Jelly Putri Wijaya sadar, menikahi seseorang yang tidak dicintai hanya akan membawa masalah. Itulah alasan mengapa ia harus menghentikan rencana pernikahannya dengan Benjamin Huang. Mungkin lebih tepatnya melarikan diri dari pernikahan itu.
Pelarian Jelly ke Hongkong mempertemukan gadis itu dengan Oscar Liu, musisi muda yang sedang naik daun dan digilai fans. Sosok Jelly yang kikuk dan misterius, membuat Oscar tertarik menjadikan gadis itu tameng dari serbuan gosip media.
Perasaan Oscar yang semakin kuat dan kenyataan bahwa Jelly bukanlah gadis sembarangan, membuat Oscar jadi mempertanyakan niatnya. Jelly pun sadar bahwa ia tidak bisa selamanya melarikan diri. Ketika masa lalu dan masa depan bertarung di depannya, akankah Jelly kembali lari dan menjauh dari kebahagiaan?
Bagaimana kisahnya? yuk ikuti di novel baruku.. 🙏
Jika suka, like, komen positif, sub, rate 5 and share ya.. Terimaka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Slyterin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22.
Oscar Liu tertegun. Apa katanya? Sialan. Ia segera memalingkan wajah, berusaha menyembunyikan raut wajahnya yang memerah.
"Kau menikmati profesimu sebagai penyanyi?" tanya Jelly Putri Wijaya tiba-tiba. "Menjadi terkenal, dan apakah kau benar-benar menikmatinya?"
"Tentu.Terkenal membuatku bisa menunjuk gadis mana pun yang ingin kumiliki." Menyadari lirikan yang tajam Jelly kepada dirinya, Oscar Liu tersenyum lebar sekali."Aku bercanda."
"Sulit dipercaya." Jelly terdengar menggerutu sekilas, tetapi kemudian berkata lagi, "Aku penasaran. Ah, bagaimana perasaanmu saat kau telah berhasil luar biasa dalam menghibur penontonmu?"
Oscar Liu tersenyum."Aku hanya berusaha menjadi orang yang menyenangkan saat menghibur para pendengarku. Mereka senang, Aku lebih senang. Tapi ketika mereka kecewa dengan musik ku, Aku bisa akan menyalahkan diriku sendiri."
Jelly menyipit. "Kau tidak harus selalu bisa untuk menyenangkan orang lain. Maksud aku, kau harus mengerti kalau tidak semua orang di dunia menyukai musikmu."
"Andai semudah itu."
"Hei, hidupmu bukan untuk menyenangkan orang lain semata. Apalah arti menyenangkan orang lain bila kau tidak bisa menikmati hidupmu sendiri?"
Kalimat itu. Senyuman Oscar Liu mengembang. "Ah, bagaimana denganmu?Asisten desainer grafis atau seorang pelukis?"
"Oh melukis, tentu saja. Aku tidak sepertimu. Aku ini payah dalam membuat keputusan."
Oscar Liu mengerutkan kening.Jelly menarik napas dan menghembuskannya cepat- cepat. "Ibuku, " timpalnya tanpa minat. "Ibuku tidak membiarkanku menjadi pelukis. Dia membuatku membatalkan niatku untuk mengambil beasiswa yang sudah Aku dapatkan dengan susah payah di Royal College of art. Ibuku ingin Aku menjadi panelis hukum seperti nenekku."
"Kenapa kau membiarkannya?"
"Entahlah." Jelly tersenyum kosong ke arah dinding- dinding kafe yang dihiasi aneka poster artis legend Hongkong di belakang Oscar Liu. "Setiap kali aku mengunjungi sejumlah taman di sekitar sini. Aku pun selalu mengenangnya tapi aku tak bisa melakukan hal itu lagi."
Oscar memiringkan sedikit kepala ketika Jelly Putri Wijaya menatapnya.
Gadis itu menarik napas lagi."Aku berdiri di seberang gedung itu dan kembali menertawakan diriku sendiri yang lemah."
"Kenapa kau melakukannya?"
"Aku tidak tahu." Jelly mengedik."Sulit rasanya untuk menatap gedung itu tanpa mampu berbicara dan bahkan Aku tak sanggup untuk mengucapkannya lagi untuk sekian kalinya dan harapan menjadi tak pasti.. "
Oscar Liu menurunkan pandangan ketika gadis itu tersenyum masam ke arahnya. Getaran asing di dadanya membuat Oscar Liu menerawang sejenak. Ia tidak tahu Jelly memiliki kisah hidup serumit itu. Mungkinkah ia telah keliru menyeret gadis itu ke dalam hidupnya? Hal ini diluar dugaan, pikirannya ini mulai melantur. Hhh...
"Tapi tentu saja itu mustahil." Jelly menyelipkan poni samping dengan gagang garpu, lalu terlihat berusaha untuk mengendalikan diri dan bertanya, "Kau ingin memesan arak lagi atau minuman lain?Aku ingin memesan secangkir teh hijau lagi."
