NovelToon NovelToon
DOA DI AKHIR SUJUD

DOA DI AKHIR SUJUD

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Chicklit
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Uswatun Kh@

Hai pembaca!
Kali ini, saya akan membawa Anda ke dalam sebuah kisah yang terinspirasi dari kejadian nyata, namun dengan sentuhan kreativitas yang membuatnya semakin menarik. Simaklah cerita tentang Halimah, seorang wanita yang terjebak dalam badai cinta, kekerasan, dan teror yang mengancam jiwa.

Semuanya bermula ketika Halimah bertemu dengan seorang pria misterius di media sosial. Percakapan mereka berlanjut ke chat pribadi, dan tak disangka, suami Halimah menemukan bukti tersebut. Pertengkaran hebat pun terjadi, dan Halimah dituduh berselingkuh oleh suaminya.

Halimah harus menghadapi cacian dan hinaan dari keluarga dan tetangga, yang membuatnya semakin rapuh. Namun, itu belum cukup. Ia juga menerima teror dan ancaman, bahkan dari makhluk gaib yang membuatnya hidup dalam ketakutan.

Bagaimana Halimah menghadapi badai yang menghantamnya? Apakah ia mampu bertahan dan menemukan kekuatan untuk melawan? Ikuti kisahnya dan temukan jawabannya. Jangan lewatkan kelanjutan cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DODIAKSU 21

Sesaat suasana terasa hening saat Cahyo sudah pergi membawa mobil itu. Wajah Rafa pucat pasi, matanya kosong, dan semangatnya sepertinya telah hilang. Padahal, mobil itu adalah sumber penghasilannya untuk membantu perekonomian ibunya.

Rafa terduduk di kursi, menundukkan kepalanya dengan enggan, seolah-olah tak ingin melihat dunia lagi. Tangannya mengepal dengan kuat, melampiaskan kekesalannya yang tak terucapkan.

Halimah, melihat anaknya terpuruk seperti itu, merasa sedih dan marah. Ia tak masalah jika Anton menyakiti hatinya, tapi jika sudah menyangkut Rafa, Halimah tak akan tinggal diam. Ia mendekati Rafa, memeluknya dengan erat, dan berbicara dengan suara yang lembut.

"Sudahlah, Le, jangan sedih terus. Bapak kamu memang tidak punya hati sampai tega melakukan ini semua. "

Rafa menggebrak meja dengan kesal, membuat Halimah terkejut. "Padahal, bapak tahu kalau aku pakai mobil itu untuk mencari uang buat bantu mamak," ucapnya dengan suara yang bergetar.

Halimah mencoba menenangkan Rafa, "Iya, mak e paham, tapi mau bagaimana lagi, bapak kamu sudah terlanjur mengambil uang itu." Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Jadi, apa kamu mau kesana ambil mobil itu?"

Rafa menggelengkan kepala, "Entahlah, Mak, untuk sementara ini aku belum mau ketemu bapak dulu. Nanti aku malah akan sangat kesal jika ketemu bapak." Ia berbicara dengan nada yang sedih.

Halimah mencoba menghibur Rafa, "Ya udah, kalau begitu, kamu pergi mandi dulu, gi. Setelah itu, kamu istirahat." Ia berharap Rafa bisa sedikit tenang setelah mandi.

Rafa mengangguk pelan, lalu segera kembali ke kamarnya untuk mengambil handuk. Ia bergegas pergi ke kamar mandi, meninggalkan Halimah yang masih duduk di ruangan dengan ekspresi sedih. Halimah hanya bisa mengelus dada, mencoba untuk sabar dan memahami perasaan Rafa.

Halimah segera pergi ke kamarnya dan mengganti pakaiannya dengan baju baru yang telah dibelinya hari itu. Ia memilih loose dress putih yang melimpah di tubuhnya, membuatnya terlihat sangat cantik dan anggun.

Dress tersebut memiliki potongan yang sederhana namun elegan, dengan garis-garis yang lembut dan tidak terlalu ketat. Warna putih yang bersih membuat kulitnya terlihat lebih cerah dan sehat. Rambutnya yang panjang dan lurus tergerai di atas bahu, menambahkan kesan yang feminin dan manis.

Halimah juga menambahkan sentuhan akhir dengan menggunakan bedak tipis-tipis dan lipstik merah yang menghiasi bibirnya. Ia ingin terlihat cantik dan percaya diri, tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk menunjukkan kepada Anton, suaminya, bahwa ia tidak lagi mau dihina dan diremehkan.

Dengan penampilan barunya, Halimah terlihat seperti seorang putri yang anggun dan elegan.

Halimah memutuskan untuk pergi menemui suaminya Anton, dengan tekad untuk meminta penjelasan tentang mobil yang telah dijualnya. Setelah selesai bersiap, Halimah keluar dari kamar dan berjalan ke arah dapur.

