Syifana Khoirunnisa yang biasa di sapa Syifa, harus menelen kekecewaan saat mengetahui rahasia suaminya yang tidak ingin menyentuhnya.
Di usia pernikahan yang menginjak Minggu ke empat, Syifa memutuskan untuk bercerai. Bahkan meninggalkan kota kelahirannya demi melupakan kegagalan rumah tangganya juga mantan suaminya yang sebenarnya sudah ada di hatinya.
Hingga ia harus kembali ke kota itu setelah tujuh tahun berlalu dengan sudah ada banyak perubahan pada kehidupannya.
Apa yang terjadi jika ia kembali bertemu mantan suaminya di saat ia sudah memiliki calon suami. Lalu apa yang akan terjadi saat ada laki-laki yang dengan berani menyatakan cintanya bahkan mengejar cinta Syifa tanpa lelah.
Kemana hati Syifa akan berlabuh? Siapa pemilik hati Syifa?
Happy Reading
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PH 4 Kembali
Pemilik Hati (4)
Beberapa waktu berlalu Farhan hanya duduk di mobil sambil melihat kertas yang dari pengadilan agama bahwa Syifa sudah resmi bercerai darinya. Lagi-lagi air matanya mengalir. Ia memang tidak merasakan menjadi duda karena masih memiliki Yuna. Namun, Sealin kehilangan Syifa , ia pun kehilangan senyum ibunya yang sudah beberapa hari tidak ingin melihatnya.
" Maafkan aku...."
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
Tujuh tahun kemudian
" Reza, tunggu disini sebentar ya, Mama mau ke toilet dulu. Jangan ..."
" Jangan ikuti ajakan orang yang tidak dikenal atau memakan makanan pemberian mereka." ucap Reza meneruskan kata-kata yang sudah sangat ia hafal.
"Anak pintar," usapan lembut mendarat di kepala kecilnya.
Syahreza, anak berusia tujuh tahun itu diam sambil memainkan rubiknya. Duduk di kursi tunggu seorang diri dengan satu koper besar dan satu koper kecil di sampingnya.
Keduanya kembali ke kota tempat Syifa di lahirkan. Kota yang meninggalkan banyak kenangan.
" Mau?," tawar gadis kecil memberikan sebatang coklat di hadapannya.
" Tidak. Terimakasih." Jawabnya melihat sekilas ke arah anak perempuan yang rambutnya di kepang dua.
" Ya sudah." jawabnya acuh sambil ikut duduk di samping Reza.
Keduanya asyik dengan aktivitas masing-masing.
" Sayang, ayo kita ...." Syifa mengerutkan keningnya saat melihat ada seorang anak perempuan duduk di samping Reza.
" Adik manis namanya siapa?," tanya Syifa ramah.
" Celina. " jawabnya tersenyum dengan coklat yang tersisa di sudut bibirnya.
Syifa mengambil tisu basah dari tasnya dan membersihkan bibir mungil yang belepotan coklat itu.
" Di sini dengan siapa?," tanya Syifa sambil melihat sekeliling. Bandara yang ramai dengan orang-orang. Namun, tidak ada tanda-tanda orang yang kehilangan anaknya.
"Omku. Dia disana." tunjuk gadis mungil kepada seorang laki-laki yang sibuk menelpon dan jaraknya cukup jauh membelakangi mereka.
" Om mu tahu kamu disini?,"
" Tidak. Aku pergi karena bosan menunggunya selesai menelpon." jawab gadis mungil berusia lima tahun itu.
" Ma, ayo pulang." ajak Reza yang tidak ingin berlama-lama lagi di sana.
" Baiklah. Tapi, kita antarkan dia dulu pada Omnya." Reza hanya menurut mengikuti Syifa dari belakang membawa koper kecil miliknya.
Perlahan mereka semakin mendekati laki-laki yang di sebut sebagai paman oleh Celina.
" Permisi .."
Laki-laki yang sibuk menelpon itu tidak bergeming. Ia tidak sadar seseorang sedang menegurnya.
" Om ..." panggil Celina karena panggilan wanita dewasa yang menuntunnya tidak di gubris.
Laki-laki itu berbalik.
Deg
Jantungnya bergetar saat melihat wajah cantik perempuan berhijab di depannya.
" Bidadari ..." lirihnya tanpa berkedip
" Ya??," Syifa mengerutkan keningnya .
" Maaf..." ucapnya kikuk karena malah terdiam saat melihat wajah cantik Syifa .
" Cantik ya, Om?,"
" Iya,, eh." laki-laki itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Celina hanya tertawa melihat tingkah omnya.
" Bukan muhrim, Om. Jangan dilihatin terus. Mama aku memang cantik." ucap Reza.
" Maaf."
Syifa tidak menggubris.
" Maaf mengganggu. Tapi, saya hanya ingin mengantarkan Celin. Tadi dia duduk di samping anak saya tanpa ada orang dewasa di sekitarnya."
" Celin..." David melihat ke arah keponakannya.
" Maaf, Om. Aku bosan. Om nelpon terus." Celina menundukkan kepalanya. Ia tahu ia salah karena sudah pergi seorang diri.
" Tidak apa-apa. Tapi, jangan seperti itu lagi. Om akan kerepotan mencarimu di keramaian seperti ini."David menghela nafas.
" Maaf, Om." cicitnya
" Terimakasih sudah mengantarku keponakan saya. Maaf merepotkan." David tersenyum.
