Membunuh istri seorang Mafia???
Begitulah yang terjadi pada Disha si reporter Indonesia saat berada di kapal pesiar. Dia terjebak dalam situasi sulit ketika dia terpergok memegang sebuah pistol dengan jasad wanita di depannya yang merupakan istri tercinta dari seorang mafia bernama Noir Mortelev.
Mafia Rusia yang terkenal akan hati dingin, dan kejam. Mortelev adalah salah satu diantara para Mafia yang berdarah dingin, dan Noir merupakan keturunan dari Mortelev sendiri.
Kejadian di kapal pesiar sungguh membuat Disha hampir mati di tangan Noir saat pria itu ingin membunuhnya setelah mengetahui kematian istrinya, namun dia bersumpah akan membunuhnya secara perlahan lewat siksaan batin dan jeratan pernikahan.
“Akan aku berikan neraka untukmu sebagai balasan kematian istri dan anakku yang belum lahir. You understand!”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AM'sLL — BAB 35
KEMARAHAN NOIR
Ganev meremas kuat ponselnya dan menggeram kesal. “Fuck!”
“Kau sedang apa?” tanya Yelena yang baru saja tiba ke kamarnya.
Tidak ada makan malam seperti biasa. Semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Itu sudah biasa sehingga para pelayan tidak begitu kerja extra untuk menyiapkan makanan di meja makan.
Ganev tersenyum lebar mematikan ponselnya ketika dia berbalik menatap istrinya. “Kau! Apa sudah mengambil buku yang kau mau?" Tanya Ganev mencoba mengalihkan perhatian Yelena.
“Aku tidak mengambil, aku baru saja dari kamar Disha. Kau sendiri sedang apa? Kau terlihat marah? Apa ada sesuatu?” dengan tatapan curiga wanita cantik itu memperhatikan suaminya.
“Ck, tidak ada apapun, hanya pekerjaan kecil. Dan iya! Aku lupa memberitahu mu tentang bulan madu kita!”
“Bulan madu?”
Yelena sedikit terkejut, memang benar mereka tidak pernah bulan madu meski sudah berhubungan intim karena Ganev tidak suka honeymoon tapi sekarang— itu saat aneh.
Pria tampan itu menghampiri Yelena, membantunya duduk di atas kasur secara perlahan sehingga kini mereka duduk bersampingan. Terlihat Ganev menyentuh tangan istrinya bak suami yang baik.
“Kau tahu! Aku rasa... Kita perlu liburan beberapa hari, aku yakin kau merasa bosan di rumah seharian. Aku pikir aku bisa mengajakmu bersantai jauh dari Mansion ini!” jelas Ganev membuat Yelena berkerut alis.
“Itu ide yang bagus! Tapi ini tidak seperti dirimu Ganev, kau terlihat tertekan!" Balas Yelena apa adanya sehingga senyuman Ganev pudar.
Pria itu mencoba tidak marah dan mencoba mengendalikan dirinya. “Jika itu yang kau pikirkan tentangku, maka aku tidak akan memaksamu! Maaf.”
“Bukan seperti itu maksudku— ”
Ganev langsung keluar kamar tanpa memperdulikan istrinya yang kini menatapnya sendu. Sungguh! Yelena seperti merasakan sesuatu yang berbeda.
...***...
“Tuan! Tidak ada yang tersisa di dalam sana, apa Anda ingin memeriksanya sendiri?” tanya anak buah Noir yang terlihat penuh noda darah di wajah dan pakaiannya.
Noir yang masih berdiri dengan kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. Pria itu menatap ke arah sebuah rumah milik seorang polisi yang hampir membocorkan bisnis gelapnya, namun untungnya dia sudah berhasil membunuh mereka. Ya! Keluarga polisi itu dan juga polisi yang sudah berani mengusiknya.
“Bereskan saja.” Pinta pria dengan kemeja putih itu yang tak mau ternodai oleh darah.
Noir langsung masuk ke mobilnya dan melaju cepat. Tentunya dia sendirian tanpa anak buah, toh hari juga sudah menjelang tengah malam.
.
.
.
“Ahhh~ fuck me ohhh~ ” Racauan dan desahan dari seorang pelayan yang sangat merdu ketika salah satu penjaga di gerbang Mansion kini tengah menikmati perpaduannya dengan seorang pelayan di sana.
Meski pakaian mereka masih utuh, namun tak menghalanginya untuk bertautan.
“Ohhh~ fuck...” geram anak buah Noir mencengkam leher wanita itu dari belakang dan terus bergerak cepat hampir menuju pelepasan.
TINN!!!
Suara klakson mobil Noir membuat penjaga tadi langsung tersentak kaget begitu juga dengan pelayan di sana.
“Sial!” dengan cepat pria itu membenahi celananya dan segera membuka gerbang berwarna hitam itu sehingga mobil mewah Noir masuk.
Tak lama salah satu pengawal di sana datang. Ya! Dia baru saja ke kamar kecil itu sebabnya hanya ada satu penjaga saja, hampir saja dia lalai.
Brakk!!
Noir yang keluar dari mobilnya, pria itu hanya melirik tajam ke anak buahnya dan juga pelayan wanita yang sama-sama menunduk. Untung saja jarak mereka jauh dari Noir, sehingga pria itu hanya menatapnya saja lalu pergi ke masuk.
