Syakira Aurelia Devi seorang wanita yang berhubungan dengan pria beristri, tak tahu jika kekasihnya memiliki seorang istri. Membuatnya harus berurusan dengan seorang pria kejam dan dingin yang sangat menyayangi adik perempuannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AngelKiss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TPG : Bab 22
Endah tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca saat melihat cucu perempuannya pulang ke rumah, "Syakira.." Panggilnya, ia langsung memeluk Syakira dengan erat.
Syakira tersenyum senang, ia membalas pelukan dari neneknya yang sudah lama ia tinggalkan karena harus merantau ke Jakarta.
Syakira lalu di ajak masuk oleh Mak Endah, mata Syakira melihat suasana rumahnya yang masih tetap sama seperti dulu dan tidak berubah sama sekali.
Mak Endah meminta Syakira untuk segera beristirahat, ia tahu betul jika cucunya pasti sangat lelah setelah melakukan perjalanan jauh dari Jakarta ke Garut.
Syakira membaringkan tubuhnya di atas ranjang, ia memejamkan matanya seraya menghela nafas. Ada perasaan lega yang luar biasa setelah meninggalkan Jakarta, kini ia sudah terbebas dari Adrian dan ia sudah tidak perlu lagi menjadi budak sex untuk pria itu.
.
.
.
Terdengar suara gaduh dari kamar Adrian, ia membanting kan semua barang-barang yang ada di dekatnya. Namun hal itu masih tetap tidak bisa melampiaskan kekesalannya kepada Syakira yang pergi darinya dan sekarang entah kemana wanita itu.
Hizam masuk ke dalam kamar, ia terus sejenak saat melihat kamar Adrian yang sudah berantakan. Pria itu nampak sangat frustasi dan juga kesal, sudah dari tadi malam Adrian belum juga tidur.
"Tuan sebaiknya kau istirahat dulu." Ucap Hizam seraya membuka pintu dan meminta pelayan untuk masuk membawakan nampan makanan.
"Apa kau sudah menemukan wanita itu?" Tanya Adrian dengan tatapan serius, Hizam bisa melihat pipi Adrian yang masih sedikit lebam dan juga kantung mata yang sedikit menghitam.
Hizam menggelengkan kepalanya dengan pelan, "Aku sudah mencari nama Syakira di bandara ataupun stasiun kereta, namun wanita itu tidak ada." jelas Hizam.
Mendengar hal itu Adrian merasa semakin marah, ia langsung membanting kan makanan yang baru saja di bawa oleh pelayan untuk di makan oleh Adrian. Pelayan yang tadi membawa nampan langsung terkejut saat Adrian membandingkan makanan tersebut.
Hizam meminta pelayan untuk segera pergi, karena ia tahu jika emosi Adrian sangat sulit untuk di tenangkan.
"Tuan, sebaiknya anda lebih memperhatikan kesehatan mu lebih dulu. Syakira cepat atau lambat pasti akan di temukan, aku sudah meminta anak buah yang lain untuk terus mencari keberadaan Syakira. Wanita itu pasti tidak akan jauh.." jelas Hizam yang berusaha menenangkan.
Tapi Adrian dengan tajam menatap ke arah Hizam, ia sama sekali tidak senang dengan ucapan asistennya itu. Adrian lalu mencengkram kerah baju Hizam, "Aku tidak meminta mu untuk menasehati ku, aku hanya meminta mu untuk mencari wanita itu sampai ketemu.!" Jelas Adrian dengan tatapan mata yang marah, ia lalu melepaskan cengkraman tangannya pada kerah baju Hizam dengan kasar.
Hizam hanya menganggukkan kepalanya dengan pelan, ia lalu berbalik pergi meninggalkan kamar Adrian.
Saat Hizam tengah berjalan keluar, ia melihat Jesslyn yang berjalan masuk ke dalam rumah. Tatapan keduanya saling bertemu, membuat Jesslyn langsung mengalihkan pandanganya ke arah lain.
