Perfect Husband

Arga tergelincir ke samping jalanan, untung saja jalanan tidak terlalu ramai. Arga menoleh ke arah mobil yang sudah menyerempetnya. "Itu 'kan mobil Fabby, kenapa dia melakukan ini?" batin Arga dengan meringis kesakitan.

Tangan Arga berdarah dan jaket yang dia pakai sampai sobek. Fabby memang keterlaluan, bagaimana kalau Arga sampai mengalami luka parah. Tapi masih untung, Arga hanya mengalami luka ringan.

"Bagaimana aku bisa membawa motor ini, tangan aku sakit banget," lirih Arga sembari meringis kesakitan bahkan Arga tidak bisa bergerak karena kaki Arga tertimpa oleh motornya sendiri.

Tidak lama kemudian, orang-orang mulai berdatangan karena melihat Arga yang kesusahan untuk menyingkirkan motornya dari kakinya. Seseorang memanggilnya ambulance dan Arga pun langsung dibawa ke rumah sakit terdekat. Sementara itu, Fabby sampai di rumah neneknya.

"Arga mana?" tanya Nenek Andin ketika Fabby masuk ke dalam rumah.

"Mana Fabby tahu," dusta Fabby.

"Biasanya Arga jam segini sudah pulang, kok sekarang dia belum sampai ya," ucap Nenek Andin.

"Yang cucu nenek itu aku apa Arga? kenapa nenek begitu khawatir sama dia?" kesal Fabby.

"Sekarang Arga sudah menjadi cucu nenek juga jadi wajar jika nenek khawatir," sahut Nenek Andin.

Fabby semakin kesal kala neneknya lebih perhatian kepada Arga dibandingkan dengan dirinya. "Tunggu saja sampai pulang, paling si Arga sudah mati," gumam Fabby sembari melengos naik ke kamarnya.

"Apa kamu bilang, Fabby?" teriak Nenek Andin.

"Tidak ada, nenek salah dengar," sahut Fabby dengan teriak juga.

Fabby pun masuk ke dalam kamarnya, lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. "Mudah-mudahan saja si Arga benci sama aku dan meminta cerai," gumam Fabby.

Fabby bisa dibilang sangat kejam karena sudah membuat Arga celaka. Memang tujuan dia melakukan itu supaya Arga marah dan benci kepadanya hingga akhirnya dia akan menceraikan Fabby. Sementara itu, Arga segera mendapatkan penanganan di rumah sakit dan kedua orang tua Arga langsung menuju rumah sakit kala mendengar putra semata wayangnya masuk rumah sakit.

"Ya Allah Nak, kamu kenapa?" tanya Mama Liliana panik.

"Tadi Arga kecelakaan Ma, Arga ngantuk dan tidak sengaja nabrak pembatas jalan," dusta Arga.

"Kok bisa kamu ngantuk seperti itu? tidak biasanya, apa selama ini kamu kurang tidur?" tanya Mama Liliana heran.

"Tidak, Arga ngantuk saja," sahut Arga.

Alan memperhatikan wajah putranya itu dan Arga langsung memalingkan wajahnya. Arga memang paling tidak bisa berbohong kepada papanya karena papanya tahu akan hal itu. "Ma, kamu urus administrasinya dulu," ucap Papa Alan.

"Baik, Pa." Liliana pun segera keluar dari ruangan rawat Arga untuk melakukan administrasi.

Alan menghampiri Arga. "Kenapa lagi kamu sama Fabby?" tanya Papa Alan tanpa basa-basi.

"Tidak kenapa-napa, Pa," sahut Arga.

"Jangan bohong, ini bukan kecelakaan tapi kesengajaan, iya 'kan?" tebak Papa Alan.

"Apaan sih Pa, Arga benar-benar kecelakaan," sahut Arga.

"Kalau kamu sudah tidak kuat menikah dengan Fabby, lebih baik kamu lepaskan saja. Lagipula, kamu itu seperti tidak ada harga dirinya di hadapan Fabby," kesal Papa Alan.

"Siapa bilang Arga tidak kuat? Papa 'kan tahu, Arga menunggu bisa menikahi Fabby itu sampai belasan tahun bagaimana bisa sekarang Arga melepaskan Fabby begitu saja. Fabby memang tidak mencintai Arga tapi Arga yakin, suatu saat nanti Fabby akan luluh sama Arga." Arga berusaha membela Fabby walaupun yang sudah membuatnya masuk rumah sakit adalah Fabby.