"Le, mamak mau pergi sebentar ya?" teriak Halimah kepada Rafa yang sedang mandi.

"Mak mau kemana?" teriak Rafa dari kamar mandi.

"Keluar sebentar saja, mamak pergi dulu ya," ucap Halimah dengan nada yang tenang.

"Iya, Mak, hati-hati di jalan," ucap Rafa dengan khawatir.

Halimah bergegas berjalan ke arah motor, memakai helm, dan segera menyalakan mesin motor. Ia pergi dari sana dengan kecepatan yang stabil, 40 kilometer per jam, dan sangat berkonsentrasi saat menyetir.

Ia mengurangi kecepatan motornya saat melewati gang sempit yang menuju ke kos Anton. Kos-kosan itu terletak di ujung gang, dan kawasan itu cukup padat dengan banyak penghuni.

Halimah memarkirkan motornya di depan rumah pemilik kos, karena tidak ada ruang yang cukup untuk membawa motor sampai ke depan kos Anton. Banyak motor dan mobil terparkir di depan kos, membuatnya tak bisa lewat.

Terpaksa, Halimah berjalan menuju tempat Anton, yang jaraknya tidak terlalu jauh. Ia melepaskan helmnya dan meletakkannya di atas motor, lalu berjalan perlahan dengan mata yang mengamati setiap ruangan kos yang ada di situ.

Saat Halimah lewat, tidak sedikit dari penghuni kos yang penasaran dan memandangnya dengan rasa ingin tahu. Bahkan, ada yang berbisik-bisik dan menunjuknya, membuat Halimah merasa sedikit tidak nyaman. Namun, ia tidak memperdulikan mereka dan terus berjalan menuju kos Anton dengan langkah yang tegap dan percaya diri.

"Wah, Mbak cantik cari siapa?" tanya seorang pria yang sedang berdiri di depan pintu kosnya.

Halimah tersenyum manis dan menjawab dengan ramah, "Saya mau mencari Anton."

Pria itu mengangguk dan menjawab, "Oh, Mas Anton, kebetulan dia baru pulang, Mbak." Ia menunjuk ke arah kos Anton yang terletak di sebelah kosnya.

Saat Halimah berbicara dengan pria itu, Anton secara tidak sengaja keluar dari kosnya untuk membuang sampah. Ia terpana dan tidak percaya melihat penampilan istrinya saat ini. Sungguh jauh berbeda dari saat ia masih tinggal bersama. Anton menatap Halimah dengan lekat, seakan-akan tidak berkedip, dan tidak dapat mengalihkan pandangannya dari kecantikan istrinya.

Mata Halimah menatap ke arah Anton, dan mata mereka saling menatap untuk sesaat, seolah-olah waktu terhenti.

"Saya permisi dulu," kata Halimah pada pria itu, sebelum berpaling dan berjalan menuju Anton.

Halimah berdiri tepat di depan Anton, menatapnya dengan mata yang tajam. "Kamu tidak mempersilahkan aku masuk, Mas," tanyanya dengan nada yang sedikit dingin.

Anton segera meletakkan sekantong sampah yang ia pegang, lalu mengusap-usap tengkuknya dengan gerakan yang tidak yakin.

"Iya, ayo masuk!" ajaknya dengan nada yang tidak terlalu antusias.

Halimah melepas sendalnya di depan kos, lalu masuk ke dalam ruangan yang kecil dan sederhana. Ia menatap setiap sudut di ruangan itu, dan matanya terhenti pada dinding-dinding yang kusam dan berdebu, dengan beberapa coretan dan noda yang tidak rapi.

Ruangan ini memiliki ukuran yang sangat kecil, sehingga membuat terasa sesak dan tidak nyaman. Halimah dapat merasakan kesan yang tidak enak dari ruangan ini, dan ia tidak dapat membayangkan bagaimana Anton bisa tinggal di tempat seperti ini.

Lantai ruangan ini dipenuhi dengan barang-barang yang berantakan, seperti pakaian, sepatu, dan buku-buku yang berserakan. Tidak ada tempat yang rapi dan terorganisir, sehingga membuat ruangan ini tampak seperti gudang barang bekas.

Tempat tidur yang ada di ruangan ini juga tidak rapi, dengan selimut dan bantal yang berserakan. Meja yang ada di sudut ruangan ini dipenuhi dengan barang-barang yang tidak teratur, seperti botol air, kacamata, dan beberapa barang lainnya. Bau yang tidak sedap juga tercium di ruangan ini, karena tidak ada yang membersihkan ruangan ini dengan teratur.

Halimah merasa tidak nyaman dengan keadaan ruangan ini. "Apa kamu tidak pernah beres-beres, Mas?" tanyanya dengan nada yang sedikit heran.

Anton mengangkat bahu dan menjawab dengan santai, "Aku tidak sempat."

