Tiba-tiba saja Alexa menghilang di hari pernikahannya, daripada malu baik pihak laki-laki dan perempuan sepakat menikahkan Gavin dengan Anjani. Anjani sendiri merupakan kakak dari Alexa, tetapi Gavin tidak mencintainya dengan alasan usia yang lebih tua darinya. Selisih usia mereka terpaut 6 tahun, Gavin selalu berlaku kasar.
Suatu hari Alexa kembali, ia ingin kekasihnya kembali. Gavin sendiri sangat senang, mereka berencana mel3nyapkan Anjani? Berhasilkah mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dollar Pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
33
Johan memberikan kunci rumah kepada Gavin. "Kamu jaga rumah ini baik-baik."
"Iya, Pa. Sebelumnya, saya ucapkan terima kasih."
"Hemm, ayo kita pulang." Johan mengajak Alexa dan Davia pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah, Alexa langsung merebahkan tubuhnya ke kasur. "Ma, Alexa kangen banget sama kamar ini."
Davia melipat kedua tangannya di dada. "Lagian kamu ini aneh, kenapa sih, mau ikut sama keluarga Raka."
"Ma ...."
"Alexa, Raka itu keluarga miskin!"
"Iya, Alexa tahu itu."
"Ya terus apa?"
"Mama, please, jangan bahas ini."
"Oke-oke, Mama nggak akan bahas. sekarang apa rencana kamu?" tanya Davia.
"Alexa sudah punya rencana," sahutnya.
Davia menatap Alexa dengan serius. "Kamu punya rencana apa?"
"Bentar, Alexa mau telpon seseorang dulu."
"Hemm, ya sudahlah. Mama mau keluar dulu," ucap Davia.
"Iya, Ma," sahut Alexa.
Johan ingin berang ke kantornya, lalu Davia memanggil.
"Mas," panggil Davia.
Johan berhenti berjalan dan berbalik. "Ada apa?"
"Alexa mau minta uang katanya," ucap Davia.
"Berapa?" tanya Johan.
"Terserah Mas aja katanya," sahut Davia.
"Ya sudah, aku kasih 2 juta aja yah." Johan tidak merasa curiga, ia langsung memberikan uang 2 juta itu ke Davia.
"Makasih, Mas. Aku mau ke kamar Alexa dulu," ucap Davia langsung pergi.
Johan bahkan geleng kepala, bukannya mengantar suami bekerja sampai teras ini malah masuk lagi ke dalam.
"Aneh," gumam Johan langsung pergi.
Davia tidak masuk ke kamar Alexa, ia nyimpan uang dua juta itu ke dalam dompet rahasianya.
"Dengan begini aku bisa punya tabungan sedikit," batin Davia.
Ya, Davia sengaja menggunakan nama Alexa untuk meminta uang kepada Johan.
Alexa sendiri menelpon Dara. "Hallo ...."
"Ada apa, Al?" tanya Dara.
"Waktunya sudah tiba, kamu sama Sinta pura-pura jadi pelanggan Mbak Anjani."
"Oke."
"Sekarang!"
"Iya."
Panggilan berakhir, Alexa memegang ponselnya dengan kuat.
"Mbak Anjani, kamu mungkin saudaraku. Tapi, nggak ada satu orang pun yang boleh lebih unggul dariku!"
Kemudian Davia kembali masuk ke kamar Alexa. "Sudah?"
"Iya, Ma."
"Terus mau ngapain?" tanya Davia.
"Alexa mau mandi dulu, terus kita keluar. Nanti tengah jalan akan Alexa jelasin rencananya," sahutnya.
"Oke, Mama tunggu."
Baru saja suami Sinta pergi, Dara sudah datang.
"Sinta," panggilnya.
"Dara, ada apa?" tanya Sinta.
"Alexa nelpon aku," sahutnya.
"Apa!" Sinta terkejut, "dia suruh rencana itu."
"Iya, kita harus ke toko Bu Anjani."
"Oke, tapi sebelum itu harus kasih Mas Roy dulu."
"Astaga, aku lupa." Dara menepuk jidatnya, "biar aku telpon Mas Roy.
"Oke, aku siap-siap dulu."
Dara langsung menelpon Roy. "Hallo, Mas Roy."
"Ini Dara?" tanya Roy yang ingin berangkat ke kantor.
"Benar, Mas Roy," sahut Dara.
"Ada apa? Kamu nelpon saya untuk pertama kalinya."
"Ini gawat, Mas Roy."
"Gawat." Wajah Roy jadi lebih serius.
"Iya, Alexa sudah menyuruh saya dan Sinta melakukan rencana itu."
"Oh, ya sudah. Kamu lakukan saja, saya akan mengawasi dari jauh."
"Baik, Mas Roy. Sudah dulu yah," ucap Dara lalu mematikan ponselnya.
Sinta pun sudah siap keluar, "Gimana, Dar?"
"Katanya Mas Roy akan mengawasi kita dari jauh," ucap Dara.
"Oke, ayo berangkat." Sinta dah Dara berangkat naik taksi.
Sedangkan Dara baru saja membuka tokonya, saat ini lagi bersih-bersih.
