NovelToon NovelToon
Dihamili Tuan Impoten

Dihamili Tuan Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak
Popularitas:29.9k
Nilai: 5
Nama Author: Alif Irma

Hani tidak punya pilihan lain selain menerima tawaran pekerjaan dari sahabatnya, yakni menjadi pelayan di sebuah Villa mewah. Namun nasib naas malah menimpanya di villa mewah itu.

"Katakan, siapa yang sudah menghamilimu?" seorang wanita paruh baya langsung melabraknya.

"Laki-laki yang burungnya mati suri" Hani mengatakannya dengan judesnya di depan semua orang.

Yuk simak kisahnya hanya di cerita Dihamili Tuan Impoten!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alif Irma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Sebulan kemudian.....

Kondisi Halimah semakin membaik pasca menjalani operasi beberapa minggu yang lalu. Selama kurang lebih dua minggu menjalani perawatan di rumah sakit, akhirnya Bibi nya diperbolehkan pulang ke rumah. Namun Bibi nya masih perlu kontrol di rumah sakit setiap seminggu sekali.

Selama sebulan ini, Hani merawat Bibi nya dengan baik. Dia sampai bolak balik ke rumah sakit untuk menjaga Bibi nya, tapi selama itu pula dia terkadang menyempatkan waktunya untuk bekerja serabutan, yang jelas dia bisa mendapatkan pundi-pundi rupiah dari hasil keringatnya sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya bersama sang Bibi.

Segala bentuk biaya pengobatan Bibi nya selama menjalani perawatan di rumah sakit di tanggung oleh Hans, namun Hani tidak ingin berhutang Budi kepada pria bajingan itu. Dia akan berusaha keras untuk mencicil biaya pengobatan Bibi nya kepada pria itu.

Seperti biasa, Hani bangun pagi lebih awal, dia tidak lagi seperti dulu yang selalu dibangunkan oleh Bibi nya. Sekarang dia lah yang harus mengerjakan seluruh pekerjaan rumah.

Dengan malas Hani turun dari ranjang, namun dia langsung membekap mulutnya karena mendadak merasakan mual. Memang beberapa hari ini dia kurang enak. Setiap malam dia demam, paginya dia akan merasakan mual.

Hani hanya menganggap dirinya sedang masuk angin, mengingat beberapa hari belakangan ini dia bolak balik ke rumah sakit untuk menjaga Bibi nya.

Hani melangkah cepat ke kamar mandi untuk memuntahkan seluruh isi perutnya. Dia sudah tidak sanggup menahan gejolak mualnya.

Hueeekk

Hueeekk

Hani terus muntah-muntah di dalam kamar mandi, namun anehnya hanya cairan bening yang selalu mengganggu tenggorokannya setiap pagi. Hani lekas membersihkan mulutnya lalu menyikat gigi.

Dengan tubuh lemas, Hani melangkah ke dapur untuk memasak. Dia harus membuat sarapan pagi. Ditengah kesibukannya memasak, lagi-lagi Hani merasakan mual, dia buru-buru ke kamar mandi dan hampir saja menabrak Bibi nya yang sedang berdiri di ruang tamu.

"Maaf, bibi" ucap Hani dengan raut wajah pucat, dia langsung membekap mulutnya dan berlari kecil masuk ke dalam kamarnya.

Hueeekk

Hueeekk

Halimah mengerutkan keningnya mendengar suara Hani sedang mual-mual di dalam kamar mandi. Dia merasa aneh melihat tingkah laku ponakannya beberapa hari ini.

Halimah menggunakan tongkat untuk berjalan, mengingat sebelah kakinya patah akibat kecelakaan yang dialaminya beberapa minggu yang lalu. Dia memilih duduk di kursi kayu di ruang tamu sembari menunggu Hani keluar kamar.

Tampak Hani mengeratkan jaket rajutnya di tubuhnya. Halimah terus memperhatikan ponakannya, dia baru menyadari Hani agak kurusan.

"Hani, kamu harus pergi periksa ke dokter . Bibi sering mendengarmu mual dan muntah setiap pagi" ucap Halimah dengan raut wajah khawatir. Dia mulai buka suara atas apa yang sedang terjadi kepada ponakannya.

"Bibi, aku hanya masuk angin. Kalau sudah minum jamu dijamin masuk angin di tubuhku langsung minggat" ucap Hani sambil tersenyum tipis, namun tetap saja wajah cantiknya tampak pucat.

"Nak, bibi cuma takut jika kamu sedang...." Halimah tidak melanjutkan ucapannya, jangan sampai hal yang sedang dipikirkannya sekarang tidak terjadi kepada ponakannya.

Namun tidak ada yang tidak mungkin, apalagi ponakannya menjadi korban pemerkosaan yang sama sekali tidak dia ketahui siapa pelakunya. Jelasnya pelakunya orang kaya yang hampir memenjarakan ponakannya.

"Hamil" lanjutnya dengan bibir bergetar, seolah kata-kata tersebut tidak ingin terucap dibibir nya.

Deg!

"Hamil?"

Hani membulatkan kedua matanya mendengar ucapan Bibi nya. Jujur saja dia menjadi takut. Apalagi dia sudah telat datang bulan dan sampai sekarang belum juga datang bulan. Sepertinya dia harus ke dokter untuk memeriksakan kondisinya, jangan sampai yang diucapkan Bibi nya terbukti.

Semoga yang diucapkan Bibi tidak benar, aku sungguh tidak ingin mengandung anak dari pria bajingan itu. Batin Hani sambil menyentuh perutnya yang rata.