"Tuan Adrian sedang tidak ingin di ganggu." Jelas Hizam.
Namun Jesslyn langsung menggelengkan kepalanya, ia memilih untuk tetap berjalan. Tapi tangannya langsung di tahan oleh Hizam, Jesslyn langsung melihat ke arah Hizam dengan tatapan kesal.
"Lepaskan tangan ku." Ucap Jesslyn dengan nada memerintah.
"Pak Adrian sedang tidak ingin di ganggu, kau akan menjadi sasaran amukannya jika kau menganggu nya saat ini." Jelas Hizam.
Tapi Jesslyn langsung melepaskan tangannya secara paksa, ia menatap ke arah Hizam. Tanpa ingin menjawab ucapan Hizam, Jesslyn langsung berjalan ke arah kamar Adrian. Sudah beberapa Minggu ia tidak bertemu dengan Adrian, dan kali ini ada ucapan penting yang harus ia sampaikan kepada kakaknya itu.
Tangan Jesslyn langsung membuka pintu kamar, namun pemandangan di depannya membuatnya terdiam di depan pintu dan untuk beberapa detik Jesslyn hanya diam dengan mata yang terkejut melihat kamar Adrian saat ini.
"Kak, ada apa ini?" Tanya Jesslyn penasaran, ia lalu berjalan masuk ke dalam kamar. Matanya melihat Adrian yang tengah duduk di atas ranjang, tampilan Adrian nampak sedikit kacau.
"Kak, kamu kenapa?" Tanya Jesslyn lagi dengan nada sedikit tinggi, ia melihat kantung mata Adrian yang menghitam dan pipi pria itu yang memar.
"Kak, siapa yang menampar mu?" Tanya Jesslyn, ia tahu betul jika bekas di pipi Adrian adalah sebuah tamparan dari seseorang.
"Untuk apa kau datang ke sini?" Tanya Adrian, bukan sambutan hangat yang biasa Jesslyn dapatkan dari Adrian, namun malah sikap dingin pria itu.
Jesslyn sedikit bingung kenapa Adrian bersikap seperti itu kepadanya, "Aku ke sini karena ibu menyuruh ku datang, dia terus menelpon mu namun kau tidak mengangkat panggilannya." Jelas Jesslyn, meski sejujurnya bukan itu maksud tujuan yang sebenarnya.
Mendengar hal itu Adrian mendengus kasar, ia langsung meminta Jesslyn untuk segera pulang dari rumahnya. "Mama meminta ku untuk mengajak mu ke rumah hari ini." jelas Jesslyn.
Mata Adrian lansung menyipit, ia memasang wajah kesal dan marah. "Ini adalah perintah Kak." Jawab Jesslyn dengan tatapan serius.
"Untuk apa?" Tanya Adrian dengan tatapan tajam.
Namun Jesslyn menggelengkan kepalanya, ia meminta Adrian untuk segera bersiap dan pergi ke rumah Citra.
"Aku tidak bisa pergi, aku ada urusan penting." Jelas Adrian.
Jesslyn mengerutkan keningnya heran, namun ia kembali memaksa kakaknya untuk datang.
"Jesslyn jangan paksa aku! Aku sedang memiliki urusan penting, apa kau tuli?" Tanya Adrian dengan setengah berteriak, yang membuat Jesslyn langsung terkejut.
Jesslyn segera berbalik pergi meninggalkan Adrian, sikap Adrian yang seperti ini membuat Jesslyn merasa kesal dan takut. Melihat Jesslyn yang pergi, Adrian hanya diam dan tidak ada niatan untuk mengejar adik kesayangannya itu.
Hizam yang berada di dekat tangga, melihat Jesslyn keluar dari kamar Adrian dengan wajah yang kesal. Pria itu tersenyum mengejek, ia sudah memberitahu Jesslyn, namun wanita itu malah sangat keras kepala.