Membunuh istri seorang Mafia???
Begitulah yang terjadi pada Disha si reporter Indonesia saat berada di kapal pesiar. Dia terjebak dalam situasi sulit ketika dia terpergok memegang sebuah pistol dengan jasad wanita di depannya yang merupakan istri tercinta dari seorang mafia bernama Noir Mortelev.
Mafia Rusia yang terkenal akan hati dingin, dan kejam. Mortelev adalah salah satu diantara para Mafia yang berdarah dingin, dan Noir merupakan keturunan dari Mortelev sendiri.
Kejadian di kapal pesiar sungguh membuat Disha hampir mati di tangan Noir saat pria itu ingin membunuhnya setelah mengetahui kematian istrinya, namun dia bersumpah akan membunuhnya secara perlahan lewat siksaan batin dan jeratan pernikahan.
“Akan aku berikan neraka untukmu sebagai balasan kematian istri dan anakku yang belum lahir. You understand!”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AM'sLL — BAB 28
DIBALIK ALASAN PEMBUNUHAN SANDY
Seorang pria yang berlumuran darah, mulai menggerakkan kepalanya, mendongak menatap ke arah Disha berdiri. Tentu saja Disha tertegun mendapatkan tatapan seperti itu dari orang yang terluka.
Kedua mata Disha berkaca-kaca saat menatapnya, dadanya naik turun tak beraturan sampai Falco menjambak rambut pria itu, pria yang kini menunjukkan senyuman liciknya.
“No...” Gumam Disha yang hendak menolongnya namun dia urungkan kembali dan hanya bisa mengepalkan tangan kanannya di depan bibirnya yang terbungkam.
Tentu, Noir memperhatikan bagaimana istrinya bereaksi menatap pemandangan seperti itu.
“Kesempatanmu hanya satu kali ini, katakan atau kau memilih nyawamu?" Ujar Falco membuat Disha tak mengerti. Sementara Noir, dia hanya diam menikmati bagaimana asistennya itu bertindak sesuai perintah.
“APA KALIAN GILA?? BAGAIMANA JIKA POLISI DATANG, DAN... BAGAIMANA BISA KAMU MEMPERLAKUKAN MANUSIA SEPERTI ITU??" kesal Disha menatap ke suaminya yang hanya menatap dingin dan datar.
Pria berkemeja hitam itu berjalan menghampiri Disha menatap lekat. “Kamu menginginkan jawaban bukan. Dan jawaban mu ada di depan.” Ucap Noir membuat Disha berkerut alis dengan kedua mata basah.
Sementara di penjara lainnya, terdapat anak buah Taylor yang juga sudah mendapatkan pukulan bertubi-tubi hingga kandang chita yang baru saja menyantap makanannya dan kini tulang belulang dari para bandit yang tertangkap.
Sungguh keterlaluan!
“Apa maksudmu?” tanya Disha.
“TINGGALKAN KAMI!" gertak Noir kepada anak buahnya yang berjaga di sana termasuk Falco.
Mereka segera mengangguk lalu bergegas pergi sehingga kini hanya ada Noir, Disha dan pria asing yang duduk di kursi besi, sementara penjara-penjara tadi sudah ditutup secara otomatis.
Tanpa berpaling, Disha memandang lekat mata biru Noir dengan penuh penasaran dan kekesalan.
“Kamu meminta jawaban, kenapa aku harus membunuh kakakmu jika akulah si pembunuh itu.” Noir berjalan ke arah pria malang tadi, meraih sesuatu di sana lalu kembali menghampiri istrinya yang masih berdiri menatapnya.
“Pria itu yang membodohi seorang pria autis. Mengambil rekaman cctv saat malam kejadian itu dan mencoba membodohi serta menjebak seorang Noir Mortelev.” Jelas Noir yang kini sudah berdiri di depan Disha.
Pria itu meraih tangan Disha, memberikan sebuah pistol hitam kepadanya. Sedangkan Disha yang mendebarkan nya pun melirik ke pria malang tadi dengan wajah sedih bila mengingat kakaknya.
“Apa aku salah jika harus membunuh musuhku?”
Sungguh! Air mata Disha tak berhenti menetes ketika dia mendengarkan suara Noir. Berulang kali Disha mengigit bibir bawahnya dari dalam hingga menarik napas dalam-dalam.
“Kenapa kamu tidak mencaritahu nya lebih dulu? Kakakku tidak bersalah!” lirih Disha yang masih menatap ke pria malang di kursi belakang Noir.
“Jika aku tidak membunuhnya, maka seseorang yang memerintahkannya akan membunuhnya, menculiknya, menyiksanya dan menjauhkannya dari mu tanpa sepengatahuan siapapun.” Jelas Noir begitu detail. Entah kenapa dia harus memberitahu kan semua itu kepada Disha.
Tapi itulah alasan dan kebenaran tentang tindakan Noir yang membunuh Sandy si pria autis itu.
Disha berjalan maju, menatap lurus ke pria yang kini menatapnya dengan seringaian berani meski kedua tangannya diikat di belakang.
Sementara Noir hanya diam membiarkan istrinya sendiri yang bertindak.
