Arsa menjalani hidup yang sangat sulit dan juga aneh. Dimana semua ibu akan bangga dengan pencapaian putranya, namun tidak dengan ibunya. Alisa seperti orang ketakutan saat mengetahui kecerdasan putranya. Konfilk pun terjadi saat Arsa bertemu dengan Xavier, dari situlah Arsa mulai mengerti kenapa ibunya sangat takut. Perlahan kebernaran pun mulai terkuat, dimulai dari kasus terbunuhnya Ayah Arsa, sampai skandal perusahaan besar lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humble, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akal bulus
Arsa hanya mengangkat satu tangan, memberi tanda dia meminta maaf, dan kembali berjalan dengan ponsel masih melekat di telinganya.
“Maaf, aku menyenggol seseorang… lanjutkan, apa apa sengan gadis itu?” Tanya Arsa melanjutkan kembali.
“Oh, tidak apa-apa! Tapi…”
Saar Arsa terus berjalan dan berbicara dengan Tom, pemuda yang tadi bersenggolan dengan dirinya itu, masih menatap Arsa sengan tatapak tidak suka dan penuh permusuhan.
“Sialan! Bajingan itu mengabaikanku!” Umpat kesal pemuda itu.
Namun, saat dia terlihat ingin menyusul Arsa. Seseorang menahannya dan berbisik. “Kita akan mengurusnya nanti, ini ulang tahun Irish, jangan mengacaukannya.” Ucap pemuda lainnya, yang juga berjalan bersamanya.
Pemuda itu nampak berpikir sejenak, sebelum akhirnya berbalik dan berkata. “Yah, kau benar, tapi dimana Hawk?”
“Itu disana! Sebaiknya kita kesana.” Tunjuk rekannya pada Hawk dan Gina, yang kebetulan sedang melambaikan tangan kearah mereka.
Melihat orang yang dipanggilnya datang menghampiri, Hawk langsung berdiri, saat tiga orang pemuda dan satu orang gadis hampir tiba di mejanya.
“Hei, kawan, kenapa lama sekali?” Sambit Hawk, sambil mengangkat satu tangan, menjabat salah satu dari ketiganya.
Satu diantara ketiga pemuda yang kini sedang berjabat tangan itu, menggelengkan kepala sambil tersenyum, lalu menjawab pertanyaan Hawk. “Aku harus menyiapkan beberapa hal terlebih dahulu.”
Saat mengatakan hal itu, dia mengedarkan pandangannya seolah sedang mencari sesuatu. Dia mengenal gadis yang bersama Hawk, namun sama sekali tidak mengenal dua pemuda yang duduk dimeja bersama mereka.
Namun, bukan itu yang sedang dia cari. Karena tidak menemukannya, pemuda tersebut balik bertanya dengan nada cepat.
“Kemana Irish?” Ucapnya sambil melirik pada Gina, yang juga nampal tersenyum padanya.
Mendengarnya Gina sedikit berbalik dan menujuk ke satu arah, lalu berkata. “Dia ada disana! Him, duduklah, nanti dia akan kemari dan aku akan mengenalkannya padamu, sesuai janjiku.”
Bohim, nama pemuda itu langsung menajamkan matanya, memastikan keberadaan Irish. Setelah memastikan keberadaan Irish, dia sempat tersenyum sebentar sebelum akhirnya matanya melebar, begitu melihat dengan siapa Irish saat ini berada.
“Sial! Hawk, bukankah itu Nona Clara? Bahkan dia ada disini?” Seru Bohim, seolah tak percaya.
Menyadari betapa terkejutnya Bohim, membuat Hawk san Gina saling bertatapan, lalu tersenyum bersamaan.
“Seperti kataku, jangan mengacaukannya, Oke! Kamu tidak aku kenalkan dengan gadis sembarangan, sekarang duduklah.” Balas Hawk dengan suara penuh kemenangan.
“Kalian juga, duduklah!” Ucap Gina menawarkan pada pemuda dan satu gadis lainnya.