Hani melangkah ke dapur dengan perasaan campur aduk, dia lanjut memasak, lalu mengurus Bibi nya. Setelah itu, dia akan pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan kondisinya.

Kini Hani sedang berada di rumah sakit, dia sungguh takut plus ragu untuk memeriksakan kondisinya pada dokter poli umum. Cukup lama Hani berpikir di kursi tunggu pasien, hingga akhirnya dia memutuskan untuk memeriksa kondisinya.

Hani mengatakan segala keluhannya kepada Dokter wanita yang sedang memeriksanya. Dia diminta berbaring di atas tempat tidur pasien, hingga senyuman terbit di sudut bibir Dokter wanita itu.

Tidak hanya itu, Hani juga diminta untuk melakukan tes kehamilan demi memperjelas diagnosa dokter. Tak lama kemudian hasilnya sudah diketahui oleh dokter, lalu meresepkan obat untuknya.

"Selamat mbak Hani atas kehamilannya" ucap Dokter wanita itu dengan senyuman menghiasi bibirnya.

Deg!

Hani membulatkan kedua matanya, dunianya terasa runtuh seketika mendengar kabar yang tidak mengenakkan baginya. Tubuhnya mendadak terasa lemas tak bertenaga. Tidak, apa yang dikatakan dokter pasti salah, dirinya tidak mungkin hamil, pikirnya.

"Kondisi seperti ini sering terjadi pada ibu hamil di trimester pertama. Makanya Saya hanya meresepkan vitamin yang cocok untuk anda. Saya sarankan konsumsi makanan yang bernutrisi tinggi, buah-buahan dan sayuran" ucap Dokter wanita itu memberitahu.

Hani tidak bisa berkata-kata. Mendadak kepalanya menjadi pusing. Dia segera mengambil resep obatnya lalu membawanya ke apotik. Setelah menerima vitamin yang disarankan oleh dokter, Hani bergegas pergi dari rumah sakit tersebut.

Perasaan Hani sangat Hancur, pikirannya mulai kemana-mana. Bahkan dia tidak fokus berkendara dan hampir saja menabrak pejalan kaki.

Hani langsung meminta maaf sebelum meninggalkan lokasi kejadian. Namun mendadak Hani merasakan pusing dan pandangannya mulai buram melihat jalan disekitarnya hingga dia kembali menabrak mobil yang terparkir di jalan.

Brukkk

"Ya Tuhan" lirih Hani dengan tubuh lemas nya.

Hani lekas memarkirkan motornya dengan penglihatan semakin buram hingga keseimbangan tubuhnya oleng dan hampir saja ambruk di jalan, beruntungnya sosok pria bertubuh kekar dengan sigap menarik pinggangnya.

Seketika itu pula Hani hilang kesadaran, dia jatuh pingsan dalam dekapan pria bertubuh kekar itu. Sementara pria itu terus memanggil namanya untuk membangunkannya.

"Nona Hani" ucap pria itu sambil menepuk pelan pipinya dan pria itu tidak lain adalah Hans Prasetyo Dirgantara.

Tanpa basa-basi Hans langsung menggendong tubuh Hani dan segera memasukkannya ke dalam mobil. Lalu dia menyuruh bodyguardnya untuk mengamankan motor matic Hani.

Kemudian Hans bergegas masuk ke dalam mobil dan langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit Dirgantara. Setibanya di rumah sakit, dokter dan perawat sudah siap siaga menunggu kedatangannya.

Hani segera di bawa ke ruangan VVIP khusus untuk anggota keluarga Dirgantara. Terlihat Hans begitu panik, dia sampai membentak dokter untuk segera memeriksa kondisi Hani.

"Tak ada yang perlu dikhawatirkan, tuan Hans. Kondisi mbaknya baik-baik saja. Hal ini sering terjadi pada ibu hamil diawal trimester pertama kehamilannya. Dia akan mengalami mual dan muntah mengakibatkan tubuhnya menjadi lemas" jelas Dokter Safira.

"Apa! dia hamil?" tanya Hans dengan keterkejutan. Dia hanya menangkap ucapan dokter yang mengatakan bahwa Hani sedang Hamil.

"Iya tuan, mbaknya sedang Hamil" jawab Dokter Safira dengan lugasnya, lalu pamit undur diri.

Hans tersenyum tipis seakan tidak percaya mendengar ucapan dokter Safira barusan. Namun perasaan aneh langsung menyergap hatinya mendengar kata-kata Hamil. Hans menatap wajah Hani yang tampak pucat dengan perasaan berbeda.

"Aku akan bertanggungjawab. Kita harus segera menikah" ucap Hans sambil menggenggam tangan Hani.

Bersambung.....

Jangan lupa like, komen dan hadiahnya, biar author semangat nulisnya.🙏

1
indahlee
ceritanya seru lanjut
Kak olaa
ditunggu kelanjutannya thor
Kak olaa
Hans dapat jatah jga
Nur Adam
lnjut
Tutiks
lanjut lagi up nya
Mita
lanjut thorrr 🤗
tzyii
up up up
tzyii
yah di gantung lgi bacaan ku
Nuryati Yati
kapan lanjut ny ini
Nur Adam
lnjut
Fatma
lanjut dong thorrr
Fatma
seru, lanjut dong thor 😍
Elen Gunarti
double up thor 👍
Hikari Puri
widih hans menang bnyk ini🤭🤭up lg thor😁
Ita sweet
double up thor
Ita sweet
akur tuh
indahlee
lnjjttt
Faulinsa
lanjut kak
Mita
lanjut thor 🤗
lala
suasana sgt mendukung gaskan hansss💃💃💃
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!