Jian Lushi menjadi salah satu korban tewas, dalam kecelakaan tabrakan mobil beruntun.
Akibatnya, jiwanya mengalami perjalanan melintas waktu ke dimensi lain.
Kemudian jiwanya masuk kedalam raga seorang gadis petani malang, yang tanpa sengaja mati akibat ulah saudaranya sendiri.
Yuk ikuti perjalanan Jian Lushi, dalam menjalani kehidupan barunya di dunia asing.
Mohon dukungannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah_sakabian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Salah Faham, Jeruk dan Manggis
...----------------...
"Huaaa... Ayah kenapa marah-marah pada kak Lushi? Kak Lushi baik, tidak jahat. Huuuaa..." Yueyue ingin mengejar Lushi, tapi di tahan oleh Junhan.
"Kak Lushi bukan penculik." ucap Zhuzhu. Matanya terus menatap punggung Lushi, hingga tidak terlihat.
"Kenapa kalian lebih membela orang asing, dari pada ayah?" tanya Junhan. Matanya menatap kedua putrinya secara bergantian.
Kedua gadis kecil itu langsung terdiam, menunduk. Tidak ingin lagi berbicara, ataupun melihat wajah ayahnya yang tampan tapi membosankan.
Setelah sampai di kediaman keluarga Wu. Nenek dan nenek buyut yang sedari tadi di landa kecemasan, kekhawatiran dan ketakutan. Langsung berbinar, ketika melihat kedua cucu dan cicitnya pulang ke rumah dengan selamat.
Tak henti-hentinya mereka memeluk dan mencium kedua gadis kecil Zhuzhu dan Yueyue. Hingga Yueyue merasa wajahnya basah, karena air liur dari nenek dan nenek buyutnya.
"Nenek, nenek buyut, sudah cium-ciumnya. Wajah Yueyue nanti habis." ucap Yueyue dengan polosnya. Yang membuat kedua wanita lansia dan paruh baya itu semakin gemas padanya.
"Baiklah baiklah, nenek buyut tidak akan menghabiskan wajah Yueyue, yang bulat ini," ucap nyonya tua Wu. Yang biasanya di panggil nenek buyut Lin, karena nama lengkapnya Lin Ran.
"Apakah kalian sudah makan?" tanya nyonya Wu. Nama lengkapnya Qin Wanrou, dan bisa di panggil nenek Qin.
"Kami sudah makan, nenek." jawab Zhuzhu.
"Em ya, kami sudah makan di rumah kak Lushi." jawab Yueyue bersemangat.
"Masakan kak Lushi sangat enak. Tadi Yueyue juga makan wortel. Ah... mana wortelnya?" lanjut Yueyue. Yang kemudian mengingat dan kebingungan mencari-cari keberadaan wortel, yang tadi di berikan Lushi.
"Wortel?" tanya nyonya tua Wu. Dia bingung melihat Yueyue yang tiba-tiba mencari wortel.
"Ayah, dimana keranjang sayur yang tadi di berikan kak Lushi?" Zhuzhu langsung bertanya kepada ayahnya. Karena tadi dia melihat ayahnya yang menerima keranjang sayur tersebut.
Junhan yang di tanya langsung tertegun. Tapi tidak ada yang menyadarinya. Karena wajahnya memang sudah biasa kaku tanpa ekspresi seperti itu, sejak keluar dari kandungan.
Yueyue langsung menoleh, dan menghampiri ayahnya, yang saat ini tengah duduk dan berbicara dengan kakek buyutnya.
"Ayah, dimana wortelnya?" tanya Yueyue dengan air mata yang sudah menggenang, siap di jatuhkan kapan saja.
"Tunggu. Ayah akan mengambilnya," ucap Junhan singkat. Kemudian pria itu berdiri dan keluar rumah.
Lima menit kemudian Junhan kembali masuk rumah, di belakangnya ada seseorang yang membawa keranjang sayur.
Ternyata, awalnya Junhan memberikan keranjang itu kepada Xiao Yi, untuk buang. Xiao Yi yang tidak tega membuang barang-barang bagus itu. Memilih menyimpannya untuk dirinya sendiri.
Dia sangat ketakutan saat Junhan, tiba-tiba mencari dirinya, dan menanyakan keranjang sayur yang seharusnya di buang.
Setelah mengakui kesalahannya, dan siap menerima hukuman. Ternyata tidak hanya tidak di hukum, tapi tuannya juga meminta kembali keranjang itu.
"Ah... itu keranjangnya. Paman Yi cepat cepat, letakan di sini, letakan di sini..." teriak Yueyue penuh semangat. Tangan pendek dan gemuknya memberi isyarat agar Xiao Yi meletakan keranjang di atas meja.
"Silakan, nona kecil," ucap Xiao Yi. Setelah menyerahkan barang yang seharusnya di serahkan, dia melirik Junhan, kemudian izin undur diri.
Yueyue dan Zhuzhu, keduanya langsung membongkar isi dalam keranjang.
