Ervan Abraham merupakan seorang pemuda tampan dan kaya raya. sekaligus pemimpin tertinggi The Jokers Warrior, sebuah geng yang ia dirikan sejak lama. beranggotakan puluhan pemuda yang selalu setia mengikutinya.
Bukan hanya itu saja, sedangkan kedudukan kedua orang tuanya menempati posisi pertama sebagai orang terkaya no 1 di tempat tinggalnya.
Pada suatu hari tanpa disengaja.. Ervan dipertemukan dengan seorang gadis cantik penjual kue keliling. namun siapa sangka? sejak pertemuan tanpa disengaja itu lah Ervan memliki rasa suka terhadap gadis itu, dari rasa turun ke hati, puing-puing cinta seolah tumbuh secara perlahan tertanam di hatinya. bertemu tanpa disengaja mencintai secara tiba-tiba.
Akan tetapi siapa sangka? gadis itu justru memiliki perasaan yang sama, ia juga menyukai Ervan dalam diam. akan kah cinta mereka dapat bersatu?? bagaimana kah kisah selanjutnya? cuss langsung simak sampai akhir 😉😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Artandapermana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. TAMAT
~Jadian. detik akhir dari semua~
Kini sampai lah mereka di rumah Dewi, sesampainya disana bu Lusi dan Novi turun dari mobil.
"Pak, ini beneran rumahnya Dewi? kita gak lagi salah rumah kan," bu Lusi tercengang melihat rumah mewah dan megah yang ada di depannya saat ini.
"Iya bu, kita gak salah rumah kok, ini memang beneran rumahnya bu Dewi," terang pak Sipul menjelaskan.
"Wahh.. besar banget, puji bu Lusi kagum tak menyangka jika rumah mewah itu memang lah rumah dari teman lamanya.
Begitupun dengan Novi yang juga melongo melihat kemegahan rumah di hadapannya itu. sebuah rumah ber'cat putih itu memang lah terlihat sangat megah dan luas bak istana.
"Gilak.. gede banget, diluar nya aja udah indah kayak gini, apa lagi di dalamnya, gak kebanyakan dah pasti mahal banget nih rumah." ucap Novi pelan hampir tak terdengar, melihat ke sekeliling nya yang tampak indah dengan berbagai tanaman dan bunga bunga yang menghiasi di halaman depan rumah, begitu indah mata memandang.
"Mari bu, neng, kita masuk," ajak pak Sipul kepada bu Lusi dan Novi.
"i-iya pak," ucap bu Lusi terbata setelah tersadar dari lamunannya.
Setelah itu mereka berdua mulai melangkah memasuki rumah itu.
"Asalamualaikum.. Dewi," ucap bu Lusi setelah berada di ruang tamu, disana sudah ada Dewi, Candra dan juga Ervan yang sedari tadi sudah menunggu kedatangan mereka.
"Waalaikumsalam," jawab mereka serempak.
"Novii?? Ervan dan Dewi melongo terkejut melihat Novi.
"Loh nak Ervan?" begitupun dengan bu Lusi, yang juga tercengang tak menyangka ketika melihat Ervan, Novi pun juga sama terkejutnya melihat Ervan dan mamanya itu.
Mereka sama sama terkejut di buatnya saling tatap muka satu sama lain. sulit di jelaskan perasaan antara mereka ketika berada di posisi tersebut. Sedangkan Candra yang sedari tadi berada di belakang mereka ia terlihat hanya diam saja menyimak pembicaraan antara mereka.
"Jadi Ervan ini anak kamu Dewi? bu Lusi bertanya dengan raut wajah yang sulit dijelaskan.
"Iya Lusi. aku gak nyangka kalau Novi ini anak kamu," kata Dewi.
Dewi dan bu Lusi sama sama tak menyangka jika anak mereka saling kenal dan memiliki hubungan pertemanan satu sama lain.
"Ayo Lusi silahkan duduk, kamu juga Novi sini, duduk duduk." kata Dewi dengan senyuman hangat sambil menggeser dua kursi mempersilahkan bu Lusi dan Novi.
"Mari bu, silahkan," begitu pun dengan Candra dengan ramahnya juga menyambut mereka.
"Ini khusus buat kamu, bebas, silahkan dinikmati," kata Dewi sambil tersenyum menyiapkan piring untuk mereka.
"Duh.. repot repot segala," kata bu Lusi merasa sungkan di buatnya.
Mereka berdua mulai duduk, sedangkan Novi duduk di sampai ibunya berhadapan dengan Ervan di depannya.
"Gapapa kok.. emang udah punya niatan dari awal ingin ngajak kamu makan malam bersama. ayo Novi makan, kok di liatin terus sih, kamu mau makan apa? biar tante ambilin." Dewi sekilas melihat Novi yang nampak kebingungan.
"Em gausah tante, No-Novi ngambil sendiri aja, agak bingung aja soalnya banyak banget," kata Novi. dia memang lah sempat kebingungan lantaran tak tau hendak memilih makanan yang mana, karna semua hidangan di hadapannya nampak lah begitu lezat dan menggugah selera.
"Mah.. habis ini Ervan boleh kan ngajak Novi jalan-jalan ke luar," ucap Ervan secara tiba tiba di sela-sela keheningan di tengah semua orang sibuk menikmati makanan.
Seketika itu Novi langsung menatap Ervan dengan tatapan heran. terkejut tiba tiba saja Ervan berkata seperti itu di depan banyak orang.
"Kamu mau ngajak Novi kemana Van?" sekilas Dewi seketika langsung melirik Ervan.
