NovelToon NovelToon
Mantan Rasa Pacar

Mantan Rasa Pacar

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Berbaikan / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Asmi SA

MANTAN. Apa yang terbesit di pikiran kalian saat mendengar kata 'MANTAN' ?

Penyesalan? Kenangan? Apapun itu, selogis apapun alasan yang membuat hubungan kamu sama dia berubah menjadi sebatas 'MANTAN' tidak akan mengubah kenyataan kenangan yang telah kalian lewati bersama.

Meskipun ada rasa sakit atas sikapnya atau mungkin saat kehilangannya. Dia pernah ada di garis terdepan yang mengisi hari-harimu yang putih. Mengubahnya menjadi berwarna meski pada akhirnya tinta hitam menghapus warna itu bersama kepergiannya.

Arletta Puteri Aulia, gadis berkulit sawo matang, dengan wajah cantik berhidung mancung itu tidak mempermasalahkan kedekatannya lagi dengan cowok jangkung kakak kelasnya sekaligus teman kecilnya-- Galang Abdi Atmaja. Yang kini berstatus mantan kekasihnya.

Dekat? Iya,
Sayang? Mungkin,
Cemburu? Iya,
Berantem? Sering,
Jalan bareng? Apa lagi itu,
Status? Cuma sebatas mantan.

Apa mereka akan kembali menjalin kasih? Atau mereka lebih nyaman dengan -MANTAN RASA PACAR- julukan itu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asmi SA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 22

“Raya suka sama Kak Rafa.”

Galang terdiam. Arletta menoleh pelan, Galang masih memejamkan matanya.

“Lo marah?” Tanyanya hati-hati. Galang membuka matanya dan menatap Arletta.

“Gue ngga marah. Gue cuma bingung. Kadang lo deket, kadang lo juga jauh dari hati gue.”

Galang berdiri dari sana, perasaannya tidak baik saat ini. Ia meninggalkan Arletta yang masih diam di sana. Sebelum ia benar-benar pergi, ia menoleh, “gue akan coba relain lo, kalo lo pilih cowok itu.”

Galang kembali berjalan meninggalkan kamar itu. Setelah kepergian Galang, air matanya lolos begitu saja. Dengan kasar ia mengusapnya. Sesakit ini? Dia tidak pernah membayangkan Galang akan mengucapkan kata-kata itu. Apa itu artinya dia tidak bisa lagi dekat dengan Galang?

***

Dengan gontai Arletta memasuki kamarnya, ucapan Galang tadi masih terngiang jelas di kepalanya.

Bahkan saat ia akan pulang tadi, Galang tidak menemuinya. Apa sudah berakhir? Galang mulai menjauhinya karena sikapnya sendiri? Pikirannya masih penuh oleh Galang dan segala kata yang Galang ucapkan tadi.

Ia menjatuhkan dirinya di atas ranjang kamarnya. Kembali ia merasakan air mata di pipinya. Mengapa hatinya terasa sesak sekarang?

***

Setelah kepergian teman-temannya, Andini meraih slingbagnya dan berpamitan pada ibunya.

Andini menghela nafas sebelum melangkah masuk ke cafe itu. Ia terdiam sejenak melihat seseorang yang ia kenal telah duduk membelakanginya. Ia berjalan mendekat ke arahnya.

“Lo mau ngerusak persahabatan gue?” Ucapnya datar tepat di samping orang itu. Dia tersenyum, “mending lo duduk dulu, sebelum lo ngomel-ngomel ngga jelas sama gue,” ucapnya masih tersenyum.

Andini menurutinya masih dengan wajah datarnya. “Lo bilang, mereka ngga peduli sama gue. Buktinya mereka dateng jengukin gue.”

Dia tertawa. Andini mengernyit heran, “apa yang lucu?”

“Lo itu polos Din, sekarang mereka peduli sama lo. Tapi lihat nanti, saat lo bener-bener udah ngga di sini. Mereka pasti lupain lo.”

Andini terdiam sejenak.

“Ngga usah dipikirin Din, masih ada gue kok,” ucapnya tersenyum meraih tangan Andini. Untuk sejenak Andini terdiam. Apa dia tulus bicara seperti itu?