Seikat kecil bayam, seikat kecil sawi, seikat kecil buncis, dua kentang, dua lobak, dua wortel, dua jagung manis, sejumput daun bawang dan seledri. Dua buah apel, dua buah persik, dua kesemek, dua Jeruk, dua manggis, segenggam ceri, dan setandan anggur.
"Lihat nenek, nenek buyut, ini wortel yang di berikan kak Lushi kepada kami." ucap Yueyue. Kedua tangannya memegang kedua wortel itu, untuk di pamerkan kepada semua orang.
"Wah segar sekali wortelnya," puji nyonya tua Wu.
Mendengar pujian dari nenek buyutnya, Yueyue semakin bersemangat. Jadi dia melanjutkan ucapannya, "Tentu saja. Karena wortel ini dan semuanya ini, di tanam kak Lushi sendiri. Semuanya rasanya enak, Yueyue dan kak Zhuzhu, sangat suka memakannya."
"Bagus. Nanti nenek dan nenek Chu, akan memasaknya untuk Yueyue dan Zhuzhu." ucap nyonya Wu, dengan penuh kasih sayang.
"Bukankah buah-buahan ini, sama dengan buah-buahan yang menjadi perbincangan hangat itu?" ucap nyonya tua Wu, sedikit ragu.
"Ibu benar, terakhir kali Xiao Mei hanya bisa mendapatkan satu kilogram, dari masing-masing buah." nyonya Wu langsung membenarkan ucapan ibu mertuanya.
"Lalu, siapa kak Lushi ini?" tanya nyonya tua Wu penasaran. Begitu juga dengan nyonya Wu. Mereka penasaran dengan sosok yang sudah menolong cucunya. Juga kenapa orang itu, dengan mudahnya memberikan buah-buahan mahal seperti ini, kepada kedua cicitnya.
Karena awalnya mereka mengira, anak-anak ini di culik.
"Kak Lushi yang menolong kami. Ketika kami tersesat, saat mengejar kucing." terang Zhuzhu pada nenek dan nenek buyutnya.
"Jadi kalian tadi mengejar kucing hingga tersesat? Bukan di culik?"
"Kami tidak di culik,"
"Kak Lushi bukan penculik," jawab kedua kakak beradik itu bersamaan, sambil menggelengkan kepala mereka.
"Oh syukurlah kalau seperti itu. Lalu di mana kak Lushi, yang kalian maksud?" tanya nyonya Wu.
"Kak Lushi sudah pergi." jawab Zhuzhu sambil melirik ayahnya.
Meskipun terlihat tidak tertarik, tapi telinga pria itu diam-diam mendengarkan pembicaraan mereka.
"Ayah memarahi kak Lushi. Jadi kak Lushi pergi." ucap yueyue. Kemudian cemberut, ingin menangis.
Mendengar ini, semua mata langsung tertuju pada pelaku. Sebelum Junhan bisa menjelaskan, Yueyue sudah mengeluh terlebih dahulu.
"Padahal, besok Yueyue masih ingin bermain dengan Jeruk dan Manggis, lagi."
"Tapi ayah memarahi kak Lushi. Bagaimana kalau Yueyue tidak di bolehkan main ke rumahnya lagi?" setelah itu Yueyue duduk bersandar pada kakak perempuannya.
"Di sini ada Jeruk dan Manggis. Nenek akan mengupasnya untuk kalian."
"Nenek, bukan Jeruk dan Manggis itu yang di maksud Yueyue, tapi kucing-kucing kak Lushi." jelas Zhuzhu pada neneknya.
Di tempat lain, Li Ying sudah berhasil mengejar Lushi. Dan saat ini keduanya sudah terlibat percakapan.
Sebenarnya Li Ying yang banyak bicara, Lushi hanya menanggapi seperlunya saja. Dia masih marah, di tuduh sebagai penculik.
"Sudahlah tuan, tidak perlu berbasa basi kepada ku. Aku sudah tau tujuanmu. Kau juga sudah melihat dan membaca identitasku, sewaktu di stasiun. Rumah dan tempat tinggal ku, ada di depan sana. Apa lagi yang ingin kau ketahui?"
"Dan katakan pada atasanmu yang jelek itu. Aku hanya sekali menolong anak-anaknya. Lain kali dia harus lebih menjaga anak-anaknya sendiri. Kalau mereka tersesat lagi, aku tidak akan menolongnya lagi."
"Sekarang aku sudah mau sampai rumah. Tidak baik jika tetanggaku melihat anda. Sebaiknya anda pergi, dan segera melaporkan pada atasan anda." ucap Lushi panjang kali lebar, seperti rumus persegi panjang.
Presentase ketertarikannya pada Li Ying, telah sedikit berkurang. Begitu juga dengan ketampanannya yang semakin menurun, di mata Lushi.
Lagi-lagi Li Ying yang harus pusing...
...----------------...
bunga mendarat/Rose//Heart/