Menikah karena perjodohan orang tua, tidak menghalangi cinta antara Farrel dan Anastasya. Namun, hubungan yang tadinya sudah indah harus hancur berkeping-keping karena pemuda itu lebih mementingkan sahabat, daripada Tasya istrinya sendiri. Sehingga tidak tahu bahwa istrinya mengidap penyakit mematikan. Segalanya terbongkar setelah Tasya mengalami kecelakaan bermotor yang hampir menghilangkan nyawa gadis itu. Hal itu pula membuat Tasya koma hingga bertahun-tahun lamanya.
Bagaimanakah kisah rumah tangga pasangan remaja tersebut? Akan kah Farrel dan orang tua Anastasya menyesal sudah mementingkan hal lain daripada gadis malang tersebut? Jangan lupa tinggalkan jejak biar Mak Autor semagat nulisnya ya🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenab Usman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lebih Sakit.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
...HAPPY READING......
.
.
"Farrel, Elo lagi melihat apa?" tanya Renata mengikuti arah pandangan mata laki-laki yang dia cintai. "Astaga! Itukan Tasya? Ayo kita kesana?" suara Renata yang nyaring membuat Tasya menoleh ke sumber suara. Ketahuilah, apa yang terjadi disengaja oleh Renata yang berniat untuk memperkeruh permasalahan dalam rumah tangga kedua insan manusia tersebut.
Deg!
"Ya Tuhan, kenapa rasanya sakit sekali bila dibandingkan dengan penyakit yang aku rasakan saat ini. Mau apa mereka berdua datang ke sini?"
Gumam Tasya langsung berdiri bersama Dion, bos sekaligus teman masa kecilnya. Mereka masih berhubungan baik sebagai sahabat, tapi tidak dekat seperti Renata dan Farrel.
"Wah, Farrel, ada apa? Apakah kalian membutuhkan bunga? Jika iya ada banyak pegawai gue yang bisa melayani kalian," sapa pemuda bernama Dion, karena dialah pemilik toko bunga tersebut.
"Dion, biar gue---"
Shuit! Elo makan siang dulu bersama gue." sela Dion menahan pergelangan tangan Tasya cepat. Dan mata Farrel melirik pada tangan laki-laki lain yang sudah memegang tangan istrinya. Padahal dia sendiri juga lagi bergandengan mesra bersama Renata.
"Tidak gue sangka akan seberuntung ini. Hahaha... Tamat deh riwayat Elo di mata Farrel, Tasya. Gadis udik! Suruh siapa bersaing sama gue yang sudah memiliki Farrel jauh sebelum kalian menikah."
Gumam Renata tersenyum kecil. Tadinya dia hanya ingin memamerkan kedekatan dia dan Farrel karena tahu dari temannya bahwa Tasya bekerja di toko bunga tersebut dan tidak tahunya toko yang selalu ramai oleh pengunjungnya adalah milik Dion. Rival Farrel ketika bertanding Bola Basket.
"Oh, jadi Elo sudah membuka bisnis jual bunga-bunga segar, Dion. Kebetulan sekali, gue tidak tahu jika tempat ini milik, Lo. Bisa katakan pada pegawainya untuk menyediakan bunga lili warna putih." jawab Farrel membalas ramah. Lalu karena ingin membuat Tasya sakit hati, dia menarik lembut tangan Renata sambil berkata.
"Selain bunga lili, Elo mau membeli yang mana lagi? Agar sekalian kita sudah tangung jauh-jauh datang ke sini." Tawarnya tidak berniat menanyakan sedang apa istrinya berada di tempat itu. Jika tidak ingin orang lain tahu hubungan diantara mereka berdua, Farrel bisa menyapa Tasya sebagai teman satu sekolahan. Karena gadis itu masih memakai seragam sekolah.
"Benarkah gue boleh membeli bunga kesukaan gue sekalian?" seru Renata hanya tinggal melanjutkan dramanya. Dia semakin merangkul erat tangan Farrel.
"Tentu saja. Apa yang tidak jika untuk Elo, Re," jawaban Farrel membuat Tasya menarik nafasnya dalam-dalam. Dia sekuatnya meredam rasa cemburu yang terasa begitu menusuk relung hatinya paling dalam
"Ternyata, gue yang salah melabuhkan hati ini. Gue kira dia pengobat setelah gue merasa kecewa oleh sikap cuek papa dan mama. Namun, gue salah karena kehadirannya justru membuat hati gue semakin terluka."
Dengan pelan Tasya berbalik badan. Dia kembali duduk untuk menikmati makan siang bersama Dion karena pemuda itu tahu bahwa Tasya belum makan siang. Meski selera makannya sudah hilang, tapi demi menghindari Farrel dan Renata, dia paksakan untuk menelan makanannya.
"Gue hanya merintis usaha kecil-kecilan, Rek. Tidak ada bandingannya jika dibandingkan dengan Showroom mobil milik Elo yang sudah ada di beberapa tempat." kata Dion baru menjawab pertanyaan Farrel. Membuat Tasya kembali bergumam sendiri.
