Di tengah hiruk pikuk dunia persilatan. Sekte aliran hitam semakin gencar ingin menaklukkan berbagai sekte aliran putih guna menguasai dunia persilatan. Setiap yang dilakukan pasti ada tujuan.
Ada warisan kitab dari nenek moyang mereka yang sekarang diperebutkan oleh semua para pendekar demi meningkatkan kekuatan.
Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang anak yang masih berusia 7 tahun. Dia menjadi saksi bisu kejahatan para pemberontak dari sekte aliran hitam yang membantai habis semua penduduk desa termasuk kedua orang tuannya.
Anak kecil yang sama sekali tidak tau apa apa, harus jadi yatim piatu sejak dini. Belum lagi sepanjang hidupnya mengalami banyak penindasan dari orang-orang.
Jika hanya menggantungkan diri dengan nasib, dia mungkin akan menjadi sosok yang dianggap sampah oleh orang lain.
Demi mengangkat harkat dan martabatnya serta menuntut balas atas kematian orang tuanya, apakah dia harus tetap menunggu sebuah keajaiban? atau menjemput keajaiban itu sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aleta. shy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dimasukkan ke akademi desa
Ada hal yang begitu mengganjal di pikiran Yuan. Padahal dia sudah berada cukup lama di dalam dimensi Kitab Alam Suci, akan tetapi setelah dia kembali lagi ke dunia nyata ini waktunya seakan tidak berubah. Seperti pada awal dirinya terseret masuk kedalam kitab tersebut, yaitu pada malam hari saat dia tertidur.
"Bagaimana ini bisa terjadi? Setidaknya aku sudah menghabiskan waktu berhari-hari didalam dimensi Kitab Alam Suci. Kenapa waktu disini seakan tidak berubah?" Yuan membuka jendela kamarnya memastikan jika ini memang dihari dan malam yang sama.
"Ini begitu aneh." Hari masih begitu gelap dengan bintang yang bertebaran dimana-mana. Yuan meyakini jika ini adalah malam yang sama saat dia ditarik masuk kedalam dimensi Kitab Alam Suci.
Hal ini cukup membuat pikirannya sedikit terganggunya, namun semua ini pasti ada jawabannya. Untuk sekarang Yuan meyakini tidak ada hal yang mustahil di dunia ini. Daripada otaknya disuruh berfikir, lebih senang nantinya dia bertanya langsung dengan dua sosok siluman yang telah menjalin kontrak darah dengannya.
Karena sudah puas dengan istirahatnya saat berada didalam dimensi Kitab Alam Suci, Yuan tidak sedikitpun berniat untuk melelapkan tubuhnya ke alam mimpi. Rasa kantuknya sudah sepenuhnya menghilang sehingga pada akhirnya dia memutuskan untuk sedikit demi sedikit mempelajari Kitab Alam Suci.
Yuan mendekat kearah Kitab Alam Suci dan segera meraihnya. Tangannya membolak-balikkan kitab itu berusaha mencari celah untuk membukanya.
"Hanya seperti buku usang, tapi mampu menyimpan misteri yang begitu mendalam" Yuan berkata pelan tersenyum pelan menggelengkan kepalanya. Merasa jika dunia ini dipenuhi hal-hal yang diluar logikanya.
Yuan mengeluarkan sedikit tenaga untuk membuka paksa Kitab Alam Suci. Hasilnya sudah di yakini oleh dirinya sejak awal, pasti tidak akan membuahkan hasil.
"Tidak semudah itu untuk membuka Kitab ini Yuan. Seandainya memang mudah, sudah dari dulu-dulu banyak orang yang sudah mempelajarinya." Ucap Yuan pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba Yuan teringat dengan 2 sosok siluman yang sudah membuat kontrak darah dengannya. Sekelebat ingatan bagaimana rupa keduanya langsung mengisi pikiran Yuan saat ini.
"Teringat wajah asli keduanya, membuat bulu-bulu ditubuh ku semuanya berdiri. Aku tidak yakin akan menemukan sosok yang lebih buruk dari mereka berdua. Bahkan siluman yang berada di hutan siluman tidak apa-apanya dibandingkan dengan rupa kedua sosok menakutkan itu."
"Seandainya diadakan pertandingan siapa yang memiliki rupa paling terburuk, aku yakin pasti dua siluman itu jadi pemenangnya." Sambung Yuan lagi, tanpa sadar apa yang diucapkannya secara lisan semuanya didengarkan oleh Fuxhang maupun HaoLee karena mereka memang sudah terikat satu sama lainnya.
"Sialan anak ini, berani-beraninya dia menghina kita!!" HaoLee tampak marah setelah mendengarkan ucapan Yuan yang mengatakan demikian.
Sedangkan Fuxhang menikmati ekspresi adiknya yang sedang kesal itu. "Hahaha, bukankah benar yang diucapkan bocah itu? Wajahmu memang benar-benar sangat buruk."
