Ini adalah kisah nyata yang terjadi pada beberapa narasumber yang pernah cerita maupun yang aku alami sendiri.
cerita ini aku rangkum dan aku kasih bumbu sehingga menjadi sebuah cerita horor komedi.
tempat dimana riyono tinggal, bisa di cari di google map.
selamat membaca.
kritik dan saran di tunggu ya gaes. 🙂🙂
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita Horor Di Perkemahan II. 2
1
Namaku Puji Astuti umur 12 tahun lahir di kota Malang. Aku tinggal di desa Tebo Selatan, dekat pondok pesantren yang sedang di bangun.
Beberapa tahun yang lalu ada kecelakaan di dekat rumahku. Korban adalah ibu rumah tangga, dan anaknya yang umurnya sekitar 4 tahunan. Dia tergolong orang kaya, di buktikan dengannya dia memiliki rumah yang lumayan besar dan memiliki halaman rumah yang luas.
Di kisahkan oleh beberapa tetangga, termasuk keluargaku. Pada suatu hari, tepatnya pagi hari. Saat itu sang ibu tersebut sedang mencuci baju di dekat sumur belakang rumahnya.
Karena sedang fokus mencuci, ibu itu tidak tahu kalau anaknya itu sudah bangun tidur. Anaknya itu menyusul ibunya ke belakang. Entah apa yang terjadi selanjutnya, tiba-tiba ibu itu terkejut saat mendengar suara benda tercebur ke sumur itu.
Dan lebih terkejutnya lagi saat itu juga dia mendengar teriakan anak kecil. Dia langsung sadar kalau yang tercebur itu adalah anaknya.
Tanpa pikir panjang sang ibu pun ikut melompat kedalam sumur itu. Dia berupaya menolong anaknya. Naasnya, kejadian tersebut tidak di ketahui oleh orang lain, termasuk sang suaminya.
Hingga siang harinya, sang suami tersadar kalau saat itu dia belum bertemu dengan sang istri dan anaknya.
Singkat cerita, sang suami itu mencari istrinya. Dia pergi ke tetangga-tetangganya, dia beranggapan kalau sang istri sedang keasikan mengobrol.
Tapi, hingga sore harinya dia tidak menemukannya. Dia juga bercerita, saat sore hari itu, karena seharian kesana kemari mencari sang istri. Dia merasa sangat gerah, dan memutuskan untuk pergi mandi.
Dia melihat cucian baju yang belum selesai di kerjakan tergeletak di sana. Sesaat kemudian, pandangannya tertuju pada sumur itu. Dan benar saja apa yang dia kawatirkan, saat dia melongok kedalam sumur. Dia mendapati dua tubuh orang-orang yang dia cintai telah mengambang di dasar sumur.
Mereka kehabisan oksigen sehingga tewas di tempat.
Sang suami berteriak sekencang-kencangnya, sehingga para tetangga berlarian menghampiri dirinya. Dan didapati sang suami tersebut sudah pingsan di dekat sumur.
Tubuh sang istri bersama anaknya itu berhasil di keluarkan, dan pemakaman pun dilakukan saat itu juga.
Para tetangga menanyai kejadan tersebut. Dan tidak ada satupun percaya kalau itu adalah sebuah kecelakaan saja. Tetangga-tetangga beranggapan sang suami sengaja membunuh istri dan anaknya, dan berpura-pura mencari istrinya saat kejadian tersebut.
Alasan apa sehingga sang suami tega membunuh sang istri dan anak, tidak ada satupun yang bisa menjawabnya. Mereka menuduh atas dugaan praduga saja tanpa adanya bukti sama sekali.
Makin hari. Gosip, dan sindiran para tetangga semakin menjadi-jadi. Bahkan kali ini keluarga sang istri, juga keluarganya sendiri ikut-ikutan mencurigai dia.
Mungkin, dia merasa stres berat. Karena sudah kehilangan dua orang yang di cintainya, dia juga di tuduh membunuhnya. Tidak ada satu orang pun yang mempercayai omongannya.
Sampai di hari ketujuh kematian sang istri. Sang suami di temukan tak bernyawa di dasar sumur itu.
Ada surat wasiat. Dia menceritakan bagaimana beratnya kehilangan dua orang tercintanya. Dan bagaimana kejamnya para tetangga dan semua keluarganya telah menuduhnya telah membunuh.
Dia tidak sanggup lagi menanggung beban itu, dan memutuskan untuk menyusul kedua orang terkasihnya.
Dia pun bunuh diri.
Yang membuat hati para tetangga dan keluarganya terluka dan menyesal. Di surat wasiatnya tertulis bahwa dia telah memaafkan semua orang yang telah menuduhnya. Tanpa terkecuali.
Namun, penyesalan dua keluarga tersebut tidak berlangsung lama. Terbukti dengan adanya konflik di kedua keluarga itu.