“Gue suka sama lo Din,”

***

Tiga hari berlalu setelah pertemuannya dengan Galang di kamar Bella waktu itu. Ia tidak pernah menjumpai Galang tersenyum padanya lagi. Galang selalu mengacuhkan kehadirannya.

“Ta? Lo kenapa? Akhir-akhir ini lo sering bengong? Ada masalah sama Bian?” Tanya Raya yang kini duduk di sebelahnya.

Bian? Membicarakan soal Bian, dia kini tampak berbeda. Bucinnya perlahan menghilang. Berubah? Mungkin yang Arletta pikirkan sekarang. Bian jarang berada di kelas. Setelah bel istirahat dia langsung keluar kelas. Saat mengantar Arletta pun tidak ada lagi ucapan ‘sampai tuan puteri’ lagi.

“Bian?” Ucapnya lirih. Raya mengangguk, “dia kelihatan murung akhir-akhir ini,” ucap Raya.

Arletta menatap bangku kosong di depannya. Hanya ada tas Bian di sana, entah di mana Bian sekarang.

“Udah mau bel, dia ngga balik ke kelas?” Arletta menoleh. Raya hanya mengedikkan bahunya.

***

“Kenapa lo nemuin gue dengan tampang itu?” Ucap Galang datar. Bian yang sedari tadi menatapnya datar hanya menghela nafas dan membuang mukanya.

“Tata masih suka sama lo,” ucapnya datar. Galang mengernyit, "gue ngga tahu,” jawabnya.

Bian berdecak, “Gue ngga nanya bego! Gue cuma bilang.” Bian menoleh kesal menatap Galang.

“Lo nyerah?”

Bian menggeleng, “ngga,gue ngga bilang gue nyerah.”

Galang mengangguk, “oke, terus ngapain lo nemuin gue kalo gitu.”

Bian diam. Entah apa yang ia pikirkan. Galang menepuk bahu Bian, “gue udah bilang, gue yang mundur. Gue ngga akan ganggu hubungan...”

“Gue sama Tata ngga ada hubungan apapun. Gue deket sama dia layaknya lo deket sama dia juga. Seperti dulu.” Bian menghela nafas lalu melanjutkan, “gue sayang sama Tata. Bukan berarti gue maksa dia buat sayang juga sama gue.”

Galang terdiam tanpa menoleh sedikitpun. Galang yang hendak pergi karena bel sudah berbunyi justru mengurungkan niatnya saat Bian kembali berucap.

“Lo bego kalo lo ngga tau Tata sayang sama lo," ucap Bian sebelum meninggalkan Galang.

Alih-alih beranjak ke kelas, ia justru pergi ke perpustakaan. Ia mengernyit saat melihat sosok yang familiar itu di pojok perpustakaan. Bian tersenyum tipis mengambil ponselnya.

Setelah mendapat apa yang dia mau, ia keluar dari perpustakaan. Ia sudah tidak berminat lagi masuk ke dalam perpustakaan itu.

Ia kembali ke kelas. Beruntung belum ada guru yang masuk. Ia duduk di depan Arletta dengan alis terangkat membuat Arletta heran.

“Lo kenapa sih?”

Raya yang di sebelah Bian pun ikut terheran. “Kesurupan lo, ya?”

Bian mendengkus kesal menatap adiknya itu. Raya yang ditatap dingin itu hanya tersenyum tanpa salah.

“Kalian pasti ngga tahu apa yang udah gue lihat barusan,” ucap Bian mengangkat ponselnya.

“Apaan?” Ucap Arletta dan Raya bersamaan.

“Jiwa kepo kalian kompak ya,” ucap Bian terkekeh.

Masa bodo dengan apa yang membuatnya penasaran. Arletta justru senang melihat Bian telah kembali dengan senyum khasnya.

“Apaan sih ellah!” Dengkus Raya.

“Tebak dulu dong,” ucap Bian tersenyum.

“Apa sih Bi? Jangan bikin kepo deh,” ucap Arletta cemberut. Bian luluh hanya dengan melihatnya seperti itu.