"Dia mengatakan bukan wajahku saja, coba bercermin lah. Wajahmu tidak kalah seramnya dibandingkan dengan wajahku." Saat HaoLee sedang kesal tidak ada lagi panggilan kakak kepada Fuxhang.
"Kurasa rupamu memang sedikit buruk dibandingkan dengan rupa diriku." Jawab Fuxhang santai sambil menikmati hidupnya di dalam dimensi Kitab Alam Suci ini.
Kontrak darah yang sebelumnya mereka lakukan merupakan sebuah ikatan yang memang difungsikan sebagai jalur komunikasi dan interaksi satu sama lainnya. Tetapi Fuxhang tidak bodoh sampai benar-benar melakukan semua itu dengan benar. Ada sedikit yang di lencengkan olehnya, lagi-lagi kemampuannya lah yang berbicara mengapa semua ini bisa terjadi.
Biasanya ikatan kontrak darah secara umum bisa diartikan sebagai sebuah perjanjian yang melibatkan media darah untuk menyatukan dua atau tiga nyawa sebagai bentuk perjanjian atau kerjasama dalam hal spritual yang tentunya dapat menguntungkan kedua belah pihak. Bentuk nyata dari ikatan kontrak darah secara umum juga diketahui sebagai interaksi dan komunikasi yang paling efektif. Biasanya sering dilakukan oleh kelompok sekte aliran hitam.
Bukan hanya itu, kontrak darah juga memungkinkan seseorang dengan leluasa mengendalikan tubuh seseorang yang dijadikan sebagai tempat terletaknya lonceng permata. Sebagai contohnya Yuan yang bisa dikendalikan oleh Fuxhang maupun HaoLee karena lonceng permata kontrak darah berada didalam tubuh anak kecil tersebut, walaupun memang mereka berdua berada di antara dunia atau dimensi yang berbeda. Tapi, semua ini dibatasi waktu yang relatif singkat tidak lebih dari hitungan menit.
Fuxhang benar-benar sudah mempersiapkan ini dengan matang. Dengan begitu mereka berdua mampu mengawasi semua pembicaraan Yuan dari dalam dimensi Kitab Alam Suci ini, namun berbeda dengan Yuan yang dibatasi olehnya untuk mengakses semua hal yang diperbuatnya. Kecuali memang anak itu masuk kedalam dimensi yang sama dengannya.
"Kau jangan meremehkan anak kecil itu. Ada hal yang tersembunyi dibalik tubuh itu. Dia bukan anak biasa pada umumnya." Fuxhang dengan santainya berkata kepada adiknya.
HaoLee melirik kearah Fuxhang. "Apa maksud kak?"
"Bukankah kau yang menariknya masuk kedalam dimensi ini?" Fuxhang bertanya balik.
"Kau terlalu berbelit-belit, aku tidak mengerti." HaoLee kesal ingin menjauh dari kakaknya itu. Dia berdiri dari duduknya berjalan melenggang pergi menjauhi Fuxhang.
"Bagaimana bisa kau mampu menarik masuk anak itu kedalam dimensi ini? Bagaimana bisa dengan mudahnya anak kecil itu masuk kedalam dimensi ini? Bukankah kau pernah mengatakan jika segel ini merupakan segel yang paling terkuat yang pernah ada?"
"Mungkinkah segel yang kuat bisa membuat seseorang dengan mudahnya keluar masuk didalamnya?"
"Apakah kau yakin itu semua adalah kemampuan dirimu yang mampu membawanya masuk ke dimensi ini?"
"Tidakkah kau berfikir jika ini semua bukanlah kebetulan?"
"Bahkan kita bisa menghantarkan serpihan jiwa untuk sedikit melihat dunia nyata selama beberapa tahun ini, apakah mungkin jika ini sebuah kebetulan?"
Mendengar hal itu HaoLee tertegun sejenak. Dia terdiam mematung memikirkan semua yang diucapkan oleh kakaknya.
"Kebetulan?"
"Aku tidak percaya dengan kebetulan."
HaoLee berbalik arah kembali mendekat kepada kakaknya. "Aku baru menyadarinya. Tidak pernah terpikirkan olehku sampai sejauh ini."
"Selain buruk rupa kau ternyata juga bodoh." Fuxhang berkata.
...
Yuan kembali merenungkan semua kejadian demi kejadian. Dari awal kitab ini diserahkan kepadanya, nenek Ling pernah mengatakan jika semua syarat sudah terpenuhi olehnya. Namun hingga sekarang Yuan bahkan sama sekali tidak bisa membukanya.
"Apakah ini akan terbuka seiring berjalannya waktu? Atau memang memerlukan sedikit tenaga ekstra untuk membukanya?"
