Tak pernah terpikirkan sebelumnya jika Aruna harus menikah setelah kehilangan calon suaminya 1 tahun yang lalu. Ia dengan terpaksa menyetujui lamaran dari seorang pria yang ternyata sudah beristri. Entah apapun alasannya, bukan hanya Aruna, namun Aryan sendiri tak menerima akan perjodohan ini. Meski demikian, pernikahan tetap digelar atas restu orang tua kedua pihak dan Istri pertama Aryan.
Akankah pernikahan tanpa cinta itu bertahan lama? Dan alasan apa yang membuat Aruna harus terjebak menjadi Istri kedua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trilia Igriss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Rahasia apa?
Paginya menyingsing, Aryan yang diharuskan berangkat pagi. Sebelum itu, Ia berpamitan kepada Isma dan Oma Setya yang sudah stay duduk di ruang keluarga. Melihat Aryan yang sudah siap di jam yang masih sangat pagi, Isma tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
"Loh... sudah mau berangkat?" Tanya Isma memastikan. Ia sendiri sudah tahu jawabannya tanpa harus bertanya. Namun tak ada salahnya jika sekedar basa-basi.
"Iya Ma... saya mau mampir ke rumah Ibu sekalian kasih tahu, kalau ada Oma dan Mama kemari." Jawabnya berusaha bersikap ramah agar kedua wanita di depannya tak tersinggung oleh sikapnya yang dingin.
"Oh... kenapa gak sekalian ke rumah istri tuamu?" Timpal Oma membuat suasana berubah canggung. "Kamu bersikap adil pada kedua istrimu, kan?" Imbuh Oma bertanya kembali.
"I-iya Oma." Hanya begitu jawaban Aryan yang kebingungan harus mengatakan apa. Dibalik kebimbangannya, Aryan lebih memikirkan apa yang akan dikatakan Aruna nanti setelah dirinya pergi. Apa Aruna akan menceritakan semuanya?
"Mas..." panggilan Aruna berhasil membuyarkan lamunan Aryan seketika.
"I-iya sayang, kenapa?" Sahutnya spontan. Bukan hanya Aruna, Aryan sendiri merasa terkejut kala menyadari ada yang salah dengan ucapannya. Panggilan asing itu terlontar begitu saja.
"Ka-katanya mau berangkat pagi. A-aku siapin sarapan dulu, gimana?" Tanyanya begitu gugup. Dengan terbata dan salah tingkah, Aruna berlalu ke arah dapur tanpa persetujuan Aryan. Sepanjang langkahnya, Aruna memaki dirinya sendiri karena bersikap seolah Ia merasa salah tingkah karena bahagia, padahal Ia sendiri merasa tak enak hati jikalau Gita tahu panggilan sayang untuknya malah Aryan berikan pula pada Aruna.
Oma dan Isma saling lirik dengan menyembunyikan sebuah arti. Keduanya sama-sama merasa malu sendiri mendengar panggilan Aryan terhadap Aruna tersebut. Oma berpikir jika Ia terlalu mengkhawatirkan Aruna, padahal sikap Aryan sangat baik pada Cucunya itu.
Sementara itu, Aryan merapatkan bibirnya tanpa ingin kembali berucap. Bisa-bisanya Ia memanggil Aruna dengan panggilan ambigu itu. Di depan Ibu dan Neneknya pula.
"Ah sial! Memang sial. Meskipun kita suami-istri, tapi belum pernah ada panggilan istimewa diantara kami." Batin Aryan kemudian menyusul Aruna ke arah dapur.
...----------------...
"Ya ampun Oma... tumben ke sini? Kenapa gak bilang dari awal? Jadinya saya gak siap-siap." Ujar Sundari seraya merangkul Oma dan Isma bergantian sesaat setelah Ia sampai dan segera saling menyambut satu sama lain. Ia tak sedikitpun melirik ke arah Aruna yang duduk di samping Isma.
"Ini juga mendadak. Ibu yang mau ke sini. Katanya rindu sama Aruna." Balas Isma memberi penjelasan seraya sesekali melirik ke arah Oma yang terlihat acuh akan kedatangan pihak besannya tersebut.
"Saya cuma khawatir aja. Soalnya nomor Aruna tiba-tiba tidak bisa dihubungi. Saya pikir kenapa, ternyata ponselnya jatuh dan rusak." Oma ikut menimpali. Meski terdengar tenang, namun Sundari merasa jika Oma tak menyukainya.
"Ohh begitu? Saya kurang memperhatikan. Akhir-akhir ini, saya sibuk dengan urusan perusahaan. Bagaimana pun, saya ikut andil membantu jalannya bisnis. Yaa sambil membantu Aryan beradaptasi di posisi baru." Menyikapi ucapan Sundari, Isma dan Oma Setya bereaksi berbeda. Isma yang menanggapi dengan antusias dan menjadi pendengar baik, sedangkan Oma terlihat biasa saja.
"Memangnya Aryan bekerja di posisi apa?" Tanya Oma
"Kebetulan, antara 2 atau 3 minggu lagi akan ada acara peresmian Aryan sebagai direktur. Sebetulnya, Aryan yang memegang saham paling tinggi, tapi belum saatnya." ~Sundari.