Ya! Noir sama sekali tidak melarang anak buahnya ataupun pelayannya bermain intim, hanya saja jangan sampai melalaikan pekerjaan nya.
“Tuan Noir!” panggil salah satu anak buahnya menghampiri Noir yang sudah menaiki anak tangga.
“Ada apa?”
“Tuan Todor datang tadi siang.”
Seketika Noir berkerut alis dengan tatapan ancaman. “Bagaimana bisa dia masuk huh? Sudah kubilang tidak boleh ada yang masuk tanpa izinku!” gertak Noir dengan marah.
“Maaf Tuan. Nyonya Sofiya yang memerintahkan— ”
Ya! Pria itu menjelaskan kejadian tadi siang ketika kedatangan Todor hingga pertemuan Todor dengan Disha. Tentu saja amarah Noir bertambah meluap mendengarnya.
Dengan langkah panjang dan tatapan marah, Noir melewati siapapun yang ada di rumah. Termasuk Ganev yang hendak menyapanya.
Ceklek! Tanpa meminta izin, pria itu langsung membuka pintu kamar Sofiya dan Alon sehingga Sofiya yang duduk di kursi riasnya pun langsung bangkit dengan tatapan terkejut melihat keberadaan Noir.
“Atas izin siapa kau menyuruh pria itu memasuki gerbang Mansion ku Bibi?” tegas Noir dengan tatapan tajamnya.
Sofiya tersenyum peluh saat melihat tatapan marah Noir dan dia tahu maksud pria yang keponakannya itu katakan.
“Memangnya kenapa Noir? Dia hanya datang ingin bertemu denganmu dan dia tidak masuk ke rumah, hanya di gerbang saja. Kau tahu kan, Romanov itu sangat tidak bisa diberitahu.” Jela Sofiya mencoba membuat Noir tenang.
“Aku tidak peduli pada Romanov. Berapa kali sudah kubilang, jangan melanggar aturan ku, aku masih bisa menghargai mu karena kau adalah kakak dari ayahku.” Jelas Noir yang melangkah maju sehingga kini dia bertatap muka dengan jarak dekat.
Sofiya menelan ludah ketika dia menahan amarah dan takut ketika melihat Noir sangat marah.
“Dan sekarang aku akan memberimu kesempatan terkahir. Aku masih peduli dengan Yelena dan menghargai setiap kerja kerasnya untukku selama ini, tapi jika kau berani melakukan kesalahan lagi, maka aku pastikan kau tidak akan bisa membuka matamu lagi.” Ancam Noir bergegas pergi dan menutup pintu kamar itu dengan kasar dan keras.
“Noir?” panggil Alon yang baru tiba dari ruangan kerjanya.
Tak ada balasan dari Noir sehingga Alon curiga bahwa istrinya sudah memancing amarah pria itu lagi.
“Dasar Sofiya.” Gerutu Alon segera masuk ke kamar dan melihat istrinya sudah duduk di atas ranjang dengan wajah kesal dan remasan di kedua tangannya.
.
.
.
Yoanna yang terlihat kesal baru saja melangkah masuk sampai dia harus berpapasan dengan Ganev. Keduanya saling beradu pandang hingga Ganev memberikan isyarat untuk meminta Yoanna mengikutinya diam-diam.
Dengan wajah yang malas, wanita itu mengikutinya hingga kini mereka berada di luar rumah di halaman samping.
“Pergilah!” pinta Ganev kepada penjaga yang berjaga di sana.
Awalnya penjaga itu tidak mendengarkan perintah Ganev, namun ketika Yoanna yang memintanya barulah dia pergi sehingga kini hanya ada Ganev dan wanita bermarga Mortelev.
“Jangan sekarang Ganev, aku sedang pusing.” Ucap Yoanna ketika melihat bagaimana Ganev hendak membuka suara.
Pria itu masih mencoba tenang dan memelankan suaranya agar tidak ada yang mendengarnya.
“Bagaimana dengan nya?” tanya Ganev dengan mata bergerak melirik ke arah perut Yoanna.
“Aku masih tidak punya waktu untuk menggugurkannya. Noir memberiku pekerjaan banyak dan mendadak, kau tahu jika aku menolaknya maka dia akan marah.” Jelas Yoanna yang juga ikut kesal.
Ganev mengusap kepalanya sedikit kasar lalu kembali menatap tegas Yoanna dan menyentuh kedua pipi wanita itu.
“Dengarkan aku Yoanna! Jika kau tidak segera menyingkirkan nya. Maka kita yang akan tamat di sini.”
Seketika Yoanna menepis kasar tangan Ganev. “Kau mengatakan seolah tidak menyukai kehadiran anak ini Ganev. Jangan macam-macam padaku, kita melakukan nya bersama. Dan jika kau takut mati, maka aku sendiri yang akan membunuhmu.” Kesal Yoanna hingga melangkah pergi dengan sinis.
Oh yang benar saja! Kesalahan seorang wanita adalah telinga. Itu adalah kelemahan para wanita ketika mereka akan terhanyut dalam ucapan manis para pria tanpa memikirkan status.
Sedangkan pria, kelemahan mereka ada di mata.
Kini semuanya semakin rumit bagi Yoanna sendiri.
ini ngga hamidun kan ya?