Karena kedua orang tuanya penyuntik dana terbesar di kampusnya, Lexa pun menjalani masa pendidikannya dengan sesuka hatinya. Gadis yang memiliki nama lengkap Clara Lexa Viviana ini kerap sekali membuat ulah dan membuat kedua orang tuanya pusing menghadapinya. Karena tak tahan mendapatkan laporan terus menerus dari pihak kampus dan Orang-orang, kedua orang tua Lexa pun memilih menjodohkan Lexa dengan Elvin Zayyan Bagaskara yang tak lain ialah anak dari sahabatnya sekaligus dosen terkiller di kampus Lexa.
Elvin yang terlahir sebagai anak pertama memiliki watak yang keras dan tegas. Bahkan para adik dan keluarganya segan terhadapnya disebabkan dirinya yang sangat berwibawa dan dewasa. Selain berprofesi sebagai dosen, Elvin juga berprofesi sebagai direktur utama di perusahaan keluarganya. Apakah Elvin mampu menghadapi Lexa yang terlahir sebagai anak bungsu dan anak perempuan satu-satunya yang selalu di manja oleh keluarganya? Yuk ikuti terus kisahnya.
Cerita ini 100% Munir fiksi📌
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jannah sakinah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Awas ih Mas," ucap Lexa menjauhkan tubuhnya dari Elvin yang terlihat biasa saja.
Lexa yang malu tak tau harus melakukan apa dan pergi ke mana. Di satu sisi ia takut menjadi bahan godaan jika pergi ke bawah, dan di satu sisi ia malas bersama Elvin. Lexa menghela nafasnya dengan tatapan yang terlihat bingung. Ia seperti tengah berpikir tentang apa yang harus ia lakukan.
"Sayang kamu kenapa?" Tanya Elvin sembari memperhatikan Lexa yang seperti orang kebingungan.
"Nggak apa-apa Mas," ucap Lexa tanpa melirik Elvin. "Mas malam ini kita langsung pindah saja ya ke rumah baru kita. Nggak usah menunggu seminggu lagi," ucap Lexa tanpa berpikir panjang membuat Elvin tersenyum puas mendengarnya. Lexa mengalihkan matanya melihat Elvin yang juga melihatnya.
"Kenapa tiba-tiba mau pindah sayang?" Tanya Elvin walaupun ia sudah tau apa yang membuat istri manja dan nakalnya itu berubah pikiran untuk pindah.
"Mas mau kita menjadi bahan godaan setiap hari oleh orang rumah ini? Lagian kalau kita pindah, kita mau melakukan apa pun tidak ada yang peduli dan yang pasti tidak ada yang memergoki kita seperti tadi." Lexa terus saja menyuarakan isi hatinya yang sedikit gelisah.
Tanpa sadar apa yang dikatakan Lexa membuat Elvin merasa sangat senang dan beranggapan jika Lexa berniat menjadi istri yang sesungguhnya untuknya. Elvin pun tak dapat membayangkan gimana bahagianya dia jika bisa menyentuh istrinya itu dan mendapatkan anak darinya.
"Mas." Panggil Lexa membuyarkan lamunan Elvin. Bahkan senyum suaminya itu memudar dengan wajah yang kembali datar.
"Mas, bagaimana pendapatmu?" Tanya Lexa lagi membuat Elvin tersenyum tipis melihatnya.
"Mas sih mau-mau saja sayang, justru Mas senang kamu mau cepat tinggal di rumah baru kita. Tapi, ada baiknya besok saja kita pindah. Hujan sangat deras dan lagian sudah malam juga," ucap Elvin sembari melihat jendela kamarnya yang belum di tutup tirai.
Mendengar itu Lexa hanya bisa menghela nafasnya. Semangatnya untuk pindah kita pergi bersama waktu.
"Jangan sedih begitu, besok kita pindah. Malam ini kita tidur di sini dulu ya," ucap Elvin membujuk Lexa. Dengan wajah lesunya Lexa menggelengkan kepalanya dengan pelan.
"Kita tidur di kamar tamu saja. Aku takut nanti Kecoak nya datang lagi pas kita tidur," ucap Lexa yang membuat Elvin mengangguk setuju.
"Baiklah sayang, ayo kita pindah," ucap Elvin lalu bangkit dari ranjang. Ia dan Lexa pergi menuju kamar tamu. Elvin menggandeng tangan Lexa dan Lexa pun tidak menolaknya.
"Mau kemana Lexa, Elvin?" Tanya Monica ketika tak sengaja berpapasan.
Melihat kehadiran Monica, Lexa pun kembali memulai aksinya untuk menggoda sepupunya yang calon pelakor itu. Lexa melepaskan tangannya dari genggaman Elvin dan berganti menjadi merangkul lengan Elvin. Lexa terlihat sangat manja pada Elvin saat ini. Monica yang melihat itu mulai kesal namun ia tetap tersenyum walau pun saat ini hatinya sedang tidak karuan.
"Kami mau pindah ke kamar tamu Kak. Iyakan sayang," ucap Lexa melihat Monica lalu beralih mendongakkan wajahnya melihat Elvin.