"Sudah hampir satu tahun lebih kita menikah, Rel. Dan gue tidak pernah tahu bahwa Elo punya bisnis jual mobil. Pantas saja Elo selalu banyak uang. Dan ingin menafkahi gue dengan uang Lo sendiri. Ternyata gue memang nggak pernah berharga dan berarti apa-apa bagi Lo, seorang suami yang seharusnya jujur kan pada istrinya. Karena meskipun uang Lo banyak, gue juga tidak akan memintanya."
Batin Tasya semakin merasa di kecewakan oleh Farrel. Apalagi tindakan pemuda itu yang dengan sengaja menggandeng mesra Renata dan tidak menegurnya pula. Seolah-olah mereka hanyalah orang lain yang tidak saling kenal.
"Showroom Lo yang ada di luar ibukota bagaimana, Rel? Astaga! Kenapa gue bisa lupa pada hal itu," timpal Renata karena sejauh ini dia memang mengetahui banyak hal tentang sahabatnya itu. Bahkan Renata juga tahu Farrel tidak memberitahu istrinya tentang bisnis yang sudah dia kerjakan dari kelas sebelas.
"Berjalan cukup lancar," jawab Farrel yang hanya bisa melihat punggung istrinya. Dia berpikiran bahwa Tasya takut padanya karena sudah ketahuan selingkuh. "Ayo kita bayar dulu jika bunganya sudah siap!" ajaknya lagi. "Dion, terima kasih ya sudah menyambut kedatangan kami berdua. Maaf sudah menganggu waktu kalian berdua." Farrel sengaja menekankan kata kalian berdua. Tujuannya tentu untuk menyinggung Tasya. Tanpa dia ketahui, jika Tasya sudah tidak ingin ambil pusing lagi tentangnya.
"Ya, justru Gue yang berterima kasih pada kalian berdua, karena sudah berbelanja di toko bunga Gue," jawab Dion tersenyum ramah, karena dia tidak tahu ada hubungan apa antara Tasya dan Farrel. Yang pemuda itu ketahui hanyalah, mereka berdua satu sekolahan. Berbeda cerita dengan Renata, dia tahu bahwa hubungan Farrel tidak baik-baik saja dan itu karena dirinya. Namun, justru dengan sengaja dia memperkeruh suasana.
"Farrel, sorry! Gue benar-benar tidak tahu jika---"
"Elo tidak bersalah karena ajakan Lo, gue menjadi tahu apa yang Tasya lakukan setiap harinya. Sudahlah, tidak usah dibahas karena hanya hal yang tidak penting," sela Farrel karena nanti dia akan membicarakannya saat sudah tiba di rumah.
"Jadi karena sudah menerima uang dari Dion, Elo nggak mengunakan uang pemberian gue dan papa, Sya. Elo benar-benar keterlaluan! Gue kira diamnya Elo membuat keributan, karena sudah berubah. Nyatanya gue salah besar."
Gumam Farrel di dalam hatinya yang berkecamuk. Ingin dia menarik paksa tangan Tasya untuk diajak pulang bersamanya. Namun, karena tidak ingin mengecewakan Renata, pemuda itupun harus bersabar hingga petang tiba. Gara-gara bertemu Tasya tanpa sengaja membuatnya lupa bahwa tadi menemukan kertas dari rumah sakit.
Setelah menemani Renata ke makam mamanya. Farrel mengantarkan sahabatnya itu pergi ke tempat yang biasa mereka kunjungi hingga tidak terasa waktu begitu cepat berlalu. Karena sudah berjanji akan menginap di rumah orang tuanya, Farrel langsung saja pulang ke sana. Namun, saat tiba di rumah kediaman orang tuanya, dia belum melihat jika mobil milik Tasya sudah tiba. Padahal tadi pagi gadis itu sendiri yang mengatakan akan datang dengan kendaraannya sendiri.
"Kemana lagi dia si pembuat masalah?"
Tanya Farrel pada dirinya sendiri yang tidak lagi menyebutkan kata mine, atau nama istrinya. Mungkin karena terlalu kesal. Entahlah! Hanya Farrel sendiri yang tahu.
"Selamat sore, Tuan Muda. Anda sudah datang. Kebetulan sekali karena sejak tadi Nyonya menunggu kedatangan kalian," sambut bibi pelayan saat membuka pintu utama.
"Tasya, Elo benar-benar ya. Lihatlah, mama sudah menunggu kedatangan kita dan Elo masih asik berpacaran di luar sana."
Maki Farrel semakin kesal pada sang istri. Padahal saat ini Tasya bukannya berpacaran, melainkan lagi bekerja merangkai bunga. Gadis itu sengaja mencari pekerjaan agar bisa menghibur dirinya sendiri.
...BERSAMBUNG......
klo udh begini semua pada nyesel..
kmarin² kmana aja d saat tasya butuh perhatian udh nggk ngasih perhatian malah d katain anak gk berguna kna tampar pula..
biar Farrel merasakan mengejar cinta Tasya, dan orang tuanya pun sama
sekarang waktunya buat lu nyesel atas semua perbuatan lu, dah punya istri malah di abaiin demi cewek yg bukan tanggung jawablu rel
lo marah letika tasya sama sahabat Cowoknya tp lo ngk sadar sikap lo lebih parah... walau sahabatlo mau bunuh diri itu bukan urusan lo, bisa kan minta tolong org lain...