Memiliki Suami tampan,baik, penyanyang, pengertian, bahkan mertua yang baik adalah sebuah keberuntungan. Tapi bagaimana jika semua itu adalah hanya kamuflase?
Riska Sri Rahayu istri dari Danang Hermansyah. Mereka sudah menikah selama 4 tahun lebih namun mereka belum memiliki buah hati. Riska sempat hamil namun keguguran. Saking baiknya suami dan mertua nya tidak pernah mengungkit soal anak. Dan terlihat sangat menyanyangi Riska, Riska tidak pernah menaruh curiga pada suaminya itu.
Namun suatu hari Riska terkejut ketika mendengar langsung dari sang mertua jika suami nya sudah menikah lagi. Bahkan saat ini adik madu nya itu tengah berbadan dua.
Riska harus menerima kenyataan pahit manakala yang menjadi adik madu nya adalah sepupu nya sendiri.
Sanggupkah Riska bertahan dan bagaimana Riska membalaskan sakit hati nya kepada para pengkhianat yang tega menusuk nya dari belakang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Kehebohan di Dapur Part 2
"Janda minta di hargai? Mimpi! masih mending anakku daripada kamu, Inah! kamu, masih muda sudah menjadi janda gara-gara di tinggal suami demi wanita lain. Pasti, ada yang salah dalam dirimu! Bandingkan dengan Siska. Dia di jadikan istri kedua karena nya lebih istimewa daripada istri pertama suaminya."
Narti melirik Riska. Tangan Riska terkepal kuat mendengar ucapan dari bibi nya itu.
"Ingat, seorang laki-laki tidak akan pernah pindah ke lain hati kalau istrinya sempurna di matanya." semangat sekali Narti mengucapkan kalimat itu. Kurang ajar memang mulut wanita tidak tahu di untung itu, pikir Riska.
Dada Riska naik turun di buatnya. Emosinya naik sampai ke puncak dada. Darahku pun menggelegak memenuhi seluruh tubuh ini.
"Bi, aku mau meluruskan. Laki-laki tukang selingkuh itu tidak peduli bagaimana rupa pasangannya. Tidak peduli bagaimana kesempurnaan istri sahnya. Mau sesempurna apapun seorang istri kalau suaminya doyan selingkuh, ya, selingkuh saja. Karena pria tukang selingkuh tidak akan pernah berhenti mencari alasan untuk menduakan pasangan. Mereka tidak kehabisan akal untuk bisa mengkhianati istrinya. Sebab mereka jenis laki-laki murahan yang mudah menempel sama siapa saja. Satu lagi manusiawi macam mereka tidak akan pernah puas dengan perempuan yang sudah didapatkannya jadi jangan ganggu kalau saat ini berhasil menjadi istri kedua. Sebab tidak menutup kemungkinan dia pun akan mengalami hal serupa seperti istri pertama. Dicampakan oleh suaminya." dengan penuh nafsu Riska mendapat dirinya. Banyak kata-kata yang sengaja di tekankan sana sini agar suaminya bisa meresapi ucapannya.
Sejak tadi kedua mata Riska ini terus menyapu ke seluruh penjuru dapur tapi sering kali fokus Riska hanya tertuju kepada Bibi dan suaminya. Riska melihat suaminya yang kesulitan menelan salivanya sendiri. Dia hanya terdiam di tempatnya. Matanya menunduk. Riska yakin jika suaminya sedang ketakutan, Danang pasti mengerti dengan ucapan istrinya itu.
"Riska! kenapa kamu justru membela Inah sih? di sini adik sepupu mu yang di salahkan." Narti mendelik kepada keponakan nya, dan di tanggapi dengan senyum miring oleh Riska.
Semua yang hadir pun terdiam, Mbak Inah hanya menghela nafas panjang sembari menatap Riska.
"Di sini aku tidak membela siapapun, Bi. Di sini aku hanya mau meluruskan. Jangan bangga menjadi istri kedua, terlebih hanya simpanan. Belum tentu istri kedua itu lebih baik dari istri pertama. Bisa jadi dia berhasil qqdi jadikan istri kedua karena suaminya itu kasihan pada perempuan itu. Sebab sudah menjual habis-habisan harga diri nya. Atau bisa jadi perempuan itu berhasil jadi istri kedua bukan karena suaminya yang mau, tapi perempuan itu yang sudah menjebak dan menekan laki-laki nya sehingga pria beristri itu tidak punya pilihan lain selain mengawininya."
"Dan satu lagi, kalau perempuan itu lebih baik dari istri pertamanya. Tentu dia tidak akan mau merebut suami orang! Dan kenapa aku ngomong seperti ini, bukan karena aku membela Mbak Inah, tapi karena itu adalah prinsip ku."