Di saat yang bersamaan Bryan dan Harris yang sudah tidak merasa nyaman karena kedatangan keempat orang ini, berusahaan mencari keberadaan Arsa.
Namun, begitu dia mendengar Gina menawarkan keempat orang itu duduk dimeja yang sama dengan mereka, Bryan akhirnya buka suara.
“Maaf, kursi ini telah terisi.” Ucap Bryan dengan dingin, begitu salah satu teman Bohim yang satang bersamannya, akan duduk di kuris dimana Arsa duduk sebelumnya.
“Hei, memangnya kau pikir siapa dirimu, hah? Apa ada yang melihat seseorang sedang duduk disana?” Bentak Guna tiba-tiba.
Bryan benar-benar tidak menyangka Gina meninggalkan suaranya dengan tatapan yang tidak suka, Bryan sempat terdiam, namun beberapa saat kemudian kembali menjawab.
“Gina, bukankah kamu tahu kalau Arsa duduk disini?” Ucap Bryan balas menatap.
“Gina! Kau memanggil namaku? Hei, apa kita sedekat itu hingga kau begitu percaya diri memanggilku hanya dengan namaku?” Balas Gina yang benar-benar membuat Bryan kehilangan kata-katanya.
Namun, Harris yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik gadis itu, yakin jika dia sengaja menyuruh semua orang untuk duduk disana, hingga jika saat Arsa kembali, maka sudah tidak ada lagi tempat duduk.
“Kami memang tidak mengenalmu. Tapi, kamu mengenal pemuda yang duduk disana. Jadi seharusnya ka—,”
Harris tidak sempat menyelesaikan kata-katanya, saat itu juga Gina yang tadinya sudah duduk, kembali bangkit dan memotong ucapannya.
“Ya, aku akui memang mengenalnya. Walaupun kalian tau aku tidak menyukainya. Sekarang, aku bertanya. Kalian siapa?….. apa kalian benar-benar diundang untuk datang kesini? Aku bahkan tidak melihat Irish menyapa kalian berdua, saat dia disini tadi.”
Sekarang, giliran Harris yang terdiam. Dan itu sontak membuat Gina menyadari apa yang dikatakannya, benar.
“Oh, jadi kalian?” Ucapnya, sambil menutup mulutnya, seolah begitu terkejut saat menyadarinya. Tak lama wajah gadis itu berubat datar, lalu kembali berkata dengan nada yang sangat datar.
“Dengar ini, kalian brengsek! Ini ulang tahun temanku. Aku tidak tahu apa maksud dari teman kalian itu membawa kalian berdua kesini dan…” Gina menunjuk pakaian keduanya, lalu melanjutkan ucapannya. “Apa kalian berharap menemukan seseorang disini? Gadis? Atau… Hmm, tidak… tidak. Pasti, koneksi?”
Setelahnya, Gina lalu melihat sekelilingnya dan kembali berkata sambi menatap keduanya. “Apa kalian tidak berkaca diri, hah? Menurut kalian, siapa dari orang-orang yang ada disini, yang akan tertarik dengan orang yang tidak bisa menghargai acara seperti ini?”
Saat semua itu terjadi, empat orang yang baru datang itu memperhatikan mereka. Melihat apa yang baru saja dikatakan oleh Gina dengan panjang lembar itu, keempatnya tidak bisa untuk menahan senyum mereka.
“Gina, Irish sudah keatas pentas, sepertinya acara akan segera dimulai.” Bisik Hawk pada gadis itu.
Sebenarnya, Hawk juga senang dengan apa yang sedang dilakukan oleh pacarnya itu. Namun, saat ini sepertinya itu sudah cukup.
Melihat keduanya terdiam, Gina merasa cukup senang. Dua orang ini, selalu dia lihat bersama Arsa sejak pertama kali dia mengejar-ngejar pemuda itu, tapi dia tidak tahu siap dua pemuda itu.
Sekarang, walaupun gagal mempermalukan Arsa sebelumnya, namun saat ini. Gina merasa sesikit puas karena bisa melampiaskan kekesalannya pada dua orang ini.