"Ya jalan jalan mah, nyari angin, boleh kan mah?" kata Ervan.
"Kok malah minta izin sama mamah sih, seharusnya kamu minta izin sama bu Lusi dong. coba kamu tanyain langsung boleh apa nggak sama bu Lusi," kata Dewi.
"Oh iya, Hehehe..." Ervan hanya cengengesan.
Bu Lusi menggelengkan kepala menahan tawa mendengarkan pembicaraan ibu dan anaknya itu.
Ervan mengalikan pandangan nya. "Emm.. bu, Ervan boleh kan ngajak Novi main keluar?" ucapnya meminta izin kepada bu Lusi.
"Boleh-boleh aja, asalkan jangan dibuat macem macem Novi kalau kamu ajak keluar," kata bu Lusi.
"Tuh dengerin, awas aja kamu kalau ngelakuin aneh aneh ke Novi." sambung Dewi menyela pembicaraan menatap putranya dengan tajam.
"Iya iya. nggak kok, gak bakalan Ervan aneh aneh," kata Ervan.
"Ayo Nov, jalan jalan," Ervan melirik ke arah Novi sambil berdiri dari duduknya.
"Eh tunggu dulu dong.. kamu gak liat tuh Novi masih makan, tungguin dulu dong kalau udah selesai makan," kata Dewi mencekal tanggan Ervan mencegahnya.
Ervan pun kembali duduk menunggu hingga Novi selesai makan. setelah selesai makan mereka berdua berjalan ke luar rumah.
"Kita mau kemana sih Van? tanya Novi saat hendak naik ke atas motor.
"Jalan jalan lah, nyari angin, udah nih pake, jangan nanya mulu," sahut Ervan sambil mengenakan helm ke kepala Novi.
"Yaudah yuk," kata Ervan mulai naik ke motornya.
Novi hanya pasrah tak banyak bertanya lagi, kemudian dia langsung naik ke atas motor. Ervan mulai mengendarai motornya menuju ke suatu tempat. kini mereka pun telah sampai di tempat tujuannya. dan teryata Ervan membawa Novi ke sebuah taman kota, suasana disana terlihat sangat bagus dan indah meskipun malam hari. pengunjung disana pun juga cukup ramai, tempat disana memang lah sangat cocok untuk sekeder bersantai maupun Healing dalam menikmati suasana di malam hari.
"Kita mau ngapain sih Van kesini? tanya Novi setelah turun dari motor.
"Healing lah.. menenangkan pikiran, yaudah yuk," kata Ervan mulai mengajak Novi tuk berjalan jalan di sekitar taman.
Setelah puas berkeliling di sekitar taman, mereka berdua pun duduk di kursi yang sudah tersedia menyebar di berbagai sudut taman, terletak di tempat yang di kelilingi dengan berbagai tanaman bunga di sekitarnya terasa sangat nyaman mata memandang.
"Emm Nov. kamu itu? ya kamu sih," ucap Ervan terbata yang mulai membuka pembicaraan.
"Apa sih Van? hahaha.. gak jelas banget kamu, pelan pelan aja kalau ngomong." kata Novi menertawai Ervan melihat tingkah lakunya.
Ervan mengatur nafasnya tuk mulai berbicara kembali; "Kamu punya perasaan yang sama gak sih?" kata Ervan dengan mantapnya.
Novi seketika langsung terbungkam dan berhenti tertawa.
"Hah? maksudnya," Novi mulai serius menatap Ervan, ia benar-benar tak mengerti apa yang di maksud olehnya.
"Ya maksudnya... udah ngaku aja kalau kamu juga suka sama aku." Ervan tak sabar ingin mendengar pernyataan Novi.
Mata Novi seketika melebar, terkejut mendengar perkataan Ervan, Novi terdiam sejenak lantaran bimbang ingin mengungkapkan perasaan nya atau tidak.
"Jujur Nov, sebenarnya aku suka sama kamu, udah lama aku memendam perasaan ini, aku baru berani mengungkapkan nya sekarang, apa kamu juga memiliki perasaan yang sama sepertiku?" kata Ervan terus terang menatap Novi lekat mencari kepastian dalam ekspresi wajahnya.
"Iya.. sebenarnya aku juga suka sama kamu Van, sejak pertama kali kita bertemu." Novi berkata jujur.
Wajah Ervan berbinar setelah mendengar langsung perkataan yang keluar dari mulut Novi.
"Nov, Aku sangat ingin memilikimu, apakah kamu mau menjadi pacarku?" Ervan menggenggam tangan Novi menatapnya dengan lekat, sorotan matanya menunjukkan keseriusan dalam ucapannya.
"Iya Van, aku mau kok jadi pacarmu, jika kamu memang benar-benar serius mencintai aku, kamu harus siap menerima segala kekuranganku, apa kamu yakin cinta sama aku dan mau menerima segala kekuranganku?" kata Novi menatap lekat wajah Ervan.
"Aku sungguh sangat mencintai mu Nov, apapun segala kekuranganmu akan ku'terima, cintaku ini nyata untukmu," Ervan tersenyum seketika ia langsung memeluk Novi.
"Makasih Van." Novi tersenyum haru air matanya tiba tiba luruh dengan sendirinya, merasakan kebahagiaan dalam hidupnya.
Berawal dari pertemuan tanpa disengaja dan saling memendam perasaan yang sama, dan pada akhirnya kini mereka pun di persatukan dalam satu cinta.
Cerita pun selesai..