"Kalau begini, kan wangi." Anjani berujar sambil memandang lantai yang sudah dibersihkan dengan pewangi.
Lalu mobil taksi Dara dan Sinta pun sampai ke toko.
"Bu Anjani," panggil Dara sambil masuk.
"Dara, Sinta," ucap Anjani.
"Gimana Bu?" tanya Sinta.
"Ya sudah, ikutin aja permainannya."
"Maksudnya?" bingung Sinta.
"Kita duduk dulu," ajak Anjani.
"Oke," ucap Sinta dan Dara duduk.
"Bukannya kalian disuruh untuk jadi pelanggan saya, untuk membuat lukisan 3 demensi itu butuh waktu. Biasanya, saya menghabiskan waktu selama 1-3 hari."
"Lama banget, Bu," ucap Dara terkejut.
Anjani tersenyum mendengarnya keluhan Dara. "Itu tergantung sih, misalnya kalau saya melukis kota. Untuk manusia mungkin hanya perlu beberapa jam."
"Owh, begitu Bu." Dara menggangguku mengerti.
"Jadi, berapa lama Ibu melukis kita berdua dalam 3 demensi?" tanya Sinta lagi.
"Anggap aja 4 jam," sahut Anjani, "saya akan melukis dengan skala lebih kecil untuk menghemat waktu."
Sebenarnya Anjani punya rencana lain, dari kejauhan Alexa bersama Davia mengawasi Dara dan Sinta.
"Kita ngapain sih, kesini?" tanya Davia yang tidak tahu kalau toko itu milik Anjani.
"Ma, Alexa kasih tahu. Itu toko Mbak Anjani," sahutnya.
"Apa!" Davia terlihat terkejut.
"Mama kaget yah?"
"Alexa, kamu jangan mengada-ngada."
"Beneran kok, Ma. Itu Anjani Galleri milik Mbak Anjani, toko itu sudah lama berdiri."
"Emang toko apa sih, itu?"
"Mbak Anjani seorang pelukis."
"Apa!" teriak Davia. Alexa dengan sigap menutup mulut mamanya itu, takut terdengar orang lain.
"Mama!" kesal Alexa, "nanti kita bisa ketahuan.
"Iya, maaf."
"Alexa pikir Mama tahu kalau Mbak Anjani seorang pelukis," ucap Alexa.
"Mama nggak tahu," sahut Davia sedikit tidak nyaman setelah mendengar Anjani seorang pelukis.
"Alexa juga pernah dengar, semua lukisan Mbak Anjani selalu masuk ke acara bergengsi."
"Oh ya, terus dapat apa?"
"Ya dapat hadiahlah, Ma. Makanya, Alexa itu nggak suka sama Mbak Anjani."
"Kenapa kamu nggak suka?" tanya Davia.
"Mbak Anjani itu punya bakat alami," sahut Alexa merasa iri.
"Tapi kamu juga punya bakat, sayang ...."
"Enggak, Ma. Alexa nggak punya bakat," ungkap Alexa.
"Maksudnya?" tanya Davia, "kamu itu anak yang pintar, berprestasi, bahkan sering menang lomba."
Alexa terdiam dan menatap mamanya dengan sendu.
"Seandainya Mama tahu, itu semua hanya kamuflase belaka." Alexa membatin.
Dari seberang, ada Roy yang mengawasi Alexa.
"Aku nggak nyangka, Mama Anjani sendiri terlibat."
Beberapa jam kemudian, Anjani membungkus lukisannya. Alexa yang melihat itu langsung memasang masker di wajah, ia ingin melakukan sesuatu.
"Kamu mau kemana?" tanya Davia.
"Mama tunggu disini," sahut Alexa lalu keluar dari mobil.
Dari arah yang berbeda, Roy selalu waspada.
"Rubah licik itu mau ngapain?" Roy terlihat was-was.
Sedangkan Dara dan Sinta terlihat memberi kode kepada Bu Anjani.
Anjani mengikuti permainannya, ia sedang mengobrol dengan keduanya.
"Jadi untuk harga lukisan ini kisaran 5 juta," ungkap Anjani.
Alexa masuk diam-diam, ia tersenyum saat berbicara. Ini kesempatannya untuk mengambil lukisan itu, dari sorot mata Dara dan Sinta saling melirik. Begitu juga dengan Anjani, yang diam-diam tersenyum tipis.
"Hey," ucap Anjani yang seolah-olah sadar.
Alexa langsung mendorong Anjani dan pergi, Roy yang melihat itu langsung masuk ke dalam mobilnya.
Anjani dibantu oleh Dara dan Sinta berdiri.
"Ibu nggak papa?" tanya Dara.
"Saya nggak papa," sahut Anjani.
"Bu, kita harus rebut lagi lukisannya!" desak Sinta.
"Iya, Bu," ucap Dara membenarkan.
"Nggak usah," sahut Anjani.
"Loh, kenapa?" tanya keduanya.
BERSAMBUNG
apa Anjani anak abg Johan mungkin ya...???
klo aku ngecium kek Baun karbol pembersih lantai kk Thor 🤣🤣🤣🤣
biasanya Ayah adalah cinta pertama anak perempuan nya...karena baginya ayah adalah pria terkasih dan pahlawan nya