Setidaknya, karena beberapa orang yang ada disana bahkan di meja lain juga, mendengar apa yang dia katakan, dan itu akan membuat keduanya tidak bisa apa-apa lagi.
Disaat bersamaan, dari sudut matanya, gadis itu melihat Arsa tengah berjalan kembali mendekat ke meja itu.
Saat itu juga muncul ide yang lebih baik dari apa yang dia rencanakan sebelumnya. Wajahnya yang tadi datar, kini mengembang sebuah senyum.
Bryan dan Harris yang melihat gadis itu tersenyum, memasang wajah curiga. Mereka yakin, Gina akan mengatakan sesuatu yang lebih buruk dari yang sebelumnya.
Namun. Saat mereka berpikir untuk berdiri dan pergi dari sana, tiba-tiba Gina mengatakan hal yang sama sekali tudak mereka duga.
“Seperti yang aku katakan, karena ini adalah pesta temanku, jika dia tidak mempermasalahkannya, maka tentu saja aku juga tidak…” ucap Gina, lalu melanjutkan. “Bryan, Harris, duduklah, acara ini akan segera dimulai.”
Mendapati perubahan sikap yang di tunjukan oleh Gina, Bryan dan Harris benar-benar dibuat heran dengan perubahan sikap gadis itu. Namun, saat mereka ingin menanggapinya, dari atas pentas, mereka sudah mendengar pembawa acara pesta yang berdiri disana, mulai berbicara.
“Selamat malam, dan selamat datang.”
Mendengarnya, saat itu juga semua orang yang berdiri langsung duduk dikursi mereka masing-masing.
Bahkan, yang tadinya sedang berbincang-bincang, langsung memutus obrolan mereka, beralih memperhatikan seorang wanita yang berdiri di atas sana.
Pembawa acara tersenyum, sambil menunggu semua orang duduk kembali di tempat mereka masing-masing. Puas karena berhasil menarik perhatian semua orang, wanita pembawa acara itu kembali berbicar, untuk membuka acara pesta.
Namun begitu dia benar-benar kembali hendak bersuara, dia mendengar suara dari beberapa orang, dari meja yang ada di tengah ballroom itu.
“Hei, duduklah! Kau menghalangiku!”
“Anak muda, apa kau tersesat ?”
“Sial! Kemana keamanan hotel ini? Apa yang dilakukan bocah seperti ini, di tempat acara seperti ini?”
suara-suara itu, sontak menarik oerhatian semua orang yang ada disana, karena saat ini tepat di tengah ballroom, tempat dimana acara itu berlangsung, seorang pemuda masih berdiri dan benar-benar seperti sedang orang yang sedang tersesat.
Mendapati rencananya berhasil, Gina menunduk sambil memegang perut, berusaha menahan tawanya.
“Ada apa? Apa yang terjadi?”
“Hei. Lihat… sepertinya pemuda ini salah memasuki ruangan!”
“Ah, tidak! Sepertinya dia penyusup yang hanya ingin menikmati makanan gratis.”
Suara-suara sumbang semakin banyak, membuat suasana ruangan menjadi riuh dan acara pembukaan berpotensi gagal. Pembawa acara tersebut langsung mengedarkan pandangannya, mencari keamanan yang ada di sekitar.
Sadar akan ada perubahan di acara ini, Clara yang baru saja menutup panggilan dari ayahnya, ikut mengedarkan pandangannya, mencari tahu apa yang membuat acara ini belum juga dimulai.
Sebelumnya, Clara hanya berniat datang sebentar lalu kembali setelah mengucapkan selamat. Clara melihat pada orang-orang yang duduk di sekitar mejanya, yang kini menatap kearah belakang, seolah disanalah masalahnya
Namun begitu dia berbalik untuk melihat, saat itu juga mata gadis itu terbelalak lebar, dan nyaris saja melompat dari tempatnya, begitu tahu siapa orang yang saat ini berdiri satu-satunya.