“Hmmm, kambuh nih bucinnya,” ucap Raya bersedekap. Bian tidak menghiraukannya dan mengulurkan ponsel itu pada Arletta.

Baru saja ia akan membuka ponsel itu, guru mata pelajaran siang itu masuk dengan Andini yang juga membuntutinya.

“Dari mana aja Din? Kok baru masuk?” Tanya Arletta penasaran.

Andini tampak gugup di tempatnya.

“Eum, abis- dari kantor. Ngurus surat pindahan sekolah,” ucapnya tersenyum.

Arletta hanya mengangguk. Raya yang tadinya masih menghadap belakang menatap Andini yang terlihat aneh itu.

“Lo ngurus sendiri? Biasanya yang ngurus kan wali murid?” Tanyanya.

“Eum- iya. Ibu lagi sibuk, jadi ngga bisa ngurus. Ayah juga ngga bisa,” elaknya.

Tidak mau ambil pusing, Raya hanya mengangguk dan kembali fokus ke depan papan tulis.

Bian yang memang tahu apa yang terjadi hanya tersenyum sendiri di tempatnya. Raya yang tahu Bian senyum-senyum sendiri itu menyenggol lengannya, “kenapa?” Tanyanya hampir tanpa suara.

“Lo mau tahu?”

Raya mengangguk. Adiknya itu bisa membaca situasi sama sepertinya. Bian menoleh ke belakang. Ia menatap Andini yang sepertinya enggan menatapnya.

“Din, lo bener abis dari kantor?” Tanyanya. Andini kembali gugup. “I-iya, kenapa emang?”

“Kayaknya tadi gue lihat lo di perpustakaan deh,” ucap Bian tersenyum. Seperti mengisyaratkan sesuatu yang mereka tidak tahu apa kecuali Andini. Nafasnya tercekat, Bian melihatnya? Ia menggeleng kaku menatap Bian. Seolah berkata jangan bicara apapun.

Raya dan Arletta sontak menoleh pada Andini yang diam di sana.

“Ngga kok, gue beneran abis dari kantor,” ucapnya sedikit terbata. Bian mengernyit, “oh ya? Berarti tadi siapa dong yang di perpustakaan? Dia mirip banget loh sama lo.”

Bian tersenyum miring menatapnya. “Kalo ngga percaya, gue ada kok fotonya. Tapi jangan kaget ya, kalo fotonya agak sedikit, eum...”

Bian menatap Andini sebelum mengambil ponselnya. Mereka membulatkan mata sempurna.

“Oh no!”

1
Fittar
akhirnya balikan 🥰
Fittar
baikan juga ini kakak adik...
tinggal urusan cintanya aja yang masih jauh🤭
Fittar
lagi datang bulan maunya makan pedes😁
Asmi_SA: wkwk sesama cewek pasti paham
total 1 replies
Diana Novitasari IzSa
keren
Asmi_SA: thank you
total 1 replies
Fittar
semua betah memendam rasa 🤧
Asmi_SA: kalo aku mah ngga bisa 😭
total 1 replies
Fittar
Luar biasa
Asmi_SA: makaasiih sudah mampir🤗🥰
total 1 replies
revasya alzila
keren lanjut thor
Asmi_SA: makasih udah mampir🤗
total 1 replies
Rita Riau
ga bisa ke lain hati ya Lang,,,? bukan nya benci malah tambah posesif ke mantan,,
Asmi_SA: ngga bisaa.. Galang cinta banget soalnya wkwk
total 1 replies
Rita Riau
mungkin menghindar lebih baik Yan 🤔🤭
Asmi_SA: /Scowl/
total 1 replies
Rita Riau
izin mampir ya Thor 🙏
Asmi_SA: makasiih udah mampiir 🤗
total 1 replies
revasya alzila
Di tunggu kelanjutannya Thor
Asmi_SA: stay tune yaa🥰
total 1 replies
kookie 🐰
mampirr... semangat terus kakaa 🔛🔥
Asmi_SA: makasiiihh jangan bosen bosen yaa 🥰🥰
total 1 replies
revasya alzila
Nyimak kak
Asmi_SA: makasiiih .. jangan bosan-bosan yaaa🥰🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!