Sebenarnya, rumah tersebut di bangun di atas tanah milik sang suami, dan di bangun dengan uang pribadi sang suami. Tapi, rumah tersebut atas nama sang istri. Sehingga keluarga sang istri lah yang menempati rumah itu. Yah, di mulai dengan drama-drama pertengkaran dua keluarga itu dulu.
Namun pengadilan memenangkan keluarga sang istri, dengan alasan surat sah rumah tersebut atas nama sang istri.
Keluarga besar istri tersebut terdiri dari. Bapak ibuk. Empat orang dewasa pasangan suami istri, dan tujuh anak dari kedua pasangan tersebut. Aku kurang tahu detailnya.
Akhirnya hari dimana keluarga sang besar sang istri pindah ke rumah itu telah tiba. Dan di mulailah kisah yang tidak masuk akal di mulai. Ya, teror horor menyelimuti rumah tersebut.
2
Hari-hari di minggu pertama tidak ada kejadian yang aneh di rumah tersebut. Masuk minggu kedua, masih aman.
Dan di minggu ketiga itulah terjadi hal-hal aneh di mulai. Bermula dari suara-suara aneh yang tidak jelas dari mana sumbernya. Hingga akhirnya, satu demi satu orang di rumah tersebut mulai melihat sebuah bayangan hitam di sebelah sumur.
Di hari pertama di minggu ke empat, salah satu anak di rumah tersebut di temukan mati di dasar sumur.
Minggu berikutnya, satu lagi, lagi dan lagi. Hinggga hanya tersisa satu orang saja, dia sang ibu. Dari penuturannya, dikisahkan bahwa. Setiap malam sebelum di temukannya korban di dasar sumur. Dari arah sumur pasti terdengar suara memanggil nama korban.
Yang mendengar suara tersebut hanya sang ibu. Hingga saat dia bercerita kepada seluruh keluarganya, mereka tidak ada yang percaya. Karena dia bercerita bahwa yang memanggi para korban adalah sang istri dari pemilik pertama rumah itu.
Singkat cerita. Karena hanya tinggal sang ibu sendirian di rumah itu. Saat dia meninggal, rumah itu tidak ada pewaris lagi. Hingga di biarkan kosong sampai hari ini.
Cerita itu terjadi saat sebelum kemerdekaan tanah air kita. Dan cerita itu pun di anggap hanya sebuah mitos belaka.
Hingga suatu hari, tepatnya sekitar lima tahun yang lalu. Ada dua orang anak kecil, aku tidak tahu siapa mereka. Karena cerita ini aku dapat dari ibuku, dan saat itu aku masih berusia tujuh tahun..
Dua anak itu kakak beradik, kakak laki-laki, dan adik perempuan tepatnya. Mereka tidak menghiraukan orang-orang dewasa untuk tidak bermain di dekat sumur itu.
Akan tetapi, mereka tidak mendengarkannya. Hingga beberapa saat setelah dia di ingatkan. Terdengar teriakan dari arah sumur itu.
Saat warga berdatangan ke tempat kejadian, sang kakak sedang menangis sambil melihat ke arah dalam sumur.
Ternyata, sang adik sudah di bawah sana. Sang kakak bercerita, sang adik tiba-tiba saja berlari lalu lompat ke arah sumur. Di karenakan ada seseorang wanita sedang memanggil nama adiknya.
Setelah bercerita seperti itu, sang kakak pingsan. Dan besok harinya, sang kakak mengalami hilang ingatan. Seolah dia tidak sadar, atau tidak tahu kalau adiknya telah meninggal. Dia selalu berbicara sendiri, seolah-olah sedang berbicara dengan adiknya. Dan aku tidak tahu bagaimana kabarnya saat ini.
Awalnya, aku tidak percaya akan cerita itu, hingga suatu hari aku mengalaminya sendiri.
Begini ceritanya.
3
Hari itu hari minggu. Aku dan adikku tidur siang setelah capek bermain. Aku tertidur begitu lelap, sampai keesokan paginya. Dan pagi harinya, matahari sudah bersinar cerah.
Karena takut telat kesekolah, aku bergegas ke sungai untuk mandi. Aku mengajak adikku juga, arena biasanya aku yang memandikannya setiap hari.
Ibuku sedang menjemur pakaian di teras rumah. Bapak sedang ngopi sambil melihatin ibuku.
“Mau kemana?” tanya bapak saat melihatku bergegas keluar rumah.
“Mau ke sungai, mau mandi.” Jawabku.
“Oh ya sudah, hati-hati.”
Di tengah perjalanan menuju sungai, aku melihat ke arah sumur tua yang aku ceritakan tadi. Terlintas di benakku, buat apa jauh-jauh ke sungai, lha disini ada sumur, sebelah sumur ada kamar mandi, yah walaupun agak kotor karena sudah lama tidak dipakai. Tapi masih bisa di gunakan.
