira bisa berjuang dan mendapatkan nilai bagus
...----------------...
"Hidup Nadira begitu berat Yah, terlalu banyak kekerasan yang terjadi, disekolah bahkan dirumah juga sama saja, tak ada tempat berlindung untuknya, semuanya begitu gelap dan Nadira hanya sendiri"
Pak Alan memeluk putrinya dengan erat "Kalau kamu sudah tidak bisa lebih baik mundur kita pulang kita serahkan semua masalah ini ke polisi kita, kamu jangan terus membuat dirimu makin terbebani semua ini bukan salah kamu"
Nadia menggeleng cepat "Ga bisa Yah, aku harus membalas dengan tanganku sendiri, saat mereka membully maka aku akan melawan. Aku tidak akan diam seperti Nadira, aku akan memukul jika mereka memukul juga, aku tak mau menyerah di tengah jalan yang ada aku malah akan menyesal karena tak membereskan masalah ini Ayah"
"Kamu jangan sampai membunuh mereka, jangan sampai apa yang pernah terjadi kembali terulang Nadia"
Nadia tersenyum kecil menggelengkan kepalanya dan melepaskan pelukan dari Ayahnya "Lihat saja Yah seberapa kuat aku bertahan untuk membalas mereka nanti, kalau masalah tentang membunuh atau tidaknya aku tidak bisa memberi janji pada Ayah, jika amarahku sudah habis maka segala cara akan aku lakukan, meskipun aku harus mengulang apa yang pernah aku lakukan, aku bukanlah perempuan yang bisa tahan dan menerima semua dengan lapang dada, aku akan membalas siapapun yang telah menyakiti keluargaku apalagi ini adalah saudara kembarku sendiri"