NovelToon NovelToon
Mencintaimu Adalah Luka

Mencintaimu Adalah Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Bad Boy / Enemy to Lovers / Idola sekolah
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Jaena19

Kania gadis remaja yang tergila-gila pada sosok Karel, sosok laki-laki dingin tak tersentuh yang ternyata membawa ke neraka dunia. Tetapi siapa sangka laki-laki itu berbalik sepenuhnya. Yang dulu tidak menginginkannya justru sekarang malah mengejar dan mengemis cintanya. Mungkinkah yang dilakukan Karel karena sadar jika laki-laki itu mencintainya? Ataukah itu hanya sekedar bentuk penyesalan dari apa yang terjadi malam itu?

"Harusnya gue sadar kalau mencintai Lo itu hanya akan menambah luka."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

dua puluh empat

Tepat setelah bel pulang sekolah berbunyi kali ini, langkah Kania kembali berubah menjadi semangat. Bagaimana tidak? Hari ini adalah jadwal Karel kembali mengadakan pertandingan basket dengan sekolah yang katanya merupakan teman SMA Bina Jaya.

Untung saja kami yang memiliki teman seperti Fabian. Kalau tidak, mungkin ia tidak akan mengetahui banyak mengenai jadwal Karel. Dan untungnya juga, suasana hatinya sudah kembali seperti biasa dan membuatnya lebih antusias untuk mengikuti langkah Karel sore ini.

"Mau ke mana, neng?"

Godaan yang disusul dengan kekehan itu membuat Kania memperlambat langkahnya. Ia menatap Raden yang sedang menyesap rokok di atas motor besar laki-laki itu sebelum kemudian berdesis jengkel.

"Kepo-"

"Tuh Karelnya!" Raden mengedipkan dagunya ke arah gerbang pemisah bangunan sekolah dan juga parkiran motor yang menjadi tempat dimana ia dan juga Raden berada.

Bahan genggaman harap pada tasnya melanggar digantikan dengan rasa penasaran yang sepertiga muncul ketika menemukan Sania yang berjalan lebih dulu dibandingkan Karel.

Kenapa Karel terlihat sedang mengejar Sania?

"San!"

"Sania! Dengerin aku dulu sebentar dong!"

Seakan sedang mendapat tontonan baru, Tania kembali memperhatikan dua insan yang berada tepat di depan gerbang bangunan Bina Jaya itu. Aneh, tidak biasanya Karel menemui Sania secara terang-terangan seperti itu. Apalagi di depan kerumunan sekolah seperti ini.

"Ayo pacaran sama gue!"

Lantang dan lugas. Dua kata yang berhasil membuat Kania seketika mematung di tempat. Telinganya memanas, jantungnya seketika berdetak dengan irama yang cepat. Apakah dirinya tidak salah dengar?

Sama halnya dengan Kania yang nampak terkejut, Raden juga seketika bangkit dari posisinya saat mendengar kata-kata itu. Ia benar-benar dibuat terperangah akan perbuatan Karel saat ini. Bagaimana bisa laki-laki itu melakukan hal semacam itu di depan kerumunan orang? Ah tidak, bagaimana bisa Karel melakukan hal itu di depan Kania?

Di depan sana, Sania berbalik, menatap Karel dengan emosinya yang seketika memuncak. Kenapa tidak dari dulu Karel mengatakan hal itu? Kenapa ia harus mengeluarkan amarahnya dulu supaya laki-laki itu bisa mengatakan hal ini?

" Ayok pacaran." Ulang Karel memelan.

"K-kamu serius?"

"Kamu mau status kita jelas kan?" Karel bersuara tenang." Supaya satu sekolah tahu jelas status kita sekarang," lanjutnya tanpa beban.

Dan perlahan, sebuah senyuman tipis tampil di bibir Sania. Senyuman yang membuat kerumunan siswa riuh seketika. Senyuman yang membuat Fabian dan juga Laras sama-sama berdecak di tempat. Jika dua manusia itu menjalin kisah cinta mereka, maka dipastikan ada seseorang yang hatinya terluka.

"Kania," Laras mengikut siku Fabian ketika matanya menemukan keberadaan Kania saat ini.

Seumur hidup, percayalah, saat ini adalah saat di mana Fabian merasa emosinya benar-benar memuncak pada Karel. Tidak peduli jika pada kenyataannya Karel memang tidak menyukai Kania. Tapi setidaknya, bisa kan laki-laki itu bersikap lebih dewasa untuk sekali saja.

Dengan langkahnya yang penuh emosi, ia dengan sengaja menabrak bahu Karel, melewati laki-laki itu dengan amarahnya, sebelum berjalan pasti menuju Kania.

"Ayok, Nia, balik!" Perintahnya yang kemudian menarik paksa pergelangan tangan Kania.

Percayalah Karel, Fabian tidak akan mengenal kamu mulai detik ini.

-----

"Udah kali ngerokok ya," desis Fabian penuh harap. Kedua matanya menatap kasihan pada Kania yang seolah terlihat acuh dengan keadaan itu. Tapi kenyataan bahwa kalian sangat tahu hati Kania lebih dari siapapun, maka ia jelas tahu apa yang saat ini dipikirkan oleh Kania.

