Seorang pria muda bernama Adin Ahmad, ia lahir ditengah-tengah keluarga yang memprioritaskan dirinya menekuni ilmu agama, setelah ia menamatkan pendidikan s1 nya di bidang ilmu agama islam, kini ia berusaha menggapai s2 nya, jurusan ilmu sejarah islam, dan lika liku perjalanannya dimulai ketika ia hijrah dari Kota Serang ke Kota Tangerang. Awalnya ia ingin mengembangkan bisnis lalu melanjutkan pendidikan s2 nya dengan tenang.
Banyak wanita-wanita cantik di sekelilingnya yang tertarik padanya, baik dari ketampanannya maupun dari kejeniusannya. Salah satunya Syifa Fauziyah.
"Benarkah Ustadz Muda ini yang telah mencuri hatinya Syifa?"
"Terus kapan waktu terjadi pencuriannya itu?"
"Lantas kenapa Syifa tidak berteriak ketika hatinya di curi?"
"Apakah dia sengaja mebiarkan agar hatinya di curi dan diambil oleh Ustadz Muda ini?"
" Ayo mari kita simak kisahnya, semoga para sahabat terhibur !!"
"Tolong jangan sampai lupa!"
"Like, komen, share, dan subscribe"
"Kami nantikan dari anda!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aby Arsyil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Curahan Hati Para Wanita
Di malam itu sinar cahaya sang bulan begitu terangnya seakan-akan mampu menerangi seluruh alam.
*Di kediaman Yunita Ayu Septiani.
Yunita Ayu Septiani atau yang biasa dipanggil Mbak Yuyun tengah menemani kedua anaknya di sebelah kanan dan kirinya yang baru saja tertidur lelap setelah diceritakan olehnya kisah-kisah 1001 malam yang penuh makna. Dia bangkit berdiri melangkahkan kakinya kedekat jendela membuka tutupnya hingga terbuka lebar, ia kini disuguhkan dengan sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan. Jauh diatas langit sana bulan terlihat sangat indah dengan dikelilingi oleh gemerlapnya bintang gemintang yang menghiasi langit malam. Cahayanya yang terang seolah mampu menembus hati yang paling dalam dan Yunita Ayu Septiani pun berkata.
"Wahai sang bulan yang bersinar terang, pancaran cahyamu mampu mencairkan kan kembali hati yang telah beku.
Meski saat ini kau berada jauh disana tapi aku merasakannya berada sangat dekat denganmu. Walaupun sangat ku tahu kau tak mungkin bisa ku gapai dengan ragaku. Tapi tak mustahil-kan kau kubalut dengan asaku? Meski kau tak mungkin bisa kubelai dengan tangan kecilku tapi tak mengapa kan kau ku kagumi dengan segala rasaku? Meski kutahu kau tak bisa mendengar bisik suara hatiku tapi kuyakin kau mampu menghapuskan segala duka laraku yang telah lama menggangguku?
"Wahai sang bulan yang jauh disana temanilah aku dimalam ini. Aku ingin bercerita banyak tentangnya. Tentang seorang pemuda yang begitu mempesona yang membuatku jatuh cinta lagi untuk kedua kalinya.
Wahai sang bulan tahu kah engkau siapa dia? Dialah Ustadz Muda yang mampu merebut hatiku. Perhatian yang selama ini tak pernah teralihkan oleh siapapun dan hanya kuberikan kepada kedua anak-anakku kini kuharus rela membagi untuknya juga.
Wahai Sang bulan tahu kah engkau? Dua hari yang lalu aku baru berjumpa dengannya. Ternyata dia bukanlah orang yang kaku seperti yang kubayangkan malah dia orangnya sangat imut dan lucu.
Wahai Sang bulan... "
Tiba-tiba suara pintu diketuk dari luar disertai dengan suara orang yang memanggil-manggil namanya. "Tok tok tok" Yun, Yuni...! Apa kamu sudah tidur sayang? Kalau belum tidur biarkan mamah masuk ke kamarmu yah, sayang?" Yunita Ayu Septiani yang sedang bercerita dihadapan sang bulan dia terkejut mendengar seruan mamahnya hingga ia tak bisa melanjutkan kata-katanya lagi.
Dia bangkit berdiri dengan lesu sambil menjawabi panggilan mamahnya. "Iya mah sebentar...! Yuni belum tidur kok! Ada apa mah malam-malam cari Yuni?" Sambil melangkahkan kakinya Yunita membuka pintu kamarnya. "Ceklek." Ada apa mah?" Katanya.
