Tiba-tiba saja Alexa menghilang di hari pernikahannya, daripada malu baik pihak laki-laki dan perempuan sepakat menikahkan Gavin dengan Anjani. Anjani sendiri merupakan kakak dari Alexa, tetapi Gavin tidak mencintainya dengan alasan usia yang lebih tua darinya. Selisih usia mereka terpaut 6 tahun, Gavin selalu berlaku kasar.
Suatu hari Alexa kembali, ia ingin kekasihnya kembali. Gavin sendiri sangat senang, mereka berencana mel3nyapkan Anjani? Berhasilkah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dollar Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31
"Papa tega banget ngusir saya sama Alexa," ucap Gavin.
"Kamu juga tega mengurung istri saya di gudang," sahut Romi.
"Tapi Mama salah, Pa, dia udah nampar Alexa!"
"Owh, jadi begitu!"
"Iya!"
"Yakin?" tanya Romi.
"Iya!" sahut Gavin dengan lantang.
"Kalau begitu kenapa masih disini?"
"Papa nggak bisa ngusir gitu aja."
"Bisa dong, emang kamu siapa?"
"Saya anak Papa."
"Memang, tapi bukan berarti kamu bebas membuat istri saya pingsan! Anak macam apa kamu, Gavin! Dan kamu wanita sialan!" ucap Romi dengan sangat marah bahkan menunjuk wajah Alexa, "kamu akan terima akibatnya!"
"Berhenti bilang Alexa wanita sialan, Pa," tegur Gavin.
"Kalau begitu kami pergi!" usir Romi.
"Oke, saya akan pergi dari rumah Papa. Tapi ingat, suatu saat nanti kalian akan bertekuk lutut di bawah kaki saya!"
"Wow!" ucap Romi takjub dengan tantangan Gavin, "sungguh luar biasa anak sialan ini! Baik, saya terima tantangan kamu."
"Ayo Alexa, kita pergi dari rumah ini." Gavin mengajak Alexa pergi, sedangkan Alexa dari tadi berusaha menenangkan Gavin akan tidak terpancing.
Lalu anak buah Romi yang dulu dibawa ke markas untuk diinterogasi.
"Kenapa aku bisa punya anak seperti itu?" gumam Romi bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Gavin membawa Alexa ke apartemen pribadi yang bener-bener dari uangnya sendiri.
"Sayang, kita untuk sementara tinggal disini dulu yah."
"Ini apartemen kamu?" tanya Alexa sepeda jijik.
"Iya, nanti kalau aku dah punya uang bakalan pindah ke yang lebih besar."
"Owh."
"Nggak papa, kan?"
"Ya nggak papa."
"Kalo gitu kita masuk." Gavin menggandeng pinggang ramping milik Alexa.
"Hemm." Alexa hanya berdehem saja, ia seperti ingin berteriak.
Lalu untuk Roy sendiri malah menelpon Anjani malam-malam.
"Hallo Anjani," ucap Roy salam telpon.
"Iya, hallo juga."
"Kamu sibuk apa enggak, An?" tanya Roy.
"Kalau sekarang sih, enggak," sahut Anjani.
"Nah, pas." Suara Roy terdengar bersemangat di telinga Anjani.
"Pas kenapa?" tanya Anjani.
"Ya pas aja, mau ngajak kamu keluar."
"Keluar? Ngapain?"
"Coba keluar rumah sebentar," pinta Roy.
Anjani malah menurut dan membuka pintu.
"Malam cantik," sapa Roy sambil mematikan ponselnya.
"Mas Roy disini," ucap Anjani sedikit terkejut.
"Iya," sahut Roy lalu Anjani mempersilahkan duduk.
"Tumben kesini?" tanya Anjani.
"Saya mau ngajak kamu keluar," sahut Roy.
"Ngapain ngajak saya keluar?"
"Ya jalan-jalan aja, lagian bosen juga di rumah."
"Mas Roy bukannya masih di kantor jam segini."
"Saya hari ini pulangnya lebih cepat."
"Owh."
"Kamu sendiri kenapa nggak buka tokonya?" tanya Roy.
"Lagi pengen nggak buka aja," sahut Anjani simple.
"Ada pengusaha begitu?"
"Ada."
"Siapa?" tanya Roy.
"Ini orangnya," sahut Anjani menunjuk dirinya sendiri.
Roy malah tertawa terbahak-bahak dan itu membuat Anjani makin bingung.
"Mas Roy nggak kesurupan, kan?" tanya Anjani.
Roy malah menyeka air mata yang keluar.
"Iya, saya kesurupan Anjani."
"Hubungannya sama saya apa?" tanya Anjani bingung.
"Emm hem ada sih, sedikit."
"Aneh, Mas Roy."
"Nggak aneh, ayo siap-siap."
"Tapi saya kan nggak ma-"
Roy langsung meletakkan telunjuknya ke bibir Anjani. "Please, jangan ditolak ini antara hidup dan mati saya."
"Hah!" Anjani semakin bingung.
"Sudah masuk siap-siap," ucap Roy mendorong pelan Anjani untuk masuk ke dalam rumah.
"Ish, Mas Roy ini aneh!" kesal Anjani setelah masuk ke dalam.
"Dandan yang cantik yah!" teriak Roy dadi luar sambil cekikikan.
"Apa sih!" Anjani semakin kesal tetapi tetap melakukan apa yang disuruh Roy.
Setelah siap-siap, Anjani pun keluar.
"Ayo," ucap Anjani.