"Kenapa?" Tanya Isma mulai penasaran. Entah kenapa, rasa penasarannya begitu tinggi sampai Ia tak bisa mengendalikan dirinya. Seketika itu, Sundari mendadak diam. Ia tak mungkin berterus terang jika harta warisan keluarga mendiang suaminya akan jatuh ke tangan Aryan kalau Aryan sudah memiliki penerus.
"Karena... Aryan belum sepenuhnya menguasai tugas sebagai pimpinan. Jadi, dia harus banyak belajar." Jawab Sundari demikian. Sebisa mungkin Ia harus bisa mengalihkan topik pembicaraannya agar tak menjadi semakin menjurus ke arah rahasianya. Hanya Aruna yang tahu apa motifnya menikahkan Aryan dengan wanita lain. Dan Aruna sendiri sudah tak bisa menghalangi niat dan rencananya.
"Oh iya Aruna... ajak Ibu dan Oma mu jalan-jalan." Ujar Sundari kemudian. Sebaiknya Ia menurunkan ego untuk bertegur sapa kembali dengan Aruna, dari pada rahasianya terbongkar di depan besannya. Karena satu-satunya harapan saat ini hanyalah Aruna saja. Hanya Aruna yang bisa membantunya mendapatkan harta warisan dalam waktu dekat.
"Iya bu." Sahut Aruna ditanggapi senyuman oleh Sundari.
"Emmm saya gak bisa lama-lama, soalnya ada urusan, tak apa kan?" Tutur Sundari seraya bertanya.
"Tak apa. Lagi pula, saya dan Ibu tidak akan lama. Masih ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Apalagi Ibu. Besok harus meeting dengan klien." Balas Isma sehingga Sundari sama-sama melempar senyum menanggapi. Secepatnya Ia berlalu agar pembahasannya tak lagi melebar kemana-mana.
...----------------...
Sesuai ucapan Sundari, Aruna mengajak Ibu dan neneknya untuk berjalan-jalan di sebuah Mall. Meski ketiga generasi itu sering berjalan-jalan di tempat ramai seperti ini, namun mereka tak ingin menyia-nyiakan waktu bersama. Sebab, besok mereka akan kembali berpisah. Dan, mungkin tidak sampai besok, Oma harus kembali sore ini juga.
"Kamu mau beli ponsel?" Tanya Oma memberi sebuah tawaran. Namun, Aruna langsung menolak.
"Enggak Oma. Una nanti beli sendiri." Sanggahnya menyembunyikan fakta bahwa Ia menolak karena tak ingin terlibat konflik lagi dengan Adnan.
"Kenapa? Kamu gak mau ngobrol sama Oma?" ~Oma Setya
"Bukan gitu Oma... tapi aku lebih suka nonton lewat laptop. Aku gak terlalu butuh ponsel." Kembali Aruna mengelak. Ia benar-benar tak ingin memiliki sebuah barang yang hanya akan membuatnya lebih menderita. Ditengah kebersamaannya dengan Oma dan Ibunya, Aruna terdiam seketika dan membalikkan badannya cepat-cepat. Ia melihat sekilas sosok yang tak ingin Ia temui di kebetulan manapun.
"Bu... kita ke sana yu! Aku mau cari tas." Ujarnya seraya menarik tangan kedua wanita tersebut. Meski penasaran dan heran, namun Isma dan Oma tak protes, mereka mengikuti kemana Aruna membawanya.
"Kenapa Mas Adnan ada di sini juga?" Batinnya bertanya-tanya.
...----------------...
"Hei Aryan... kenapa kau selalu menghindar tiap kali aku tanya tentang sepupu istrimu? Aku sudah mencari informasi tentang pria yang bersamanya. Dia duda, anak satu, dan ditinggal istrinya 5 tahun yang lalu. Berarti sepupu istrimu belum menikah. Ayolah berikan dia padaku!" Celoteh Rio terdengar seperti anak yang merengek. Sementara itu, Aryan mengepalkan kuat-kuat kedua tangannya dengan terus melirik tajam ke arah Rio yang terlihat begitu santai. Suami mana yang rela melihat istrinya digoda pria lain? Meski yang menggodanya adalah sepupu tirinya, dan meski status istrinya hanyalah istri ke dua. Tetap saja hatinya merasa tak rela.
"Dia sudah menikah. Jangan pernah mengganggunya, apalagi sampai menyentuhnya!" Gertak Aryan membuat Rio menarik senyum liciknya.
"Kenapa kau begitu keras melarangku pada wanita itu? Apa jangan-jangan kau menyukainya juga? Atau kau berselingkuh dengannya?" Tanya Rio tiba-tiba. Dari mana asumsi itu muncul? Mengapa bisa-bisanya Rio mempertanyakan hal itu padanya?
...-bersambung...
gimana ya thor aruna dg Adnan
biar nangis darah suami pecundang
masak dak berani lawan
dan aku lebih S7, Aruna dg Adnan drpd dg suami pecundang, suami banci
drpd mkn ati dg Aryan, sbg istri ke 2 pula
berlipat lipat ,
memikiran gk masuk akal sehat..