"Tapi dengan siapa aku harus bertanya soal ini?" Tanya Yuan dalam hatinya.
Sejenak dia terpikirkan sosok dua siluman yang sebelumnya sudah menjalin kontrak darah dengannya.
"Bagaimana caraku memangil dan berkomunikasi dengan mereka?" Yuan bertanya-tanya.
Setelah mengatakan hal itu, Yuan tiba-tiba mendengarkan suara tak asing yang menjawab pertanyaannya.
"Selagi aku terjaga dan tidak tertidur, aku mampu mendengarkan semua ucapan dan perkataanmu"
Yuan terhenyak kaget mendapati suara seseorang yang begitu tiba-tibanya, sebelum akhirnya dia kembali tenang setelah tau jika itu adalah salah satu dari siluman yang mengisi dimensi Kitab Alam Suci ini. "Semuanya?" tanya Yuan.
"Kau pikir aku tidak tau kau menyebutku makhluk yang paling buruk ha!!" HaoLee berteriak.
"Aku hanya bercanda." Yuan berkilah, tidak terpikirkan oleh Yuan jika semua ucapannya akan didengar oleh dua siluman itu.
"Kau bahkan hanya perlu memejamkan mata, maka kita bisa berkomunikasi selayaknya orang-orang yang berkomunikasi pada umumnya walau hanya menggunakan ucapan didalam hatimu."
"Benarkah?" Tanya Yuan.
Mendengar hal itu, karena penasaran dirinya yang Ting, Yuan segera mempraktekkan apa yang diucapkan siluman itu barusan. Dia memejamkan matanya, sebelum akhirnya mengucapkan kata-kata dari dalam hatinya. "Apakah kalian mendengarkan ku?"
"Bodoh!!" Suara lantang HaoLee terang-terangan mengatakan itu kepada Yuan.
"Hahahaha, kau jangan mudah percaya apa yang dikatakan adikku ini. Kalian berdua sama-sama bodohnya." Suara lain juga ikut berkomentar. Dialah Fuxhang.
Yuan mengerutkan keningnya tidak terima dibilang bodoh oleh sosok siluman yang memiliki aura kehitaman itu.
"Jadi harus bagaimana?" Tanya Yuan sedikit kesal setelah dikerjai oleh HaoLee.
"Semua ucapan lisanmu akan tersaring di indra pendengaran kami jika kami dalam posisi sadar tidak tidur. Namun, ucapan didalam hatimu tetaplah menjadi milikmu sampai kapanpun."
"Adapun jika kau ingin berkomunikasi dan berinteraksi dengan kami, kau mampu menggunakan tiga cara."
"Yang pertama, kau masuk kedalam dimensi Kitab Alam Suci ini, yang artinya tubuhmu juga ikut menghilang dari dunia nyata seperti yang terjadi denganmu beberapa waktu lalu."
"Yang kedua, interaksi seperti yang terjadi sekarang. Menggunakan bahasa lisan, namun hal seperti ini bisa menimbulkan kecurigaan orang-orang disekitar."
"Dan yang terakhir adalah dengan memasukkan pikiranmu kedalam lonceng permata kontrak darah. Dengan begitu kau bisa berkomunikasi dengan kami hanya menggunakan suara hati. Kami juga bahkan bisa melihat apa yang kau lihat, inilah keunggulan lonceng permata kontrak darah. Dan setelah pikiranmu keluar dari Lonceng permata kontrak darah, semuanya akan kembali seperti sediakala."
"Dua cara itu sangat mudah untuk kau lakukan, tapi untuk masuk kedalam dimensi Kitab Alam Suci ini, kau memerlukan bantuan kami berdua untuk memasukinya. Perlu kau ketahui jika kemampuan kami juga terbatas untuk membuatmu masuk ke dalam dimensi ini."
...
Pagi harinya seperti biasa Yuan menghampiri nenek Ling yang sedang membuat adonan makanan untuk sarapan mereka pagi ini.
"Apakah nenek baik-baik saja?" Yuan melihat nenek Ling sesekali menyeka keringat dinginnya disertai wajahnya yang sedikit pucat.
Nenek Ling tersenyum mendapati pertanyaan Yuan. "Nenek akan senantiasa baik-baik saja. Jangan terlalu mengkhawatirkan nenek."
"Bantu nenek segera menghidangkan makanan ini." Nenek Ling mengangkat sebuah nampan membawanya ke meja makan. Melihat hal itu, Yuan dengan buru-buru merebut nampan yang berisi roti yang sudah dipanggang itu dari tangan nenek Ling.
"Aku rasa nenek terlalu tua untuk membawa nampan yang berat seperti ini." Ucap Yuan menggoda guru sekaligus neneknya itu.
Melihat dan mendengar hal itu Nenek Ling langsung menjewer pelan kuping Yuan yang membuat anak itu tertawa cengengesan.