Roy berbalik dan terpesona melihat kecantikan Anjani, hanya menggunakan lipstik pink.Untuk wajah, Anjani termasuk wanita berkulit putih jadi hanya menggunakan sunscreen saja.
"Mas Roy," panggil Anjani sekali lagi.
"Eh, kenapa?" tanya Roy.
"Saya sudah siap ini," sahutnya.
"Oh iya, habisnya kamu cantik banget." Roy memuji Anjani sambil menggaruk belakang lehernya.
"Jadi nggak ini jalannya," ucap Anjani bersedekap dada.
"Jadi dong," sahut Roy langsung membuka pintu mobil untuk Anjani masuk. "Silahkan masuk, tuan putri."
"Saya bukan tuan putri, Mas Roy," ucap Anjani terkekeh lalu masuk ke dalam.
Di dalam mobil, Roy mengajak Anjani bercerita.
"Saya suka banget makan nasi briani," ungkap Roy, "kamu?"
"Nasi goreng."
"Kamu suka nasi goreng."
"Iya, apalagi kalau ada ampela ayam sama sosis."
"Kebetulan mama aku jago bikin nasi goreng, nanti kamu harus coba."
"Emang saya juri."
"Kamu juru kok," ucap Roy lagi.
"Juri apa?" tanya Anjani.
"Apa aja sih," sahut Roy, "kamu selalu pantas jadi juri apapun." Roy kembali berkata dalam hatinya,"apalagi jadi juri dalam hidup saya, Anjani."
"Ini kita mau kemana?" tanya Anjani.
"Saya ngajak kamu ke Malik's Kitchen," sahut Roy, "pernah nggak kamu kesana? Atau belum pernah?"
"Itu restoran paling mahal di Jakarta, kan?" tanya Anjani.
"Pinter banget sih, seniman pelukis ini." Roy menggoda Anjani.
"Bukan pintar, emang restorannya aja yang terkenal. Apa kita kesana?" tanya Anjani.
"Iya, saya ngajak kamu kesana," sahut Roy.
"Restoran mahal loh, Roy," ucap Anjani.
"Emang kenapa kalau mahal?" tanya Roy menahan senyumnya.
"Siapa tahu kamu nggak sanggup bayar, ujung-ujungnya nanti malah jadi tukang cuci piring buat bayarnya."
"Kok kamu mikir sampai kesitu?" tanya Roy menahan tawa.
"Apa yang lucu," sahut Anjani, "saya cuma nggak mau aja terlalu membebani kantongmu. Seingat saya, dulu paling mudah itu dua juta lima ratus. Itu dulu loh, kalau sekarang pasti makin mahal."
"Tenang, saya sanggup kok bayar."
"Pake uang kamu nggak?" tanya Anjani.
"Ya pakai uang sayalah, emang kamu pikir pakai uang siapa? Ya nggak mungkin juga saya sudah kamu yang bayar, kan ngajak jalan saya."
"Bukan gitu, siapa tahu kamu ngajak makan ke restoran mahal pakai uang orang tua kamu. Kalau misalkan pakai uang orang tua mending makan di pinggir jalan, lebih hemat."
Roy hanya menahan senyumnya, ia tidak menyangka jika Anjani sangat memikirkan pengeluaran jika jalan bersamanya.
"Tenang aja, saya punya usaha sendiri."
"Baguslah."
"Iya dong, makanya kamu jangan takut kalau saya ajak ke restoran mahal."
"Hemm, iya deh."
Mereka pun sampai di restoran mewah ini.
Saat masuk, Anjani merasa aneh karena tidak ada pelanggan sama sekali.
Dari tadi Roy melirik ekspresi wajah Anjani, baginya sangat lucu.
"Ya ampun Anjani lucu banget sih," batin Roy.
"Ayo duduk," ucap Roy.
"Kok sepi?" tanya Anjani yang dari tadi melihat kesana kemari namun tidak ada pelanggan.
Roy hanya tersenyum. "Mungkin lagi sepi aja."
"Owh."
Kemudian pesanan makanan datang, Anjani sangat terkejut melihat ayam bakar madu.
"Gede banget," gumam Anjani.
"Ayo makan," ucap Roy menganbil piring Anjani untuk menyiapkannya, "saya siapin dulu buat kamu."
"Makasih, Mas Roy."
"Hemm."
Lalu terdengar sebuah musik, Anjani terkejut.
"Ada penyanyinya," ucap Roy.
"Penyanyi," sahut Anjani.
"Restoran Malik's Kitchen selalu ada penyanyinya," ungkap Roy.
"Owh."
Anjani dan Roy makan malam diiringi alunan musik yang indah.
Berbeda dengan Alexa yang mencoba menelpon sang mama.
"Ma, hallo."
"Alexa, ada apa?" tanya Davia dalam telponnya sambil memakan buah apel yang sudah diiris.
"Tolongin Alexa, Ma," sahutnya.
"Kamu kenapa?"
"Ma, cariin Alexa rumah yang layak."
"Alexa, kamu sebenarnya kenapa? Cari tempat tinggal? Bukannya kamu di Bali yah?"
Tiba-tiba ponsel Davia diambil oleh Johan.
"Mas Johan," ucap Davia dengan mata yang melotot.
BERSAMBUNG
luar binasa Gavin ini
bener2 penjahat kelamin
😡😡😡😡
semoga datang karma pada mereka..
Anjani aja gak pernah gangguin hidup mu...kamu aja yang tiap hari usil...
orang ketus mank harus dibalas ketus 👍👍👍