NovelToon NovelToon
Duka Dua Garis Merah

Duka Dua Garis Merah

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis / Patahhati / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika
Popularitas:587.4k
Nilai: 4.7
Nama Author: alfajry

Pernikahan Brian Zaymusi tetap hangat bersama Zaira Bastany walau mereka belum dikaruniai anak selama 7 tahun pernikahan.

Lalu suatu waktu, Brian diterpa dilema. Masa lalu yang sudah ia kubur harus tergali lantaran ia bertemu kembali dengan cinta pertamanya yang semakin membuatnya berdebar.

Entah bagaimana, Cinta pertamanya, Rinnada, kembali hadir dengan cinta yang begitu besar menawarkan anak untuk mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perbedaan Rinnada dan Dinnara

Dinnara memegangi pipi kirinya yang di tampar oleh Rinnada sambil sesegukan. Dia tidak punya jalan lain lagi. Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa supaya Brian mau bersamanya.

Tok Tok..

Pintu diketuk. Rinnada membukanya.

"Nona Nada, Tuan Brian sudah menunggu di ruang tamu". Ucap Bi Sum dengan senyuman di wajahnya.

Seketika hati Rinnada melega. Dia menyunggingkan senyum dan keluar dari kamar.

Dia menghampiri Brian. Lalu duduk disebelahnya dengan manja.

"Syukurlah kau datang. Aku sangat lega".

Brian sempat ragu. Dia bingung apakah ini Rinnada atau bukan.

Rinnada melihat kebingungan itu di wajah Brian. "Aku Rinnada, sayang. Kita baru bertemu tadi di danau, kan." Ucapnya lalu melihat Brian tersenyum.

"Bagaimana, Rin. Apakah aku bisa langsung menemui Bundamu?" Tanya Brian yang merasa hubungan mereka memang perlu diperjelas.

Tadi, pak Tono datang dengan wajah cemas. Lalu menceritakan sedikitnya didalam mobil. Pria paruh baya itu mengatakan bahwa dia kasihan kepada Rinnada yang banyak mengalah pada Dinnara sedari dulu. Dia kini bahkan dimarahi padahal Nyonya tidak tahu kebenaran cerita itu.

Mendengar itu, Brian menjadi kasihan pada Rinnada. Sebab, dia pasti kebingungan untuk menjelaskan.

Rinnada mengangguk. "Dinnara bilang, kalau kau akan melamarnya dan dia menuduhku mengambil kekasihnya. Jadi, bicaralah pada Bunda, ya?" Ucapnya dengan sedikit kekhawatiran.

"Tenanglah, aku akan bicara dengan bundamu". Ucapnya menenangkan Rinnada. Dia menyentuh lembut pipi gadis itu.

"Maaf, Nona. Nak Brian disuruh ke ruangan Nyonya." Bi Sum datang sambil menaruh minuman di atas meja.

"Sebentar ya, Rin. Aku temui Bundamu dulu". Ucapnya lalu mengecup kening Rinnada. Ia pun beranjak dari kursi.

Brian mengikuti Bi Sum berjalan menuju ruang kerja Winda. Dia mencoba untuk tenang walau getaran di jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Berhadapan dengan pak botak saja tidak sampai membuatnya seperti ini.

Brian menggenggam benda bulat di dalam kantong celananya. Dia meyakinkan diri sebelum masuk menuju pintu ruangan itu.

Tok Tok..

"Permisi Nyonya, Nak Brian sudah datang". Bi Sum lalu mempersilakan Brian masuk.

Dia melangkah perlahan. Matanya mencari sosok yang dipanggil Bunda oleh Rinnada.

"Permisi, Tante." Suara Brian terdengar sedikit bergoyang. Dia sedikit cemas melihat sosok wanita yang sedang duduk di meja kerjanya dengan anggun, namun malah membuat dirinya segan.

