NovelToon NovelToon
Tutorku Tunanganku

Tutorku Tunanganku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua / Slice of Life
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Mashimeow

"Mulai sekarang gue yang jadi tutor lo sampai ujian kenaikan kelas."

Awalnya Jiwangga hanya butuh Keisha sebagai tutornya, itupun dia tidak sudi berdekatan dengan anak ambis seperti Keisha.

Sayang seribu sayang, bukannya menjauh, Jiwangga malah dijodohkan dengan Keisha.

Lantas bagaimana kelanjutan kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mashimeow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Setan Cantik

Warung Pojok selalu menjadi tempat pelarian paling nyaman saat pikiran sedang tidak bisa diajak bekerja sama. Tempat yang mayoritas dihuni oleh anak-anak Chaos Brotherhood. Selalu ada keramaian di sana kapan pun mereka datang untuk mencari hiburan. Jiwangga mengambil gitar yang nganggur di atas sofa.

Jemarinya tergerak untuk memainkan senar-senar itu membentuk sebuah alunan merdu. Suasana di dalam Warung Pojok semakin hidup dengan suara dari petikan gitar Jiwangga. Dia membuka salah satu kotak rokok entah milik siapa lalu mengambil satu tanpa permisi. Diapitnya lintingan benda tersebut di antara belah bibirnya.

Seketika awan-awan berwarna keabuan berhembus dari bibir pemuda itu. Wangi dari pengharum ruangan sampai kalah ketika asap dari nikotin mereka berkumpul menjadi satu dalam ruangan yang sama. Jiwangga memainkan handphone untuk mencari lagu-lagu di aplikasi musik online. Dia tampak acuh dan tidak terganggu saat melihat ruang kosong di sebelahnya diisi oleh River.

“Lo kemarin kenapa kagak masuk dah? Sakit apa gimana?” tanya River.

“Kagak. Lagi malas aja,” balas Jiwangga asal.

“Besok lo menghadap tuh ke Pak Manto buat ikut ulangan susulan. Rugi banget lo malah nggak masuk,” ucap Julian.

“Tinggal minta contekan ke Joshua sama lo aja kok repot.” Jiwangga menaruh handphone di atas meja lalu atensi pemuda itu beralih pada gitar dalam pangkuan.

“Terus fungsi lo tutor sama Keisha apaan kalau masih bloon begini,” sarkas Joshua. Pemuda bertubuh jangkung dengan rambut sedikit ikal itu mengambil pemantik api di dekat tangan Jiwangga.

“Jangan-jangan lo kalau tutor nggak benar-benar merhatiin malah asik push rank,” tuduh Lucas.

“Dia mah push rank enggak malah yang ada molor mulu,” timpal Tristan sambil terkekeh ringan.

“Keseringan cabut tuh makanya di otak nggak ada apa-apa. Kena tiup angin juga paling ikutan kabur tuh isi kepala,” ucap pedas Harvey. Kalimat spontan yang terucap dari bibir pemuda itu sontak membuat tawa menyebar di seluruh ruangan. Semua orang menertawakan Jiwangga.

Jiwangga menghembuskan asap rokok ke udara sambil tangannya terulur untuk memukul kepala belakang Harvey kencang. “Anjing. Gue nggak setolol itu ya. Sebenarnya gue tuh jenius cuma ketutup mager aja,” bela Jiwangga. Lirikan mata sinis ia berikan dengan bibir yang tak berhenti mengomel.

“Parah banget si Harvey ngeroasting Jiwangga. Gue nggak ikut-ikutan loh ya kalau ada apa-apa.” River menunjuk ke arah sahabatnya dengan wajah mengejek yang terlihat sangat menyebalkan. Pemuda itu lantas mengambil ponsel di saku celana. Layar pipih itu menampilkan postingan instagram milik Luna. “Semakin dilihat nih Luna menarik kalau diperhatiin. Iya nggak sih?” tanya River membuka obrolan lain.

“Jangan kan Luna, lah si Keisha aja juga nggak kalah saing. Dia banyak gebrakan yang bikin semua mata ngelirik ke arahnya,” sambung Harvey.

Ucapan yang terlontar dari mulut Harvey seketika membuat ketujuh pemuda itu saling beradu pandang. Mereka dari awal tahu jika hanya Julian seorang yang secara terang-terangan mengagumi sosok Keisha.

Jiwangga menjentikkan abu rokoknya ke dalam asbak sambil sesekali melirik pada pemuda yang baru saja berbicara. Ia merasa ada hal janggal yang akhir-akhir ini muncul tentang Harvey apa lagi saat mereka mulai membicarakan Keisha. Diam-diam pemuda Abram ini memperhatikan bagaimana raut wajah sang sahabat.

Tidak ada yang berubah ketika Harvey masih saja membahas tentang Keisha. Jiwangga mengendikkan bahu acuh saat pikiran tak jelas berusaha memprovokasi dirinya untuk berpikir macam-macam. Ia mengalihkan pandangan dan memusatkan atensinya pada hal lain tetapi tingkahnya terlalu gegabah. Harvey yang merasa diperhatikan jadi menoleh.