"Pantang sekali di khianati, terlebih oleh pasangan. Kalau suami ketahuan berkhinat, siap-siap kubuat jadi gelandangan dari rumah ku! Jadi ini bukan membela siapapun! Tapi meluruskan dari sudut pandang ku! Aku pun memilih jadi janda dari pada di khinati. Ya Mas Danang?." Sengaja Riska menyebut nama suaminya, agar Danang paham maksud dari perkataan nya. Riska tersenyum puas bisa meluapkan emosi di sana, setidaknya amarah nya pada suaminya terluapkan bisa terluapkan.
Lagi-lagi Danang terpaku di tempatnya. Tatapan nya lurus ke arah istrinya, jakun nya naik turun. Mungkin saat ini jiwanya sedang di gerogoti rasa takut ketahuan. Sudah pasti Danang masih belum siap jika pengkhianatan nya di ketahui istri tua nya. Sebab dia belum berhasil merongrong harta istrinya itu.
"Sebenarnya ini apa yang terjadi?." Pertanyaan itu masih bisa terdengar dari belakang, beberapa orang ada yang cepat tanggap dengan apa yang terjadi dan ada juga yang sedikit terlambat. Mungkin harus di maklumi.
"Bapak-bapak, Ibu-ibu. Maaf atas ketidaknyaman nya. Ini masalah keluarga kami. Biar kami selesaikan secara kekeluargaan. Sepertinya Bapak-bapak dan Ibu-Ibu bisa meninggalkan rumah ini. Saya haturkan terima kasih, mohon maaf atas ketidaknyaman nya!." Ratih selaku Ibu dari Riska yang sejak tadi diam mengambil kesempatan untuk membubarkan orang-orang.
Semua menatap Ratih yang sedang menangkupkan tangan di depan dada. Sesuai dengan permintaan Ratih, orang-orang membubarkan diri dengan berbagai degungan yang keluar dari mulut mereka. Riska tak peduli, karena yang akan menjadi bahan gunjingan bukan dirinya tapi Bibi dan sepupu nya.
***
Saat ini Riska, Mbak Inah, Mbak Ningsih, Narti, Danang duduk di atas karpet ruang tengah milik Narti. Sementara Siska sama sekali tidak memunculkan batang hidung nya, mungkin mental nya sudah down. Dan Riska tidak peduli justru ia merasa sangat senang.
"Ini sebenarnya ada apa sih? Masak setelah mendoakan si jabang bayi, kok malah terjadi huru hara seperti ini? Ada apa?." Ratih yang memang tidak begitu paham dengan apa yang terjadi membuka obrolan nya.
"Jadi gini Mah tadi ada orang yang mengirim pesan suara rekaman Siska di handphone Mbak Ningsih. Coba di putar suara Siska!." Riska menepuk lengan Mbak Ningsih yang duduk di samping nya. Perempuan itu dengan sigap langsung mengikuti perintah Riska.
Ratih dan Danang melongo tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.
"Itu pasti editan, itu pasti ulah orang yang tidak menyukai Siska," Danang mencoba mencari pembelaan. Sakit hati Riska mendengar pembelaan suaminya untuk wanita lain. Sebegitu nya Danang membela istri siri nya, padahal itu semua sudah terbukti nyata. Bahkan di depan Danang, Siska berkata demikian, tapi laki-laki itu berkelit demi membela istri muda nya itu.
"Mas, kenapa kamu begitu yakin, kalau suara itu editan atau palsu?." Mendelik Riska menatap suaminya.
"Ya untungnya apa coba mengedit suara? apa tujuan memalsukan suara? Musuhnya Siska? Apa Siska punya saingan selama ini? Hanya orang-orang berkedudukan tinggi yang memiliki musuh. Aku rasa Siska tidak pantas di musuh kecuali memang Siska sengaja mencari musuh." Lagi-lagi ucapan Riska penuh penekanan, Narti mendelik ke arah Riska. Aku acuh saja. Sedangkan Danang melotot ke arah istrinya di balas pelototan oleh Riska.
"Nyatanya ada orang iseng yang sengaja mengirimkan rekaman suara palsu itu." Danang masih tidak terima dengan apa yang Riska katakan.
"Aku yakin pengiriman nya tidak iseng, dia pasti memiliki tujuan pasti. Tapi aku tidak tahu apa itu." ucap Riska pura-pura bodoh.
"Mari kita buktikan kebenarannya. Aku akan mencari tahu siapa pengirim tersebut. Gampang bagiku melacak keberadaannya." dengan enteng Danang berucap demikian.
'Mau di cari? silahkan cari sampai ketemu! kamu pikir mudah melacakku?.' Batin Riska tersenyum jahat.
.
.
.
Bersambung...
tinggalkan aja suamimu riska......