"Nenek tidak tua, hanya sudah berumur saja." Balas nenek Ling mengikuti arah Yuan yang sedang membawa nampan roti ke meja makan.
"Hmmm, sama saja."
Mereka berdua makan bersama seraya sedikit membahas hal-hal ringan disertai bumbu-bumbu candaan membuat keduanya tidak jarang sampai tertawa lepas.
"Terimakasih karena telah hadir di hidup nenek." Ucap nenek Ling.
Mulut Yuan langsung berhenti mengunyah setelah mendengarkan ucapan singkat dari neneknya itu. Dari raut wajah sosok dihadapannya ini terdapat sebuah tatapan yang dipenuhi kasih dan sayang.
Tidak tahan melihat netra mata orang yang sangat berjasa dalam hidupnya itu, Yuan meninggalkan makanan yang belum sepenuhnya habis ini demi menghampiri nenek Ling.
"Aku menyayangi nenek melebihi diriku sendiri." Yuan tanpa canggung memeluk nenek Ling. "Kalaupun ada yang lebih berharga dari jantungku ini, pastilah itu adalah kehadiran nenek di dalam hidupku."
Yuan benar-benar menyayangi nenek Ling. Dari lubuk hatinya yang paling dalam sekalipun, nama itu selalu tersematkan dimanapun dan kapanpun. Memang ibunya adalah orang yang melahirkan dirinya, akan tetapi nenek Ling merupakan ibu sambung disaat dirinya telah kehilangan orang-orang yang dicintainya. Yuan tidak menyukai pilihan, dia ingin menyayangi semuanya setara tanpa ada perbedaan.
"Nenek juga menyayangimu melebihi cinta nenek kepada diri nenek sendiri." Yuan dan nenek Ling berpelukan cukup lama sampai pada akhirnya keduanya larut dalam pikirannya masing-masing.
Setelah itu nenek Ling menyuruh Yuan kembali ke tempatnya untuk melanjutkan melahap makanan yang tersisa didalam piringnya itu.
Beberapa saat kemudian, "Sebenarnya ada yang mau nenek sampaikan kepadamu nak." Ucap nenek Ling disela-sela waktu Yuan makan tersebut. Jika dilihat dari raut wajahnya, sepertinya kali ini tampak agak serius.
"Apa nek?" Tanya Yuan sambil mengunyah makanan di mulutnya.
"Nenek berencana memasukkan dirimu ke akademi desa ini."
Mendengar hal itu Yuan terbelalak kaget, menyudahi makannya langsung meminta penjelasan atas ucapan nenek Ling sebelumnya. "Apa maksud nenek?"
"Iya nak, nenek berencana memasukkan mu ke akademi desa ini." Jawab nenek Ling memantapkan ucapan yang sebelumnya.
"Aku tidak mau nek, aku mau tinggal dengan nenek saja." Yuan sangat tau jika seseorang yang masuk akademi pedesaan, pasti akan ditempatkan ditempat yang sudah disiapkan akademi. Berarti secara tidak langsung Yuan dan nenek Ling tidak tinggal seatap lagi.
....
Yuan berjalan tanpa arah tujuan. Pikirannya benar-benar sangat kacau saat ini. Dia memang murid dari nenek Ling. Sejatinya murid, memang harus mengikuti apa yang dikatakan oleh gurunya. Tapi, untuk permintaan kali ini, terasa berat sekali untuk Yuan mengabulkannya.
"Aku tidak mau meninggalkannya sendiri lagi. Kalaupun kekuatan yang akan dipertaruhkan, aku rela menukarkannya demi bisa menemani masa tua dirinya." Gumam Yuan pelan.
Tanpa sadar jika dirinya sudah berjalan terlalu jauh sampai memasuki area pasar desa Bunga teratai biru.
"Hei kau!!! berikan aku sekarang juga atau akan ku bunuh kau!!" Teriak seorang anak yang sedang mengacungkan pedangnya ke leher seorang pedagang.
Yuan terperanjat kaget menyadari jika perjalanan untuk menenangkan dirinya ini terlalu jauh. Yang lebih membuat dirinya kaget lagi saat melihat sosok yang dikenalnya sedang mengacungkan pedangnya ke arah leher seseorang.
"Anak itu lagi." Yuan menggelengkan kepalanya pelan. Masalah yang dipikirkannya belum lagi selesai, ditambah lagi melihat Xingcho juga berada ditempat ini. Yuan menganggap anak itu adalah sumber masalahnya, dia tidak ingin meladeni orang gila seperti Xingcho. Lebih baik dia pergi daripada harus melihat wajah menjijikan itu.
Namun, sesaat kemudian niat Yuan untuk pergi langsung diurungkannya, setelah sadar jika orang yang di maki oleh Xingcho adalah orang yang dikenalnya, yaitu Xiao Lee.