“Gue tahu gue ganteng, Jiw. Ngelirik mulu dari tadi ke arah gue. Naksir lo?” tanya Hiro saat menoleh ke arah Jiwangga.

“Najis,” umpat Jiwangga. Pemuda tampan berkulit sawo matang itu lantas bangkit berdiri setelah menaruh gitar akustik kembali pada tempatnya. Ia menyambar kunci motor juga jaketnya di sofa. Sebelum benar-benar pergi dia sempatkan untuk membayar semua pesanan teman-temannya dan memberi sedikit uang tip pada pemilik warung. “Gue balik duluan,” pamit Jiwangga.

“Mau ke mana?” tanya Tristan.

“Pulang, ngantuk gue,” jawab Jiwangga singkat.

“Baru juga jam 11 nih udah mau balik aja,” kata Julian.

Joshua menghadang tubuh Jiwangga untuk pergi lebih awal. “Lo serius kemarin nggak masuk karena malas aja? Bukan karena hal lain?” tanya Joshua memastikan.

“Gue ada acara keluarga sebelum mereka pergi ke luar negri. Udah kan? Mau tanya apa lagi sebelum gue cabut?” balas tanya Jiwangga malas.

“Kalau lo nggak ada teman, langsung aja ke rumah gue pasti disambut kok. Mau nginap lama juga santai asal bayar listrik, gas, sama bensin dari lo.” Joshua menepuk pundak Jiwangga sambil tersenyum lebar.

“Dih kalau di rumah Keisha semuanya gratis. Mending gue nginap di rumah tuh perempuan.” – batin Jiwangga.

“Lihat nanti aja lah, Josh. Gue cabut,” pamit Jiwangga sekali lagi.

Jiwangga melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan pada seluruh manusia di Warung Pojok. Ia melangkahkan kakinya menuju parkiran demi menjemput si merah gagah. Langit malam penuh bintang menjadi saksi sekaligus teman berkendara pemuda itu malam ini. Dalam waktu singkat helm full face sudah terpasang apik pada kepala si tuan.

Motor besar dengan suara knalpot berisik itu membelah jalanan Ibu Kota yang cukup lengang. Waktu tengah malam tak juga membuat kehidupan di tengah-tengah Jakarta ini redup dan tertidur. Justru semakin malam malah semakin ramai. Jiwangga untung saja diberi kunci cadangan oleh Felix dan semua orang juga memilikinya.

Jiwangga sampai di kediaman milik Keisha setelah menempuh perjalanan selama 30 menit lamanya. Tengah malam tidak mungkin ada kemacetan membuat pemuda itu bisa tanpa hambatan pulang dan pergi dari Pusat ke Pantai Indah Kapuk. Suasana rumah terlihat begitu sunyi.

Saat memarkirkan motor, Jiwangga tidak melihat presensi kendaraan milik Felix dan Amy di garasi. Asumsinya berkata jika sepasang suami istri itu sedang tidak ada di rumah. Dengan santai Jiwangga melenggang masuk ke dalam rumah. Ruangan itu tampak gelap namun Jiwangga tak peduli, ia melanjutkan langkahnya dengan siulan merdu di bibir.

Kedua tangan ia masukkan ke dalam saku celana, samar-samar ia merasakan semilir angin dari celah-celah jendela bahkan cahaya lampu luar memaksa masuk ke dalam ruangan gelap itu. Jiwangga berdeham, ada rasa kesat di tenggorokannya, bahkan suaranya terdengar sedikit serak. Sebelum ia ke kamarnya, air putih dingin dari kulkas mungkin akan sedikit melegakan.

Ia melangkahkan kakinya menuju dapur namun ketika sedikit lagi akan memasuki kawasan tersebut. Angin bertiup kencang dari luar sampai menggetarkan jendela yang hampir membuat Jiwangga terkejut. Ruangan gelap menambah kesan menegangkan yang dirasakan pemuda itu. Tangannya terulur untuk membuka pintu dapur perlahan dan pandangan si pemuda terpaku pada sosok perempuan bergaun putih.

Ada sebuah keraguan yang membuat langkah si tuan semakin lambat dan akhirnya mematung tepat di depan meja pantry. Jiwangga mengusap kelopak matanya demi memastikan apa yang tengah dilihatnya saat ini. Ia memberanikan diri untuk mendekat di saat instingnya berkata untuk segera pergi dari tempat itu.

“Siapa lo? Maling ya!” seru Jiwangga. Suara kencang dari pemuda itu sontak membuat sosok itu seketika menoleh. Keduanya saling beradu pandang dalam beberapa sekon sampai Jiwangga sendiri mengalihkan arah pandangnya ke arah lain. Rasa terkejut masih saja menyelimuti pemuda itu kala menatap kembali pada wajah perempuan di hadapannya. “SETAN,” teriak Jiwangga.

