Cinta yang datang dan menetap di relung hati yang paling dalam tanpa aba-aba. Tanpa permisi, dan menguasai seluruh bilik dalam hati. Kehadiran dirimu telah menjadi kebutuhan untukku. Seolah duniaku hanya berpusat padamu.
Zehya, seorang gadis yang harus bertahan hidup seorang diri di kota yang asing setelah kedua orang tuanya berpisah. Ayah dan ibunya pergi meninggalkan nya begitu saja. Seolah Zehya adalah benda yang sudah habis masa aktifnya. Dunianya berubah dalam sekejap. Ayahnya, cinta pertama dalam hidupnya, sosok raja bagi dunia kecilnya, justru menjadi sumber kehancuran baginya. Ayahnya yang begitu sempurna ternyata memiliki wanita lain selain ibunya. sang ibu yang mengetahui cinta lain dari ayahnyapun memutuskan untuk berpisah, dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata Zehya bukanlah anak kandung dari wanita yang selama ini Zehya panggil ibu.
Siapakah ibu kandung Zehya?
yuk, ikuti terus perjalanan Zehya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yunacana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa dia Putraku?
Reni duduk di kursi penumpang dengan gelisah. berulang kali dia menggerakkan kakinya, kedua tangannya saling bertautan. Reyhan menepuk pundak Sepupunya dengan lembut.
" Dia akan sangat senang bertemu denganmu, Reni. Percayalah" Reni menatap Reyhan dengan ragu.
" Tapi, aku takut. Rey". Reyhan mengubah duduknya menghadap Reni sepenuhnya. kedua tangannya meremas bahu Reni pelan. Matanya yang tajam menatap dalam manik mata Reni. Menyalurkan semua kekuatan yang Reni butuhkan.
" Hati kalian saling menyatu, Rindunya padamu akan menjadi penghubung untuk kalian, Reni. Dia anakmu, anak kandungmu. Janin yang kamu jaga dan rawat, kamu nantikan kelahirannya."
Perkataan Reyhan bagai air dingin yang mengguyur punggungnya. Reni tersenyum, kepercayaan dirinya kembali.
" Ya. dia putraku..."
" Putra kita, sepupuku. Jangan lupakan aku yang menyumbang benih berkualitas milikku" Protes Reyhan yang mendapatkan cubitan maut di perut nya dari Reni.
" Berhenti menghodaku, Rey. " Reyhan mengelus perutnya yang rasanya seperti tersengat serangga sambil meringis.
" Rasanya masih sama seperti jaman kita sekolah dulu. sakit, Reni" Ujar Reyhan sembari meringis. Reni hanya terkekeh.
" Ayo. aku ingin menemui Maher" Ajak Reni yang dengan penuh semangat membuka pintu mobil dan berdiri di depan gedung sekolah Maher. Menunggu Reyhan untuk bergabung bersamanya.
Sepupu, dan juga ayah dari putranya sudah berdiri di sampingnya. Reyhan meraih tangan kanan Reni dan menggenggam nya. Menuntun Reni untuk melangkah masuk ke gedung sekolah, bertepatan dengan bunyi bel tanda pulang berbunyi.
Banyak anak-anak seusia Maher dengan seragam merah muda melewati mereka. Anak-anak itu berlarian dengan gembira menuju orang tua mereka. Ada juga yang berjalan pelan karena para pengasuh atau pengawal yang menjemput. Setiap ada anak lelaki yang berjalan ke arahnya, Reni merasa gelisah. degupan jantungnya berpacu dengan cepat.
" Boy! Lihat siapa yang datang" Seru Reyhan seraya melambaikan tangannya pada seorang lelaki kecil yang memiliki rupa persis dengannya. Hati Reni membeku. Nafasnya berhenti kala tatapan mata penuh binar kerinduan dari lelaki kecil itu bertemu dengan matanya.
Tanpa dia sadari, air mata melompat dari matanya tanpa permisi. Reni melepaskan tangan Reyhan dan berjongkok. dengan yakin, Reni tersenyum sembari membuka lebar kedua tangannya. Siap menerima tubuh mungil putranya dalam dekapan hangat seorang ibu.
Maher yang sudah sangat menginginkan pertemuan dengan ibunya tertegun, ada rasa bahagia yang membuncah dalam hatinya, namun keraguan membuatnya hanya diam sembari meminta penjelasan pada papanya. Reyhan tersenyum penuh arti pada Maher dan mengangguk kecil. Memberikan konfirmasi pada putranya bahwa wanita yang berada di sampingnya adalah mama nya.
Maher tersenyum cerah, langkah kakinya seolah ringan kala dia berlari menuju mamanya, tangan mungilnya meraih leher Reni dan mendekapnya erat. Reni lekas memeluk tubuh Maher. Menghirup aroma tubuh Maher dari pundak bocah itu. Air mata terus membanjiri wajahnya.
" Mama.. Mamanya Maher akhirnya datang!" Ungkap Maher penuh suka cita.
" Ya. ini mama, sayang. Ini mama" Reni menimpali dengan haru. Reyhan menatap bola mata Maher yang bergerak senang. Dari kedua manik itu, Reyhan dapat memahami bahwa Maher sangat berterimakasih padanya karena membawa mamanya. Reyhan tersenyum, ikut bahagia atas kebahagiaan Maher.
Reni melonggarkan pelukannya, menatap wajah putranya yang persis dengan Reyhan. di kecupnya seluruh wajah Maher hingga lelaki kecil itu kegelian.