" Tidak apa-apa. Kami permisi karena harus sering pulang."
" Baik. Sekali lagi terima kasih."
" Sama-sama,"
Syifa dan Reza pergi meninggalkan Om dan keponakan itu yang masih melihat keduanya sampai tak terlihat lagi.
" Hah,, kenapa tidak nanya namanya dan minta nomor telponnya." sesalnya kemudian.
" Om telat..." celetuk Celina.
" Ah , sudahlah. Kalau bertemu lagi, nanti akan ku jadikan dia tantemu, Celin. Bagaimana?,"
" Ok. Celin suka. Apalagi ada kakak tampan itu yang akan jadi kakak Celin." jawab Celina seolah mengerti apa yang di maksud oleh Omnya.
" Eh, tunggu. Anak laki-laki itu memanggilnya Mama kan. Itu artinya dia anaknya. Masa iya aku jatuh cinta pada pandangan pertama pada istri orang?," gumamnya pelan hingga Celin yang ada di sampingnya pun tak mendengarnya. " Tapi, kalau dalam waktu dekat kita ketemu lagi aku yakin kita berjodoh."
Di tempat lain, sepasang ayah dan anak baru turun dari dalam mobil.
"Kamu nurut sama nenek ya." ucap sang ayah sambil menuntun seorang anak laki-laki di sampingnya.
" Ya, ayah." jawabnya.
" Assalamu'alaikum."
" Wa'alaikumussalam." Seorang perempuan paruh baya langsung membuka pintu rumahnya.
Dari tadi dia memang menunggu kedatangan cucunya.
" Mama sehat?," tanyanya sambil mencium tangan dengan takzim.
" Alhamdulillah." jawabnya singkat dengan ekspresi yang biasa saja.
" Akhirnya cucu Oma datang juga." Serunya ramah pada sang cucu.
Farhan hanya terdiam melihat ibunya yang masih dengan perubahan sikapnya. Ia rindu ibunya yang dulu. Meminta maaf berkali-kali pun rasanya tak bisa meluluhkan hati ibunya.
Apalagi, kini ia dan Yuna sudah bercerai. Dengan alasan tidak tahan karena ibu mertuanya tidak bisa menerimanya, ia minta cerai. Alasan lainnya adalah ia merasa cemburu pada Syifa. Padahal, dia sudah menjadi istri satu-satunya.
Tanpa siapapun menyadari, Farhan mencari tahu semuanya. Ternyata, Yuna menemukan pria lain yang lebih di bandingkan Farhan. Secara ekonomi juga sangat perhatian. Mantan kekasihnya saat SMA.
Farhan hanya bisa menyesal. Ternyata menikah tanpa restu ibunya malah membuat pernikahannya kandas. Walaupun ia sudah mendapat restu ibunya, namun seolah terlambat.
" Gilang sudah makan?," tanya Bu Laila pada sang cucu.
" Belum, Oma."
" Ayo kita makan. Tadi Oma sudah masak banyak."
Farhan hanya tersenyum saat melihat interaksi keduanya. Bersyukur ibunya mau menerima Gilang sekalipun terlahir dari Yuna, menantu yang bukan pilihannya.
Mereka pun makan malam dengan tenang. Farhan melihat sekeliling. Tiba-tiba ia teringat Syifa yang entah ada dimana.
" Pindahlah kemari." Ucap Bu Laila saat Gilang sudah ke kamar. Kamar milik Farhan yang sebelumnya ia tempati dengan Syifa.
Farhan melihat ke arah ibunya cukup terkejut atas permintaannya.
" Mama kesepian. Pindahlah kemari dengan Gilang. Lagipula kalian hanya berdua di sana." tambahnya.
Pengadilan Agama sudah ketuk palu seminggu yang lalu. Kini, Farhan dan Yuna sudah resmi bercerai. Jadi, sekalipun Farhan kembali ke rumah itu, tidak akan ada Yuna di antara mereka.
" Mama yakin? Mama tidak marah lagi?,".
" Mama tidak marah. Hanya kecewa." jelasnya singkat.
Sementara itu, Syifa dan Reza berdiri di pinggir jalan. Taxi yang ia tumpangi ternyata mogok, sehingga ia harus menunggu supir memeriksa mesin mobilnya.
" Maaf, Bu. Sepertinya ini tidak bisa di perbaiki cepat. Harus di bawa ke bengkel."
" Ya sudah saya naik taxi lain saja." jawab Syifa sambil mengeluarkan dompetnya untuk membayar ongkos.
Sang supir langsung mengeluarkan koper dari bagasi setelah menerima ongkosnya sambil kembali meminta maaf karena tidak bisa mengantarkan sampai tujuan.
Syifa masih mencoba mememesan taxi online. Namun, belum dapat. Jalan tempat mereka saat ini pun terbilang sepi.
Tiba-tiba sebuah mobil hitam berhenti tepat di depannya. Kaca mobilnya di turunkan.
" Butuh tumpangan?," tanya seorang pria .
" Ti..."
" Ini sudah malam loh. Tenang, aku tidak akan macam-macam, disini juga ada asisten aku. Kita tidak berdua. Lagipula aku bukan orang jahat" laki-laki yang tidak lain adalah David itu tidak mau kehilangan kesempatan emas.
Syifa diam, dia masih dilema.
" Kasihan anak kamu." tunjuk David pada Reza yang nampak kelelahan.
" Emm ..."
TBC