"Duduklah. Apakah kamu Brian?" Winda menanyakan sesuatu yang tak perlu. Tapi dia sengaja, sebab melihat lelaki itu tersirap.

Brian lalu duduk di seberang Winda. "Iya tante".

"Jelaskan padaku, kau berhubungan pada anakku yang mana?". Tanya Winda.

"Saya menyukai Rinnada, Tante". Kata Brian dengan yakin. Dia menghilangkan rasa cemasnya, dan berbicara dengan lancar supaya Bunda Rinnada ini melihat bentuk keseriusannya.

"Apa kau tahu yang mana Rinnada itu?" Pertanyaan Winda membuat Brian mengangkat sedikit wajahnya. Winda berharap lelaki ini mampu membedakan anaknya. Dengan begitu, terlihatlah kesungguhan dalam hatinya.

"Saya memang tidak bisa menunjuknya langsung, namun saya bisa membedakannya dengan perasaan saya. Rinnada lebih anggun dan bersifat perfeksionis. Juga Rinnada memiliki garis senyum yang berbeda dengan Dinnara." Ucap Brian dengan sungguh-sungguh.

Winda mendengarkan Brian dengan seksama. Apa yang lelaki itu ucapkan benar-benar membulatkan matanya. Pasalnya, dia sendiri tidak mengetahui itu. Dia hanya melihat, bahwa yang manja padanya adalah Dinnara, sedangkan Rinnada orang yang bahkan hampir tidak berbicara padanya jika tidak ada hal yang penting untuk ia sampaikan.

Dinnara selalu menanyakan kabar dan keadaannya. Dinnara juga yang sering menemaninya duduk dan bercengkrama. Sedangkan Rinnada, dia lebih suka duduk membaca buku dan merawat tumbuh-tumbuhan di depan rumah mereka.

Dia tidak paham dengan sesuatu yang perfeksionis dalam diri Rinnada. Apalagi garis senyum yang berbeda dari Dinnara.

Dia sebagai ibu bahkan tidak bisa membedakan dua orang itu jika keduanya diam di tempatnya.

Kesibukannya, membuatnya tak sempat memperhatikan anak-anaknya lebih dalam.

Brian masih berbicara, namun ada goresan rasa malu dalam dirinya. Dia adalah ibunya, namun lelaki yang baru dikenal anaknya kurang dari setahun ini malah mengenal dengan baik anak-anaknya.

Brian keluar dari ruangan Winda. Dia tidak tahu apa yang terjadi, sebab setelah berbicara panjang lebar, dia malah diminta menunggu diluar tanpa informasi apapun.

Seseorang menarik tangannya, membuyarkan lamunannya.

"Rin. Kenapa menarikku kemari?" Brian melihat sekelilingnya. Ada tempat tidur di sudut ruangan dan meja belajar disebelahnya.

"Aku..."

Suaranya menggantung. Dia terlihat bingung.

"Ada apa?" Tanya Brian yang melihat Rinnada gelisah.

"Apa yang kau katakan pada Bundaku?" Tanyanya kemudian.

"Aku hanya menjawab pertanyaannya sesuai hatiku. Lalu Bundamu menyuruhku keluar. Begitu saja." Jelas Brian. Dia lalu memperhatikan wajah Rinnada.

"Apa kau sudah membeli cincin?" Tanyanya dengan Ragu.

"Sudah". Kata Brian sambil menepuk-nepuk kantong celananya.

"Bolehkah aku lihat?" Wajahnya memperlihatkan sisi imut dirinya, supaya Brian mau menunjukkan cincin itu untuknya.

"Tidak boleh".

"Apa? Kenapa?" Alisnya mengerut, goresan kekecewaan terlihat jelas di matanya.

"Karena cincin ini untuk Rinnada. Bukan untukmu, Dinnara". Wajah Brian dingin menatap gadis itu.

Gadis itu langsung tertunduk lalu menangis. Dia kecewa, sebab Brian sudah bisa membedakan dirinya dan Rinnada. Padahal, dia sudah memakai rok dan parfum Rinnada.