"Gue mau minum, Lo mau bayarin gak?" Kania bertanya." Anggap aja gue ngutang."

Fabian menghela napas pelan." Iya, gue bayarin," balasnya tanpa beban.

Ah, Fabian paling tidak bisa melihat Kania sakit hati. Meskipun gadis itu memang tidak memperlihatkan kesedihannya secara langsung, tapi tetap saja Fabian tidak tega.

"Pulang dulu, ganti baju-"

"Nanti." Kania kembali bersuara tenang.

Seakan tidak bisa kembali memaksa permintaan Kania, lagu pagi yang perlahan mundur dan memilih bersandar pada sisi pohon lain tepat di samping danau tak berpenghuni itu.

Langit mendung sudah terlihat jelas sejal dua puluh menit yang lalu, dan selama itu juga Kania terus menolak ajakannya untuk pulang. Bagaimana ia tidak semakin kasihan pada sahabatnya itu?

Baginya, melihat Sania yang mulai berhubungan dengan status yang jelas dengan Karel bukanlah suatu masalah dibandingkan harus melihat karya seperti ini. Ia sama sakit hatinya dengan Kania. Tapi dari awal, menetapkan hatinya untuk menyukai Sania, ia tidak pernah berpikir untuk menaruh harap terlalu banyak pada gadis itu.

Ia merogoh saku celananya, mengambil ponselnya dan memperhatikan beberapa nama yang muncul di sana.

Laras 

Aman?

Bang Raden

Kania gimana?

Karel

Gue buka table malam ini.

Anggap aja pajak jadian.

"Sialan!"

"Kenapa?"

Seakan sadar baru saja bersikap aneh di depan Kania, Fabian menggeleng pelan. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan laki-laki itu. Bisa-bisanya Karel merayakan status barunya dengan Sania.

"Nanti malem jangan ke antariksa gimana?" Fabian bersuara pelan.

"Kenapa? Kania langsung menyahut." Karel buka table?" tebaknya tepat sasaran.

Fabian mengangguk ragu." Ke tempat lain aja-"

"Gue mau sendiri aja deh, Bi." Kania seketika berubah pikiran.

"Maksud lo?"

"Ya,, gue mau sendiri aja."

"Lo gak akan aneh-aneh kan?" Fabian bertanya waspada.

Melihat wajah Fabian yang seolah menyiratkan kekhawatiran itu, membuat Kania terkekeh pelan." Besok masih bisa sekolah kok," balasnya yakin." Lo balik duluan aja," pintanya kemudian.

"Bentar lagi uja-"

"Pulang duluan aja," ulang Kania menyela penolakan.

Seakan tidak bisa membantah lagi, Fabian menghela napasnya pelan. Ia tidak ingin meninggalkan Kania saat ini. Tapi ia tidak mungkin juga memaksa kehendak gadis itu.

"Tapi lu harus udah balik sebelum hujan ya?"

Kania mengangguk." Lo duluan aja."

Kali ini, Fabian memilih menurut. Baginya, untuk mengerti setiap titik kesedihan Kania adalah sesuatu yang mudah. Tapi untuk mendalami alasan kesedihan itu, baru Fabian akui, itu adalah hal yang paling sulit.

Selepas kepergian Fabian, Kania kembali membakar datang pertama dari kotak kedua rokok hasil pembelian Fabian tadi. Ia benar-benar tidak memiliki modal untuk membeli barang-barang yang bisa menemani di saat-saat seperti ini. Tapi untungnya, ia memiliki teman-teman yang bisa memberikan dirinya atau barang-barang itu.

Ia beralih pada ponsel hasil pinjaman Laras di saku rok nya. Ia ingin tahu, apa ada hal lain yang terjadi sepeninggalnya tadi.

Karel

Gue buka table di antariksa.

Pajak jadian.

Datang, kapan lagi gue undang Lo.

Seketika senyum hambar terlihat jelas di wajahnya. Apa ini yang di namakan dengan patah hati dan hancur? Karel sama sekali tidak membalas perasaannya.

Anda

Gak dulu.

Have fun and contrast.

Setelahnya, apa yang selama ini dia tahan, melebur yang membasahi wajahnya, Kania menangis.

Dan seakan langit mendukung, air hujan mulai ikut membasahi tubuhnya. Membawanya untuk semakin mengeluarkan emosinya yang selama ini tertahan.

Sesak, itu yang selama ini dirinya rasakan. Dan rasa itu semakin bertambah seiring pikirannya menyadari, betapa jahatnya kenyataan untuk mengajarkannya tentang kehidupan.

Karel,,ia kembali mengguman pelan nama itu. Nama yang ia harap kau akan selalu bisa ia ucapkan semaunya tanpa takut seseorang tersinggung. Tapi,, apakah sekarang masih bisa?

Dan ketika kalian berpikir jika Fabian sudah pergi, kenyataannya laki-laki itu masih memperhatikan punggung Kania yang bergetar, membuatnya juga seakan ikut merasakan sesak yang dirasakan gadis itu.

Kenapa harus Kania?

1
Suryani Tohir
nice
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!