Alana seorang gadis biasa yang sangat suka membaca novel di waktu senggangnya. Hingga ada satu novel yang membuatnya benar-benar sangat kesal.
Tapi siapa sangka ia justru terjebak menjadi pelayan dari penjahat utama dalam novel tersebut.
"Aku benar-benar akan mati jika terus begini." Gumamnya.
"Akh pangeran bajingan !" Umpatnya.
"siapa yang kau sebut bajingan ?"
"Mati aku..."
Dapatkah Melisa terus bertahan hidup dan dapatkah ia merubah akhir dari novel itu ? ayo saksikan kisahnya di "Transmigrasi menjadi pelayan pria jahat."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aif04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misteri kematian Mona part 2
Cuaca hari ini tidak begitu panas karena terdapat awan hitam yang menutupi langit. Alana tidak tau tentang cuaca tapi ia tau dengan pasti sebentar lagi pasti akan turun hujan. Tapi wanita itu tidak perduli dengan cuaca yang akan berubah karena saat ini ia sedang menuju suatu tempat yang membuat jantungnya berdetak dengan begitu kencang di setiap langkahnya.
“Hosh, hosh,hosh,” nafasnya mulai tidak beraturan karena berlari dengan sekuat tenaga. Tapi ia tidak perduli dan terus berlari hingga tiba pada suatu tempat yang memang menjadi tujuannya. Alana membuka pintu dengan perlahan hingga sedikit terbuka menampilkan beberapa prajurit yang berada di dalam ruangan dengan menatap aneh padanya.
“A-aku sudah mendapat izin dari yang mulia,” gumamnya saat merasa jika setiap mata menatap dengan begitu menyelidik padanya.
Suasana hening sejenak hingga seorang prajurit membuka suaranya. “Baiklah jika memang begitu maka silahkan masuk,” ujarnya yang membuat Alana bisa bernafas lega.
“Terima kasih banyak,” Alana dengan tersenyum senang melangkah masuk ke tempat tersebut.
Ia melangkah dengan perlahan hingga kini ia bisa melihat dengan jelas sosok yang begitu ia kenal. Alana menghentikan langkahnya, perlahan pandangannya terasa begitu kabur karena air mata yang menyelimuti matanya saat melihat Mona yang benar-benar dalam kondisi yang begitu mengenaskan.
“Kau baik-baik saja?” tanya seorang prajurit yang saat ini tepat berada di sampingnya. Alana mengepalkan kedua telapak tangannya menahan semua perasaan yang menyelimutinya. “Aku…baik-baik saja,” gumamnya lalu berjalan perlahan mulai mendekat pada mayat Mona yang saat ini masih dengan mata terbuka.
Dengan tangan yang bergetar Alana mengusapkan tangannya tepat di wajah Mona hingga membuat mata wanita tersebut tertutup. “Aku akan mencari pelakunya dan menghukumnya dengan hukuman yang setimpal,” gumamnya dengan tatapan yang begitu tajam. “Jika ada kehidupan selanjutnya mari bertemu dan kita akan berteman lagi,” lanjut Alana dengan begitu lembut kali ini.
Sedangkan disisi lain saat ini seorang pria tengah di sibukkan dengan hasil penyelidikan mengenai penemuan mayat pelayan wanita di istana putra mahkota. Pria dengan rambut coklat tua dengan warna mata yang seiras tersebut menatap berkas yang ada di tangannya dengan seksama. Hingga ia meletakan benda tersebut di atas meja lalu memiliki ujung hidungnya. “Tidak ada petunjuk pasti tentang kejadian ini, jika itu ulah binatang buas maka binatang buas apa yang bisa sampai di lantai dua istana putra mahkota, tapi jika ini adalah ulah dari seorang pembunuh bayaran atau manusia maka itu terlihat lebih mustahil terlihat dari luka yang ditinggalkan,” gumamnya.