Ia terlihat mencoba membereskan beberapa barang agar ada tempat duduk untuk Halimah dan dia. Ia mengambil beberapa pakaian dan memasukkannya ke dalam lemari, lalu menggeser beberapa barang lainnya untuk membuat ruang yang lebih luas.

Halimah mengamati Anton dengan mata yang tajam, seolah-olah ingin melihat apakah ia benar-benar tidak sempat membersihkan ruangan ini, atau hanya tidak mau melakukannya.

"Duduk, Halimah," ucap Anton dengan lembut, menunjukkan tempat duduk yang telah dibersihkannya.

Halimah merasa ada yang aneh, ia merasa sikap Anton sedikit berubah.

"Iya," ucap Halimah singkat, sambil membersihkan lantai itu menggunakan tangannya sebelum ia mendudukinya.

"Ada perlu apa kamu kesini?" tanya Anton, mata Anton tak bisa berpaling dari wajah Halimah, ia terkesima melihat Halimah yang kini semakin cantik.

 Bahkan kulit wajahnya kini kembali mulus dan bersih, tampak flek di wajahnya juga mulai pudar. Kulit tubuh Halimah kini juga semakin terlihat sehat dan terawat. Pakaiannya juga semakin modis membuat Anton merasa jatuh cinta lagi pada Halimah.

Halimah mencoba memperbaiki roknya agar pahanya tertutupi, "Aku mau tanya, kenapa kamu jual mobil Rafa tanpa berdiskusi dulu dengan aku? Anak kita itu sudah besar, seharusnya kamu bicara dengannya terlebih dahulu," tutur Halimah sedikit kesal, matanya menatap Anton dengan tajam.

Mata Anton terlihat melihat kesana kemari, seperti sedang mencari-cari jawaban. "Ya, karena aku sudah kepepet, aku butuh uang," ujarnya dengan nada yang sedikit defensif.

"Mobil yang ini sudah telat beberapa bulan, kalau tidak cepat dibayar, nanti bakal ditarik sama pihak dealer," tambahnya.

Halimah mengangkat alisnya, penasaran. "Bagaimana bisa kamu sampai telat bayar uang bulanan, Mas? Sedangkan aku sudah tidak pernah minta uang lagi sama kamu."

Anton menghela nafas, seolah-olah ingin menjelaskan semuanya. "Ya, aku banyak hutang, uang itu juga kan aku pakai buat DP mobil Rafa. Sekarang aku merasa keberatan bayar semua itu, jadinya aku jual. Lagian, mobil ini buat Rafa, kalau dia mau."

Halimah menghela nafas, seolah-olah menerima penjelasan Anton. "Ya sudah, tapi tepati janjimu, Mas."

Anton mengangguk, sebelum berbicara dengan nada yang lebih lembut. "Kamu terlihat semakin cantik, Halimah."

Halimah tersenyum singkat. "Iya, makasih, Mas."

Anton melanjutkan, dengan nada yang lebih penasaran. "Kamu mau kan kembali lagi sama aku, Halimah? Kamu masih mau kan menerima aku?"

1
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
dah selingkuh main pelet2an ckckck 🤦‍♀️
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
jangan mauu /Scream/
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
Anton makin tega, Halimah sabar banget 😭
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
/Cry/ yahhh yahhh
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
suka sama gambar2 visual pilihan author 🥰
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
mang bpkmu sengklek kyk tumor kankerr 🤣
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
mang niat bnget cari kesalahan Halimah 😭 padahal Dy yg slingkuh
.•♫•♬•Luo Yii•♬•♫•.
eh kok mt.. ke gc 🤣🤣
𝙵𝚑𝚊𝚗𝚒𝚊 🦂🦂 🦂
lanjut yi.. nggak sabar pengen liat si Anton itu menyesal
.•♫•♬•Luo Yii•♬•♫•.: iyaa buk.. ini jg lgi berusaha.. oleng ke mt mulu buk
total 1 replies
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
eehh /Panic/
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
hddehhh play victim 😤😤
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
pasti mau tinggal bareng sama selingkuhannya 😌😏
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
si Anton dah beralih ke lain hati, 🤧🤧 makanya berubah jdi suami kamvrett, lebih baik pisah aja jngn mengharapkan hal yg mustahil Halimah 😭
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
mang kyk betina si Anton ini 😂😂🤣🤣
Manik🌼
satu iklan untuk kamu /Drool/
Manik🌼
bener sih kata anha
Nar Sih
sabarr ya halimah
Nar Sih
dri bhsa nya ini cerit orang jawa ya kak thorr ,tpi sedih dan lucu
.•♫•♬•Luo Yii•♬•♫•.: iyaa Halimah orang Jawa di cerita ini
total 1 replies
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
Halimah cepat pisah dari Anton, daripada kamu stress di hina & direndahkan terus 😭😭🤧
💘Ƴᾰуᾰ💘✨
untungnya si Rafa dah gede & Halimah bisa cari uang sendiri, mang suami gak guna si Anton 🙄🙄
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!