Kini, di depan musuh Noir, Disha berdiri, menatap lekat dengan sebuah pistol di tangan kanannya hingga air matanya menetes. “Kenapa harus kakakku?" Tanya Disha dengan suara lirih dan pelan.
Pria dengan bersimbah darah itu masih menatap Disha penuh percaya diri hingga saat dia menyeringai, terlihat gigi-giginya memerah akibat darahnya.
“Ka-karena pria seperti itu, mu-mudah dibodohi. Tapi dia menghancurkan semuanya!” balas pria itu membuat Disha mengeratkan pistol yang dia remas.
“Bagaimana dengan orang-orang seperti kalian?" Tanya Disha sekali lagi hingga pria itu tak bisa menjawabnya namun hanya tersenyum lebar.
Sedangkan Noir berkerut alis.
“Kenapa tidak menjawab ku?” tanya Disha sekali lagi. Pria bersimbah darah tadi hendak membuka suara namun tangan Disha langsung bergerak dengan sendirinya, melepaskan peluru pistolnya 4 kali tembakan.
Darr! Darr! Darr! Darr!!!
Wanita itu menggertakkan giginya dan mulai menangis menatap pria itu hingga pistol yang dia bawa terjatuh saat tangannya lemas dan tubuhnya gemetar hebat.
Disha terduduk, refleks menundukkan kepalanya tepat di paha pria yang kini mendongak tanpa nyawa dan banyak darah segar yang menetes akibat tembakan Disha di kepala hingga lehernya.
“HAAAAAA— ” Teriak Disha disela tangisnya.
Dari belakang Noir menariknya menjauh dari pria tadi. “LEPASKAN AKU!! LEPASKAN AKU SIALAN!!” sentak Disha dengan hidung dan mata merah menatap tajam ke Noir yang kini mencengkram kedua lengannya dan menatap lekat.
“YA AKU SIALAN!!” sentak balik Noir tak kalah tinggi hingga Disha langsung ciut.
Wanita itu merasa lemas dan benar-benar merasa bodoh karena sudah melakukan hal yang salah.
“Kenapa kamu melakukan ini?? Kenapa harus menimpaku Noir??” tanya Disha menatapnya hingga wanita itu menempelkan keningnya ke dada Noir tanpa sadar.
Hendak menjambak rambut Disha, pria itu mengurungkan kembali niatnya, beralih menyentuh tengkuk wanita itu dan membiarkannya menangis di pelukannya.
“Sekarang apa? Aku harus apa??” lirih Disha yang kini benar-benar tidak tahu lagi harus bereaksi seperti apa.
Dia sudah membunuh seseorang yang menyuruh kakaknya untuk melawan Noir Mortelev dari belakang. Dia tahu kakaknya sangat lugu dan tidak tahu tindakan yang sudah dia lakukan akan membuatnya terbunuh dan membuat adiknya terjebak.
Tentu saja, Noir marah dan membunuhnya setelah mengetahui tindakan Sandy. Namun semuanya sudah terjadi, mau memperbaiki nya pun tidak mungkin.
Seketika tubuh Disha lemas hingga terkulai dan hampir jatuh di lantai namun dengan sigap Noir langsung menangkapnya sehingga Disha mendongak memejamkan matanya tak sadarkan diri.
“FALCO!!" Panggil Noir dengan suara kerasnya bak auman singa.
Mendengar panggilan itu, Falco segera menghampiri bosnya dan melihat kejadian di ruangan tersebut.
“Bereskan semua ini.” Pinta Noir kepada Falco sementara dia menggendong Disha ala pengantin dan membawanya keluar dari tempat itu.
Namun yang membuat Noir tak habis pikir— kenapa dia harus menolongnya? Jika dia ingin menyiksanya, kenapa harus menyelematkan wanita itu dan menunjukkan kepeduliannya di depan Falco?
“Shit!" Umpat Noir.
...***...
Di sebuah kamar yang hening, Todor mengepalkan tangannya. Kabar yang buruk sudah sampai di telinganya, kematian asisten mata-matanya di tangan Noir alias di tangan seorang wanita.
“Tuan, apa yang harus kita lakukan?” tanya anak buahnya yang kini menjadi asisten Todor untuk menggantikan asistennya yang sudah tewas.
Dengan tatapan tajam, pria itu terlihat marah. “Cari tahu, siapa istri Noir sekarang? Jangan sampai Sergei Romanov mengetahuinya, lakukan secara perlahan dan kirimkan pesan kepada Alon. Aku ingin bertemu dengannya.” Pinta Todor sehingga pria berkulit putih berkaos hitam itu mengangguk faham. Panggil saja dia Dev.
“Kau membuat kesalahan Noir. Setelah apa yang kau lakukan kepada Teodora! Kau tidak akan tahu bahwa aku juga melakukannya!” gumam Todor menyeringai licik bila mengingat adik tirinya itu.
yohana selingkuh sm ganev..
klu sampai noir tahu bgmn reaksi nya coba 😀😁🫢🤭
Disha mulai berani sm noir krn merasa sdh tahu kebenaran nya..siapa yg membunuh teodora..
apakah teodora selingkuh jg?
dan apa tujuan noir melibatkan Disha?
author jwb donk 😍😂😀🫢🤭