Orang yang ditanya tidak menjawab malah memeluk anaknya itu dengan sangat erat terlihat ada bekas linangan air mata yang bekas dihapus dari wajahnya.
"Mamah kayaknya habis nangis, emang mamah kenapa? Selidik Yuni. "Mamah gak kenapa-napa kok sayang! Justru mamah lah yang sangat mengkhawatirkanmu sayang. Mengkhawatirkan kondisimu, kamu yang sabar yah sayang? Mamah yakin suatu saat nanti kamu akan menemukan seseorang yang sangat tulus mencintaimu dan menjagamu serta anak-anakmu dengan setulus hati dan Mamah selalu mendoakannya untukmu setiap waktu.
*Di Kediaman Ustadzah Yoyoh Mukhlisoh.
Ustadzah Yoyoh Mukhlisoh biasanya kalau setiap malam ia selalu mengulang-ulang kembali hafalannya. Kali ini ia mengulangi hafalannya itu dibawah terangnya sinar sang bulan, ia duduk di gazebo halaman depan rumahnya. Masih memegangi kitab suci Al-Qur'an ditangan tapi pikiran dan hatinya entah terbang melayang kemana. Sementara pandangan matanya ia fokuskan melihat sang bulan yang jauh diatas sana, ia bergumam pada dirinya.
"Wahai Tuhan sang pemilik rembulan yang bersinar terang, terangi lah hatiku dari gelapnya nafsu yang bisa menghalangiku dari pandanganmu. Tuntun lah jiwaku menuju jalan yang diridhai oleh-Mu".
"Wahai Tuhan sang pemilik hati yang penuh dengan cinta kasih, sisipkan lah rasa cinta ini kedalam hatinya agar cintaku dan cintanya saling terhubung dan menyatu dalam ikatan tali suci yang engkau ridhai".
"Wahai Tuhanku seandainya jodohku masih berada jauh disana maka dekatkan lah kesini dan seandainya jodohku sudah mendekat maka eratkanlah agar kami bisa membina hubungan rumah tangga yang selamanya engkau berkahi."
"Wahai Tuhanku seandainya dia bukanlah jodohku maka jodohkan lah dia denganku, dan seandainya dia memanglah jodohku maka gerakan lah hatinya untuk segera datang mengkhitbah dan menghalalkanku". "Amin Ya Allah Ya Robbal A'lamin".
Kedua orang tua Ustadzah Yoyoh Mukhlisoh yang mengawasinya dari jauh ketika melihat putrinya sedang melamun bukannya menghafal Al-Qur'an. Mereka jadi gelengkan kepalanya.
"Umi anak gadis kesayanganmu itu loh! Abah perhatikan akhir-akhir ini sering suka melamun. Apakah dia sedang jatuh cinta? Apakah Umi tahu pemuda mana yang bisa membuat anak gadis kita seperti ini? Setahu Abah yah ketika dia disuruh menikah alasannya selalu saja masih pengen belajar, belajar dan belajar! Kenapa sekarang udah dikabulin untuk belajar malah dia ngelamun gak jelas kayak begitu? Ingat ya! Pokoknya Umi harus cari tahu siapa orangnya yang membuat putri kita jadi seperti itu?" Kata Suaminya.
Dijawab oleh istrinya. "Lah kok Abah cuma bisa nyuruh Umi saja? Terus Abah sebagai ayahnya mau diam saja begitu melihat anak gadisnya yang suka melamun itu, enak yah?" Katanya lagi sambil melotot tapi nadanya tidak marah bahkan terkesan becanda.
"Yah Abah terlalu pusing aja kalau ikut campur masalah orang yang cinta-cintaan." Kata suaminya seolah tanpa beban.
*Di Kediaman Nabila Putri.
Nabila Putri masih rebahan dikasur empuknya dia tidak bisa memejamkan kedua matanya padahal hari sudah mulai larut malam, ia lalu memegang Smartphone-nya dan men scroll layar dihapenya, ia mencari-cari video yang telah ia rekam tiga hari yang lalu sewaktu acara pengajian bulanan itu.
Kemudian ia putar kembali video yang memuat seorang Ustadz yang sedang memberikan tausiyahnya. Entah sudah berapa kali ia mengulangi memutar video itu namun tak sedikit pun ia merasa jemu atau bosan melihat wajah Ustadz muda tampan sedang memberi tausiyah pengajian. Ia memujinya dalam hati.