"Jel," panggil Oscar menahan gerakan gadis itu yang hendak bangkit dari kursi. "Aku payah dalam satu hal yang metafora. Tapi coba pikir, rumah sakit tanpa ada dokter bukanlah rumah sakit, sementara dokter tanpa rumah sakit akan tetap menjadi dokter. Hmm, artinya, dimana pun kau menuntut ilmu, kau tetaplah akan menjadi seorang yang kau ingin dalam tujuan hidupmu. Yakinlah itu."
Jelly tersenyum sambil memalingkan wajah. "Ini, sih terlalu naif banget." Sekilas mata gadis itu terlihat berkaca- kaca dan pemuda ini bisa melihatnya.
"Aku tahu, seharusnya Aku mengatakan ini kepada diriku dulu. Tapi... " Oscar Liu berdecak keras. " Ahh, terkadang pilihan yang keliru membawa kita pada jalan yang benar dan kalau kau percaya cara kerja takdir memang begitu adanya."
****
"Ini butik apa? Keren banget."
Jelly tersenyum melihat Oscar memperhatikan butik di salah satu gedung yang baru saja mereka datangi dari kedai seberang.
"Butik ini milik aktor Tiongkok. Apa kau tidak tahu?"
"Apa pula."
"Butik ini menjual pernak-pernik tentang sang aktor tersebut, " Jelly menjelaskan sambil menyandarkan skuter yang dirantai ke dinding butik tersebut.
"Untuk apa memarkir skuter- mu?" Oscar Liu menoleh dan menyipit ke arahnya.
"Aku ingin melihat isi dalamnya."
Melihat Jelly memasuki butik berkanopi hijau lumut itu, Oscar Liu meniup poninya sendiri gemas. "Ahh, kau ini, " katanya, tidak punya pilihan lain lagi selain mengikuti gadis itu.
Setiap sisi dalam butik terisi pakaian, celana, syal, dan lain-lain. Jelly mengulurkan tangan meraih salah satu syal warna ungu di sudut dan mencobanya di depan cermin di samping.
"Bagaimana menurutmu?"Gadis itu bertanya kepada Oscar Liu sambil memamerkan syal warna ungu itu di depan pemuda ini.
"Kurang bagus untukmu."
"Ini warna terong. Yang kau pegang warna darah.. Ah, aku tak suka." Jelly tersenyum."Aku mau yang ini saja, kau bisa pilih syal yang kau mau sesuai denganmu." Ia berjalan ke sisi lain butik yaitu ke rak topi.
Oscar meraih salah satu jaket dan mencobanya di depan cermin samping rak jaket. "Hmm, oke juga.. "
"Kau tak mau membeli hoodie warna krem gambar panda Fu yang terkenal di Shenshuping Zoo."
"Ahh? Ini butik pakaian orang bukan binatang." Oscar berdecak keras sambil memilih sejumlah hoodie lain yang ada gambar artis kesukaannya yaitu Andy Lau dan membawanya ke kasir.
Jelly mendengus. Ia mendekatkan diri ke arah gaun- gaun model terbaru di area lain butik. Ia tertarik pada salah satu gaun namun ia urungkan niatnya untuk ia membelinya.
"Ini sangat cantik, " komentar Oscar saat melihatnya tampak enggan untuk beranjak dari rak gaun cantik itu. "Kenapa kau tidak membelinya?"
Jelly mengamati dirinya sendiri yang di cermin. Ia tak bisa secantik artis Zhao Lu Si yang memakai gaun itu di gambar depan rak. "Aku tak pernah bisa mirip."
Ekspresi Oscar berubah heran."Kenapa kau bisa ada berpikiran seperti membandingkan dirimu dengan orang-orang? "
"Aku tak tahu, Aku hanya membutuhkan penilaianmu sejenak untuk menyakinkan diriku bisa memilki gaun cantik itu."
Oscar mengambil gaun cantik yang diinginkan oleh Jelly dan menggerutu,"Apakah meminta pendapat dari seorang pria sepertku sesulit itu?"
Jelly bergeming saat Oscar berlalu ke kasir sambil membawa gaun cantik itu dan membayarnya untuk dirinya. Ia terkesiap sejenak.
"Kau pasti sudah gila, Oscar Liu."
"Aku serius, " sahut Oscar Liu cepat.
"Kau.. "
"Aku akan menunggumu untuk memakainya di hari yang tepat."
Jelly menarik napas dalam-dalam setelah skuter lain di parkir di depan gedung apartemen Zoya Amanda. Ia memeluk tas belanja yang ditinggalkan oleh Oscar Liu sebelum pemuda ini pergi. Ia kemudian berjalan ke pintu dan kaget sampai mundur selangkah.
"Jelly? " Ester Mu membuka pintunya lebih lebar.
Jelly mengamati penampilan Mamanya dari atas sampai bawah. Mendadak ia ragu untuk menyahut. Hampir sepuluh tahun lamanya mereka tidak pernah berjumpa satu sama lainnya.
"Kau di Hongkong?" Ester Mu memperbaiki mantel di pakainya dan menatap putrinya dengan tajam.
"Ma.. "
"Siapa, Es?" suara seorang pria bule yang muncul dari belakang ibunya. Mata pria itu langsung melebar saat melihat Jelly.
"Jelly, ya? Hai! " Pria bule itu menyambutnya dengan kecupan ringan di keningnya."Sudah lama sekali. Bagaimana kabarmu, nak?"
Bersambung!!