"Padahal banyak wanita yang suka sama kamu, tapi kenapa kamu tetap saja bertahan dengan wanita yang jelas-jelas tidak mencintai kamu."

"Tapi Arga sangat mencintai Fabby, Pa. Arga tidak peduli jika Fabby tidak mencintai Arga yang jelas sekarang Arga akan berusaha membuat Fabby bahagia dan balik mencintai Arga," kekeh Arga.

Alan menghembuskan napasnya dengan kasar, ia sama sekali tidak mengerti dengan pola pikir putranya itu.

***

Malam pun tiba, seperti biasa Fabby sedang mengerjakan pekerjaannya di kamarnya. Sedangkan Andin terlihat sangat kaget kala mendengar berita Arga masuk rumah sakit.

"Fabby, ayo ikut nenek ke rumah sakit," ucap Nenek Andin sembari masuk ke dalam kamar Fabby.

"Mau ngapain ke rumah sakit?" tanya Fabby.

"Arga masuk ke rumah sakit, katanya dia kecelakaan. Apa Arga tidak mengabari kamu?" tanya Nenek Andin.

Seketika susah payah Fabby menelan salivanya, dia takut jika Arga akan memberitahukan yang sebenarnya kepada neneknya itu.

"Ti-tidak, Arga tidak memberitahu apa-apa," sahut Fabby gugup.

"Cepat ganti baju, kita ke rumah sakit sekarang," perintah Nenek Andin.

"Tapi Fabby sedang banyak pekerjaan, Nek," sahut Fabby.

"Astaga, suami masuk rumah sakit bukanya khawatir malah lebih mementingkan pekerjaan. Pokoknya nenek gak mau tahu, cepat ganti baju dan nenek tunggu kamu di bawah!" tegas Nenek Andin.

Andin pun dengan cepat keluar dari dalam kamar Fabby. "Sial, kalau sekarang aku ke rumah sakit ngapain tadi aku capek-capek buat Arga celaka," gerutu Fabby.

Fabby tidak ada pilihan lain, akhirnya dia pun terpaksa mengganti bajunya dan ikut ke rumah sakit. Malam itu Fabby sendiri yang mengendarai mobilnya dan Andin terlihat sangat khawatir dengan keadaan Arga.

"Bagaimana reaksi nenek, jika nanti Arga memberitahukan yang sebenarnya?" batin Fabby cemas.

Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya mereka pun sampai di rumah sakit. "Ayo, cepat Fabby," ucap Nenek Andin khawatir.

"Iya, tunggu sebentar Nek," sahut Fabby dengan kesalnya.

Keduanya sampai di depan ruangan rawat Arga dan segera masuk. Kedua orang tua Arga langsung menyambut kedatangan Andi dan menantunya itu. Liliana memeluk Fabby membuat Fabby kaget dan membelalakkan matanya.

"Kamu bagaimana kabarnya, Nak?" tanya Mama Liliana.

"Ba-baik."

"Arga, kamu kok bisa kecelakaan sih? kenapa kamu tidak hati-hati," ucap Nenek Andin cemas.

Arga melirik ke arah Fabby dan Fabby dengan cepat melotot, itu sebagai pertanda kalau Arga jangan bilang yang sebenarnya kepada Andin. "Tadi Arga ngantuk Nek, jadi Arga nabrak pembatas jalan," dusta Arga dengan senyumannya.

"Ya Allah, makanya kalau ngantuk lebih baik kamu istirahat dulu jangan melanjutkan perjalanan," ucap Nenek Andin.

"Iya Nek, lain kali Arga akan lebih berhati-hati lagi," sahut Arga.

Fabby menghembuskan napasnya dengan lega. "Malam ini biar Fabby saja yang menjaga Arga," ucap Nenek Andin.

"Apa? Nek, Fabby banyak kerjaan gak bisa jagain Arga," tolak Fabby.

"Tidak apa-apa, Arga biar kami saja yang jaga," ucap Papa Alan.

"Tidak, kita semua lebih baik pulang biar Fabby yang jaga Arga, dia 'kan istrinya Arga jadi dia wajib menjaga suaminya," ucap Nenek Andin.

"Nek," rengek Fabby.

"Tidak ada bantahan, malam ini kamu jagain Arga di sini!" tegas Nenek Andin.

Fabby tidak bisa membantah ucapan Neneknya, sedangkan Arga tampak menahan senyumannya. "Nenek memang paling best," batin Arga.