"Oh Ustadz yang tampan dan menawan masihkah engkau sendiri? Aku yang disini berharap dirimu baik-baik saja disana. Andai bisa ku utuskan angin malam untuk menyampaikan pesan. Pesan salam rindu yang khususkan untukmu seorang. Aku hanya bisa memandang wajahmu saja divideoku dan di mataku bayangmu itu tak pernah hilang bahkan seolah merasuk kedalam kalbuku. Ucapanmu membuat hati ini luluh dan aku bagaikan ranting kering yang mudah jatuh ditiup angin. Di sudut kamar ini bayangmu seolah hadir dan sedang mengintip kesendirian ku. Kubuka jendela kaca lalu kulihat bulan yang jauh disana bersinar terang dikelilingi oleh bintang-bintang. Engkau lah sang bulan yang bersinar terang itu dan akulah sang bintang yang mendapatkan pantulan cahaya darimu. Hati ini benar adanya telah memilihmu Ustadz-ku yang tampan."
Nabila Putri tidak menyadari kalau kelakuannya itu selama ini tidak luput dari pantauan kedua orang tuanya.
"Abah tidakkah kau perhatikan selama tiga hari belakangan ini anak gadis manja kita ini selalu mengurung diri didalam kamarnya. Disuruh makan doang susahnya minta ampun padahal biasanya gak gitu-gitu amat yakan bah? Apa dia tidak kenapa-kenapa Abah? Umi kok jadi khawatir yah! Sebenarnya kenapa sih anak itu?" Kata ibunya Nabila pada suaminya.
Setelah sesaat berfikir Keduanya berkata dengan kompaknya. "Apa jangan-jangan...?" Mereka sudah bisa mengira-ngira jawaban apa yang tepat untuk menggambarkan kelakuan putrinya itu yang belakangan ini bersikap begitu.
*Di kediaman Devi Maharani.
Devi Maharani yang sedang duduk sendiri diteras rumahnya sambil memandangi bulan yang sedang purnama dia pun bergumam pada dirinya.
"Wahai sang malam yang dihiasi dengan ribuannya bintang, diterangi indahnya sinar sang bulan, malam yang gelap sunyi nan sepi ini kau hadir bagai membawa sejuta mimpi. Bintang bertaburan dengan kilauan ribuan cahaya yang sungguh indah mempesona bila dipandang mata. Entah kenapa ada kesepian di hatiku saat ini padahal bulan menyapa dengan indahnya. Bintang pun berkedip kedip mengajak ku bercanda. Sang malam Peluklah aku dengan selimut mu, peluk aku yang dalam kesepian ini. Biarkan aku terlelap sejenak disaksikan cahaya bintang dan terangnya sinar rembulan.
*Di kediaman Diana.
Diana melamun dibawah langit malam yang diterangi cahaya bulan dan bintang.
"Ustadz andai engkau hadir disini malam ini, pastinya kau kan kutemani hingga menuju pagi. Andai kau tau rasaku ini yang mendambamu pastinya kan banyak hati yang cemburu. Katakan saja seberapa banyak kau membutuhkan waktuku untuk membuat alasan-alasan yang entah nyata ataupun semu. Sebab ini sudah musim kesekian kalinya aku berjalan dengan banyak sekali pertanyaan yang kadang terasa seperti beban. Di akhir penantian aku berjanji untuk menghilang membiarkanmu melanjutkan langkah dengan tenang dituntun oleh cahaya yang lebih terang seterangnya malam dengan pancaran sinar bulan dan bintang yang bergemintang.
*Di kediaman Nurmala Ayu Anggraini.
Nurmala Ayu Anggraini melantunkan bait-bait pantunnya yang sengaja ia rangkai dalam kesendiriannya untuk .
Puluhan bintang yang bercahaya. Hanya satu lah yang berwarna biru.
Puluhan orang yang nyatakan cinta. Hanya kamulah Ustadz yang aku tunggu.
Ada gula juga ada kopi. Disimpannya di atas lemari.
Rindu ini bagai menari-nari. Menanti dirimu sang pujaan hati.
*Di kediaman Mira Asmira.
"Kukira kamu adalah mimpi yang dapat kukejar tapi nyatanya kamu adalah bulan yang hanya dapat kupandang.
Kukira kamu hanyalah bulan yang kesepian tapi nyatanya kamu adalah sang rembulan yang banyak dikelilingi oleh bintang-bintang.
Para orang tua yang menyaksikan tingkah aneh dari anak gadisnya hanya bisa menggelengkan kepala pasrah, mereka sangat yakin kalau anak gadisnya sedang terlena dibuai asmara karena mereka juga pernah muda pernah merasakan yang namanya jatuh cinta.