" Mama. Geli" Maher cekikikan. Reni menghentikan ciumannya dan menatap Maher sayang. Maher yang melihat wajah Reni yang basah oleh air mata mengulurkan tangan mungilnya. menghapus air itu dari wajah sang mama.
Reni memejamkan matanya, menikmati sentuhan dari tangan mungil putranya. Hatinya penuh, entah sejak kapan, tapi hari ini hatinya kembali menemukan sesuatu yang selama ini hilang.
" Sayang, terimakasih sudah hadir kedunia ini, maafkan mama yang terlambat datang"
" Tak apa, yang penting sekarang mama disini, bersama Maher" Maher tersenyum. Bocah itu mendaratkan kecupan hangat di pipi Reni.
...****************...
Syeina menatap Bagas lembut. Di elusnya pipi Bagas dengan sayang.
" Kamu takut, sayang? " Tanya Syeina pada lelaki yang ada di depannya. Memeluk pinggangnya dengan kedua lengan kekarnya.
" Hm.." Bagas hanya memejamkan matanya tanpa ada niat untuk menjawab. Syeina terkekeh mendapati respon kecil Bagas. Syeina mengecup pipi Bagas ringan.
" Kita belum mencoba. Biarkan aku datang menemui putri kita. Maaf aku terlambat karena jadwal pemotretanku yang padat" Bagas membuka matanya dan menatap dalam Syeina.
" Apa kamu akan tetap sibuk setelah kembali padaku dan Zehya?"
"Um..." Syeina mengetuk dagunya dan mengalihkan pandangannya. Bagas mengeratkan pelukannya, membuat kepala Syeina membentur dada bidangnya.
" Haha... aku hanya sedang menggodamu, sayang" Syeina balas memeluk Bagas. " Aku sudah berdiskusi dengan managerku, aku hanya akan mengambil pekerjaan ringan setelah kembali pada kalian. Aku juga ingin memberikan teman bermain untuk Zehya"
Bagas menunduk, kembali menatap Syeina.
" um? kamu yakin?"
" Tentu." Syeina menganggukkan kepalanya cepat.
" Zehya gadis yang cerdas. Aku harap kamu tidak kesulitan menghadapinya, Dan aku harap. Kamu tidak cemburu apalagi marah jika dia masih menyebut ibunya, Reni."
Syeina menatap sendu Bagas.
" Hah. kamu benar. Aku tidak akan bisa menggeser sosok Reni yang begitu sangat berarti bagi Zehya. Tapi percayalah padaku. Sesakit dan secemburu apapun aku pada Reni, aku akan tetap berusaha. Jika gadis kecil itu masih mengabaikan aku, kita buat saja yang baru. "
Bagas mencubit hidung mancung Syeina gemas. Membuat Syeina tertawa riang.
" Ada -ada saja"
...****************...
Zehya tengah berada di ruangan persembunyiannya. di loteng kamarnya yang lumayan luas. Gadis kecil itu tenggelam dalam kesenangannya menggerakkan kuas pada kanvas di depannya dengan aneka warna, Membentuk lukisan yang sangat indah.
Zehya menuruni bakat ayahnya. Jika Bagas dengan design artistiknya maka Zehya dengan bakat melukiskan. Lukisan Zehya sudah terkumpul banyak, ada kurang lebih dua puluh lukisan yang berjejer rapi di ruang persembunyiannya. Tak banyak yang tahu kegiatannya disini. Hanya Papa Reyhan, Sahabat ayahnya yang mengetahui bakatnya. Itupun karena ketidak sengajaan.
Saat itu, Reyhan datang berkunjung ketika Ibu dan ayahnya pergi ke luar kota, Reyhan menemani Zehya selama dua hari karena Bagas tidak mau meninggalkan Zehya tanpa pengawasan dari orang yang dia percaya. Beruntung, Reyhan sedang ada urusan di Jakarta. Sehingga dengan senang hati Reyhan menawarkan untuk menemani Zehya.
" Aku harus meminta bantuan papa Rey. Aku akan menjual lukisan-lukisan ini. Aku dengar dari bibi bahwa Ayah sedang kesulitan. Pasti uang ayah mau habis karena jajan dan makanku banyak" gumam Zehya sembari berlari keluar dari ruang persembunyiannya. Zehya berlari menuju telpon rumah berada. Dia bisa menghubungi Reyhan dengan itu. Karena Ayahnya belum mau memberikan phonsel padanya. Bi Sarti juga sedang istirahat. Zehya tak mau membangunkan pengasuhnya hanya untuk meminta phonselnya yang bi Sarti bawa.
" Halo. Papa Rey!" Sapa Zehya ceria.
" Halo, sayang. Wah senang sekali papa mendengar suaramu, apa kabar Zehya?"
" Kabar Zehya sangat baik, Papa. Hihi... " Zehya terkikik .
" Ada apa sayang? Rindukah Zehya pada Papa?"
" Tidak. " Jawab Zehya singkat. Gadis kecil itu senang sekali menjahili Papa Reynya.
" Baiklah. Papa tutup saja telponnya" Reyhan merujuk.
Zehya tertawa puas.
" Iya.. iya. Zehya juga rindu papa. Papa. Papa. Zehya butuh bantuan" Zehya mulai melancarkan aksinya
" Apa sayang, katakan saja"
" Aku ingin menjual semua lukisanku"
" Kenapa kamu ingin menjualnya? Apa Ayahmu bangkrut? "
Pertanyaan Reyhan menambah ketakutan Zehya bahwa uang ayahnya habis karena jajan dan makan nya banyak semakin menjadi.
" Iya papa. Zehya takut uang Ayah habis, karena jajan dan makan Zehya banyak. Zehya tidak mau jadi kurus!"