Yang membuatnya paling kecewa adalah tidak ada satupun kenangan dari mereka yang membuat dirinya terdetak untuk Dinnara. Padahal dia melihat wajah Brian yang sangat menyayangi dan melindunginya setiap malam itu.

Brian keluar meninggalkan Dinnara sendiri di kamarnya. Wajahnya merasa lega, karena hampir saja dia tertipu.

Brian menghela napas. Percintaannya sungguh mengerikan. Kembaran Rinnada itu bisa saja perlahan-lahan merubah diri dan penampilannya lalu menggantikan Rinnada untuk mendekatinya, batinnya.

"Kak, sudah selesai? Apa kata Bunda?" Rinnada berdiri. Sejak tadi dia menunggu dengan gelisah ditemani oleh Bi Sum.

Brian mendekat dan langsung memeluk Rinnada. Rasanya seperti keluar dari lubang buaya dan masuk ke kandang singa. Dia sangat lega sekarang. Sungguh, mereka berdua sangat berbeda. Bahkan gaya bicaranya juga berbeda, Batin Brian.

"Sudah. Dia tidak berbicara setelah aku menjelaskan perbedaan kalian". Brian melepaskan pelukannya. Dia duduk dan meminum teh yang dibuatkan oleh Bi Sum.

"Bunda hanya diam?" Rinnada ikut duduk disebelah Brian.

"Ya, lalu menyuruhku keluar."

Rinnada tersenyum. Biasanya, jika Bundanya itu diam, berarti dia sedang memikirkan itu dengan matang dan menyetujui atau mengiyakan nantinya.

"Terima kasih. Kau sudah mau datang dan menjelaskan pada Bunda". Ucapnya pada Brian yang menyandarkan tubuhnya di sofa.

Brian meraih kepala gadis itu. Menariknya hingga kepelukannya. Dia menepuk-nepuk punggung gadis yang melingkarkan tangan di pinggangnya. Dia benar-benar lega. Semoga saja, hubungan mereka dipermudah oleh Bunda Rinnada.

Bersambung....

1
Cana Galak
Luar biasa
Cana Galak
Lumayan
𝐵💞𝓇𝒶𝒽𝒶𝑒🎀
yg menghancurkan rumah tangga mu bkn dinnara atau siapapun itu tpi dirimu, dirimu sendiri yg menghancurkan itu
Gesuriwati Damiri
Biasa
Gesuriwati Damiri
Buruk
Pingkan Tumbuan
kayak muter2 ceritanya
Elok Pratiwi
cerita yg burukkk ... alur cerits yg ga jelas ... apa yg msu diceritakan ....
Ooem Ummiyati
Kecewa
Ooem Ummiyati
Buruk
zahra ou
gila ja sendiri gk usah bawa temen, ntar tk lapori sama pak pur. polisi baik yg suka giring org model kamu buat dsembuhin
zahra ou: biar joged asolole tak dung dung
total 1 replies
zahra ou
mampus lu
cow gk tahu diuntung
Amilia Indriyanti
jangan biarkan kemungkaran terus merajalela.... 💪💪💪💪💪💪
Amilia Indriyanti
aku paling seneng sama perempuan tegas seperti ini
cinta semu
ngebut baca ny ...Sampek lupa piring dari pagi belum di cuci😁😂next thor
cinta semu
Rinnada itu sakit parah loh....benar kata dokter Revi ...😁😂ichhh....serem
cinta semu
pelakor ny ngamuk gaess 😂😁hancur semua barang2...
cinta semu
baru baca dah nyesek Thor...😢apalagi zaira yg baca hasil tulisan di kertas itu ya.... penasaran 🤔🤔
Npy
klw aku..akupun akan mengambil keputusan yg sama sprt Zaira🍀😊
Tri Astuti
hahaha
Tri Astuti
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!