Hingga suara ketukkan dari luar mengalihkan perhatiannya. “Ya masuklah,” ujarnya dengan memperhatikan sosok yang berada di balik pintu yakni seorang pria dengan seragam kesatria. “Ini berkas tambahan yang di berikan oleh tuan Robin untuk bahan penyelidikkan,” ujar kesatria tersebut lalu memberikan beberapa dokumen di atas meja pria itu. “Kemana Robin? Kenapa bukan dia yang mengantar sendiri ke sini?” tanyanya dengan terus memperhatikan dokumen yang baru saja tiba.
“Dia sedang mendapat tugas tambahan dari yang mulia,” jelas kesatria tersebut.
“Baiklah jika begitu maka tolong panggilkan pelayan yang bernama Alana, dia adalah seseorang yang terakhir berinteraksi panjang dengan korban,” pintanya dengan mata yang masih fokus pada dokumen yang ada di tanganya.
“Baik tuan,” setelah mengatakan hal tersebut, kesatria itu pergi meninggalkan ruangan.
“Huh, Alana…” gumam pria dengan rambut coklat tersebut saat melihat biodata seorang pelayan.
Di tempat lain saat ini seorang gadis sedang mengikuti upacara pemakaman bagi temannya itu. Alana menatap lurus ke depan memperhatikan bagaimana peti mulai di kubur oleh beberapa orang pria. Tempat itu tidak terlalu ramai hanya ada Alana dan juga beberapa kesatria yang di tugaskan. Menurut kabar yang Alana terima bahwa keluarga dari Mona tidak bisa hadir karena ada salah satu anggota keluarga yang tengah sakit keras.
‘Cukup konyol, anaknya meninggal, mereka bahkan tidak ada untuk melihat,’ batin Alana.
Hingga beberapa saat pemakaman telah usai dan orang-orang perlahan meninggalkan tempat tersebut meninggalkan Alana seorang diri dengan menatap hampa pada batu nisan di hadapannya. “Istirahatlah dengan tenang Mona,” gumamnya sebelum hujan perlahan turun dengan perlahan. Alana tidak beranjak dia hanya terus diam di tempat membiarkan hujan membasahi tubuhnya.
Sedangkan disisi lain pria dengan rambut hitam dan warna mata senada hanya menatapnya dari jauh dengan tanpa ekspresi.
“Huh, aku memiliki firasat buruk mengenai hal ini,” gumamnya lalu berbalik pergi.
Keesokan harinya Alana melakukan aktivitas seperti biasa, yang berbeda hanya kali ini ia melakukan pekerjaan pelayan biasa lebih tepatnya seluruh pekerjaan Mona di gantikan oleh dirinya. Ternyata pekerjaannya cukup banyak di bandingkan dengan menjadi pelayan pribadi dari putra mahkota. Pantas saja Mona selalu mengeluh tentang pekerjaannya dan membandingkan dengan dirinya. Hingga saat sedang sibuk mencuci pakaian seorang kesatria menemuinya.
“Apa kau yang bernama Alana?” tanyanya. Alana terdiam sejenak memperhatikan sosok yang berbicara padanya.
“Hmm ya saya Alana, ada perlu apa?” tanyanya dengan cepat berdiri.
“Jika begitu kau ikut aku, kepala kesatria mencari mu” ujarnya yang membuat Alana mengerutkan keningnya. Dia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi saat ini. Tapi walaupun begitu Alana memutuskan untuk mengikuti kesatria ini.
“Baiklah saya akan pergi,” ujarnya dengan begitu yakin, ‘Kepala kesatria adalah seseorang yang di tugaskan untuk menjadi penyelidik dalam meninggalnya Mona, jadi ini pasti ada hubungannya dengan kematian Mona,’ batin Alana.
semangat terus ya buat ceritanya Thor 💪😊👍
semangat terus ya buat ceritanya Thor
semangat terus ya buat ceritanya Thor
semangat terus ya buat ceritanya Thor