Aku mengajak adikku kesana. Aku memandikan dia dulu, setelah itu baru aku sendiri yang mandi.
“Tak tunggu di luar ya.” Kata adikku.
“Iya, tapi jangan keluyuran lho.” Jawabku.
“Iya.” Dan dia pun berlari keluar.
Anak kecil memang terkenal bisa melihat hal-hal gaib. Termasuk adikku, dia suka berbicara, atau main sendiri.
Jadi, waktu aku mandi. Aku mendengar dia tertawa-terawa sendiri, aku biasa saja tidak berpikir yang macam-macam.
Saat aku selesai mandi, dan keluar dari bilik. Alangkah terkejunya aku saat melihat adikku sudah berdiri di pinggir sumur.
Ayo lah, nak usia 4tahunan itu tingginya berapa senti sih? Sedangkan pinggiran sumur itu tingginya hampir dua kali lipatnya adikku. Jadi kayaknya mustahil dia bisa memanjat kesana.
Akan tetapi yang aku lihat di luar nurul. Eh, nalar. Bagaimana caranya adikku bisa memanjat kesana? Sedangkan untuk naik ke atas bangku saja mesti di bantu dulu.
Tanpa pikir panjang pun dia langsung aku tarik turun.
“Kamu apa-apaan sih main naik ke atas sana?” aku memarahi dia.
“Itu, ada bibi yang memanggil aku.” Jawab dia.
“Mana?”
“Itu, di atas sumur. Katanya aku mau di ajak main.”
Aku melihat ke arah sumur tetapi aku tidak bisa melihat bibi yang di maksud adikku. Langsung saja dia aku gendong dan aku berlari pulang.
“Tuti.” Panggil seseorang dari arah sumur. Aku berhenti sejenak dan menoleh kebelakang. Dan. Astaga, ada seorang wanita berdiri persis di atas sumur tadi.
Dia memakai baju kebaya, dan rambutnya di sanggul. Jujur saja, wanita itu sangat cantik. Tapi ada yang aneh, dia tidak berdiri di atas pinggiran sumur. Melainkan melayang persis tepat di lubang sumur. “Sini nak. Aku ada mainan. Kita main bersama.”
“Ayo Mbak.” Kata adikku. “Tuh, mbak tuti juga di panggil.”
“Tidak, ayo kita pulang saja.”
“Tapi mbak.”
“Sudah diam. Pokoknya ayok pulang.”
4
“Sesampainya di rumah. Aku pun meceritakan hal itu kepada ibukku. Dan sesuai harapan kalian, aku pun di marahi habis-habisan.” Cerita Tuti panjang lebar. “Setelah itu ibuku mengatakan hal aneh padaku.”
“Hal aneh?” Tanya Udin.
“Iya, dia bilang.
‘kan sudah aku bilang, kalau sudah menjelang Maghrib itu jangan pergi ke sumur itu. Siang hari saja sudah rawan, apa lagi sore hari.’
‘sore gimana?’ jawabku. ‘aku sudah mau telat sekolah ini. Karena takut telat, makanya aku mandi disana.’
‘wah, ini anak ga bener ini. Ini sedang ngelindur ini. Bahaya ini kalau di terusin.’ kata bapakku.
‘sekarang masih sore.’ Kata ibuku
‘lho? Masa sih?’ tanyaku.
Setelah itu, dari surau terdengar adzan, dan dari situlah aku percaya kalau hari masih sore. Selanjutnya, ibuku mewanti-wanti kepadaku untuk tidak main lagi, atau apalah keperluanku, ke sumur itu.” Lanjut Tuti masih panjang dan lebar.
“Memang ya” kataku. “Anak kecil itu bisa melihat hal-hal gaib, sperti ad......”
“Kamu juga bisa melihatnya kan?” Kata Efi memotong kata-kataku.
“Hehehe, iya ya. Tapi akhir-akhir ini sudah tidak kok. Mungkin setannya sudah bosan sama aku.”
“Hus. Ingat Yon. Setan jangan di becandain.” Kata Efi.
“Iya, iyaaa. Terus setelah itu gimana kelanjutannya Tut.?
“Aku sudah ga pernah kesana lagi.” Jawab Tuti. “Yang pasti, rumah itu sekarang di bangun ulang. Mau di jadikan pondok pesantren. Kalau sumurnya? Kayaknya masih di pakai sama mereka.
Sudah. Kayaknya segitu saja ceritaku. Maaf, ceritanya mirip kisah-kisah telenovela ya?”
“Bukan telenovela. Kayaknya malah mirip sinetron-sinetron azab di Indosiar deh. Apa lagi yang pertengkaran di rumah tangganya itu. Hehee.”
“Selanjutnya giliranku yang bercerita.”
silahkan komen, dan share. tengkyu ferimat. 😁😁