“Setan? Di mana setannya? Jangan nakutin gue ya Jiwangga!” seru sosok perempuan bergaun putih tersebut. Ekspresi ketakutan yang dibalut masker perawatan wajah ini tidak bisa disembunyikan sebab terlalu kentara menunjukkan eksistensinya.

Jiwangga mengusap wajahnya kasar saat mendengar suara yang sangat ia kenali. “Lo ngapain sih segala pakai gaun putih sama masker kayak gini? Nakutin gue, anjing,” cemooh Jiwangga.

“Ya emangnya kenapa sih? Suka-suka gue lah. Baju juga baju tidur gue bukan pakai punya lo. Pakai masker tuh biar kulitnya halus, kencang, dan awet muda. Cowok kayak lo mana paham merawat diri,” balas sinis Keisha tidak mau kalah.

“Cowok mah cuci muka doang selesai, nggak kayak cewek. Banyak banget perintilan kebersihan muka inilah itulah. Ribet,” ucap Jiwangga seraya mengerlingkan matanya malas. Pemuda itu lantas berbalik arah meninggalkan area dapur saat dia rasa tak ada lagi pembahasan penting di antara mereka. Baru saja ingin beranjak, sebuah tangan terulur menahan pergerakan Jiwangga. “Kenapa lagi?” tanya Jiwangga.

Keisha menatap ke arah Jiwangga dengan sorot mata berbinar penuh harapan. Ia mengerucutkan bibirnya maju beberapa senti. Raut wajah si puan terlihat seperti sedang merajuk. “Lo bisa pasang gas nggak? Gue mau bikin mie nggak jadi nih karena gasnya habis. Please tolongin gue ya Jiwa,” ucap Keisha memelas.

“Pasang aja sendiri,” tolak Jiwangga mentah-mentah.

“Jiwangga Abram plisss tolongin gue. Sekaliiiiii aja ya. Gue asli nggak pernah dan nggak bisa pasang gas sendiri. Mbok Siti lagi pulang kampung seminggu karena anaknya sakit parah,” rengek Keisha. Perempuan bertubuh semampai itu memegang tangan Jiwangga dengan kedua tangannya erat.

“Gue dapat apa kalau mau bantuin lo?” Jiwangga bertanya dengan sebelah alis terangkat ketika sepasang netra setajam serigala miliknya menatap tepat ke arah obsidian milik Keisha.

“Gue bantuin kalau lo ada ulangan apa pun asal lo pasangin gasnya,” kata Keisha cepat tanpa berpikir lebih jauh.

“Oke deal,” kata Jiwangga santai.

Jiwangga menganggukkan kepala setuju. Ia memilih untuk mengalah kali ini dari pada harus mendengar rengekan Keisha sepanjang malam. Belum tentu gadis itu tidak akan mengungkit kembali beberapa hari ke depan. Pemuda itu sedikit paham mengerti bagaimana cara mengganti tabung hijau mini itu selama di rumah.

Bukan satu atau dua kali dia melakukannya. Anggap saja Jiwangga bukan seseorang yang amatir. Tangan pemuda itu dengan terampil melepas selang regulator dari tabung setelah alat pendetensi gas itu sudah mati. Ia buka segel yang ada di atas tabung lalu memasang karet pelindung dan memasang kembali regulator pada gas.

Setelah memastikan semuanya dalam keadaan baik-baik saja, Jiwangga dengan hati-hati menghidupkan kompor untuk memeriksa laju sirkulasi api. Dia menoleh ke arah Keisha yang tadi sempat menghidupkan lampu saat Jiwangga memasang gas. Si cantik sibuk memasukkan mie ke dalam panci yang sedang mendidih.

“Udah tuh. Bikinin gue mie juga. Telornya dua,” perintah Jiwangga.

“Idih, ya udah tunggu. Kata gue sebelum lo makan ini mie, mending lo mandi. Badan lo bau rokok semua, bikin udara rumah gue jadi tercemar,” kata Keisha sambil mendorong tubuh Jiwangga dengan jari telunjuknya.

Jiwangga terkekeh sinis. Ia mendorong perlahan jari telunjuknya pada kening Keisha. “Lagak lo kayak bisa nyium bau badan gue aja,” ucapnya.

“Monyettt. Kecium banget ya dari lo jalan sebelum masuk dapur aja gue juga tahu lo habis ngerokok. Sana ih lo bau.” Keisha mendorong punggung Jiwangga keluar dari area dapur.

Suasana lebih hidup saat keduanya terlibat adu argumen di ruangan luas itu. Mengisi kekosongan yang membuat keadaan tidak terlalu canggung. Jiwangga meninggalkan Keisha seorang diri ketika sudah diusir dari area yang sudah dia bantu tadi. Pemuda itu tak mengambil pusing lalu berlalu menaiki tangga menuju kamarnya untuk membersihkan diri.

1
bayusetyawan
aku pengen gabung ke chaos brotherhood thor
Cheng Lin2194
Terhibur banget!
Mashimeow: terima kasih udah suka sama ceritaku^^
total 1 replies
Juárez Márquez Odette Margarita
Ngakak dosa!
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!