"Iya sayang," ucap Elvin menjawab dengan sangat lembutnya.
"Nanti saja pindahnya, ayo kita makan malam dulu. Semua orang pasti sudah menunggu kita di meja makan," ucap Monica yang langsung mendapatkan anggukkan kecil di sertai senyum tipis Elvin. Walaupun respon Elvin hanya seperti itu, namun Monica sudah merasa senang dan merasa selangkah lebih maju dari sebelumnya.
"Ya sudah Kak Monica, kalau begitu kami di luan ya," ucap Lexa yang hanya di balas Monica dengan senyum terpaksa nya.
Lexa pun melenggang pergi bersama Elvin meninggalkan Monica yang mengumpat di belakangnya. Lexa tersenyum puas tanpa sepengetahuan Monica. Karena juga lapar, Monica pun segera menyusul Lexa dan Elvin di meja makan.
Semua orang yang berada di meja makan, menolehkan wajahnya melihat tiga orang yang baru datang. Lexa masih dengan sikap pura-pura manjanya, mengajak Elvin untuk duduk bersebelahan dengannya tanpa melepaskan gandengan tangannya. Monica yang menyusul di belakang duduk di samping Arsen yang saat ini menikmati makan malamnya dengan tenang.
"Hm," dehem Sean sembari melirik Lexa dan Elvin dengan senyum tipisnya seakan tengah menggoda.
"Kenapa kak Sean senyum-senyum begitu?" Tanya Lexa dengan penuh selidik membuat suasana yang hening kembali ribut.
"Nggak apa-apa," ucap Sean tanpa menghilang senyumnya membuat Lexa semakin penasaran.
"Masa sih? Ayo lagi mikirin apa?" Tanya Lexa lagi menatap curiga pada Sean.
"Lexa, ayo makan," ucap Sandra tak ingin kedua anaknya membuat keributan di meja makan.
"Iya sayang, makan ya," ucap Sean dengan nada menggodanya membuat Lexa mengepalkan tangannya seakan gemas pada Sean.
"Sean, jangan ganggu adikmu," tegur Sandra membuat Sean menghentikan Keusilannya.
"Iya Ma," ucap Sean lalu menikmati makan malamnya dengan tenang.
Suasana yang sempat ribut pun kini kembali hening. Keheningan itu hanya bertahan beberapa saat saja sebab Hendrik membuka suaranya. "Monica." Panggil Hendrik membuat Monica menegakkan kepalanya menatap Hendrik.
"Iya Om?" Sahut Monica menghentikan acara makannya.
"Apakah kamu sudah punya kekasih Nak?" Tanya Hendrik tiba-tiba membuat Monica dan semua yang ada di meja makan bingung.
"Hm, tidak Om," jawab Monica dengan apa adanya. Hendrik menganggukkan kepalanya dengan pelan membuat semua orang penasaran.
"Kenapa emangnya Om?" Tanya Monica lalu memasukkan sesuap makanan ke dalam mulutnya.
"Tidak mengapa Nak, Om hanya ingin tahu saja," jawab Hendrik membuat Monica dan yang lainnya bertanya-tanya.
Apa sih maksud Om Hendrik? Nggak jelas banget. Batin Monica lalu tak ambil pusing dengan hal itu.
Di saat Monica menikmati makanannya, tanpa sadar Arsen meliriknya sekilas. Tidak tau apa yang sedang di pikirkan pria itu, yang pasti dia sering mencuri pandang pada Monica.
"O iya Nak, Besok keluargamu akan datang ke sini. Mungkin besok pagi akan sampai soalnya mereka berangkat malam ini," ucap Hendrik membuat Monica terkejut pasalnya kedua orang tuanya tidak mengatakan apa pun padanya.
"Beneran Om?" Tanya Monica memastikan dan langsung mendapatkan anggukkan kecil dari Hendrik.
Kenapa tidak ada yang menghubungiku? Ah, pasti aku tidak bisa berlama-lama di sini. Bagaimana jika mereka mengajakmu pulang ke kampung? Malas ah! Batin Monica yang di satu sisi senang keluarganya datang ke kediaman Hendrik, namun di satu sisi iya takut di ajak pulang ke kota kelahirannya.
"Besok malam kalian semua jangan ada yang keluar, soalnya ada yang mau Papa bicarakan," ucap Hendrik yang di pahami semua orang.
Ah, acara pindahnya tertunda deh. Aku yakin pasti Papa tidak mengizinkan kami untuk pindah besok. Batin Lexa seakan dapat memprediksi hari esok.
"Memang ada hal penting apa Pa?" Tanya Lexa dengan wajah penasarannya, begitu pun dengan Sean dan Monica. Ketiganya menatap Hendrik dengan serius seakan tak sabar mendengar jawaban dari Hendrik.
"Besok malam saja kita bahas dengan keluarga Monica. Sekarang habiskan makan malam kalian dan istirahatlah," ucap Hendrik membuat Lexa, Sean, dan Monica melemas sebab kehilangan semangat.
"Papa nggak seru ih, buat kami penasaran saja!" ucap Lexa dengan bibir manyunnya membuat Hendrik tersenyum tanpa membalas perkataannya.
Good Job thor🖤