Memasuki pertengahan era millenium, dunia berada didalam huru-hara kontradiksi kepentingan para ilmuwan antara memilih demi planet bumi atau antariksa?
Alexey, seorang ilmuwan muda, mendalami sebuah penelitian setelah kasus ayahnya yang hilang secara misterius yang mengarahkan dirinya menuju dimensi kosmos dan akibatnya pada fisika modern.
Bersama dalam satu tekad demi jawaban ilmu pengetahuan astrofisika, namun segelintir ilmuwan mengakhiri ambisinya. Hingga mereka berada dalam puncak konflik, yang mengakhiri segala-galanya.
Apa jawaban untuk mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D. Septian D, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22: Langkah Pertama
Hari menjelang malam di Moskow, Federasi Rusia.
Cuaca yang mendung dan berangin kencang, melembabkan kota yang semakin gelap dan sepi. Saat cahaya di langit semakin redup, sebuah bangunan biasa berdiri kokoh di pinggiran kota, nampak hal biasa saja, tetapi yang punya bukanlah hal yang biasa.
Di dalam bangunan tersebut, Dr. Dimitri berdiri di depan jendela besar yang tak nampak cahaya yang terlihat dari luar. Sosok yang tampak samar-samar di balik jendela, disertai suara gemuruh angin yang menambah kesan mencekam. Tangannya menggenggam handphone miliknya, berbicara dengan nada penuh rahasia dan kekuasaan. Suasana di dalam ruangan dingin dan gelap, diisi oleh cahaya lampu redup yang menyala dari dalam ruangannya.
Dr. Dimitri memandang ke luar jendela dengan ekspresi yang dingin, tatapan yang tajam dan penuh perhitungan, sementara suara teleponnya mengisi ruangan dengan dialog yang penuh intrik.
“Periksa semuanya!” kata Dr. Dimitri dengan nada dingin. “Reynolds sudah mati. Semua tetap berlanjut.”
Di ujung telepon, suara agen COSPAR di NASA terdengar, penuh ketegangan. “Kami sudah mendengar banyak hal tersebut. Terus sekarang apa?”
“Langkah selanjutnya adalah... Bereskan ketiga ilmuwan itu,” jawab Dr. Dimitri. “Tidak ada celah untuk mereka, meskipun mereka lari sampai ke ujung dunia sekalipun.”
“Bagaimana di Roskosmos?” tanya agen itu. “Sejak lama tidak ada satupun kabar dari arah timur yang keluar, apakah telah beres lebih cepat?”
Mendengar pertanyaan itu, Ia pun langsung tersenyum sinis, "Tidak ada yang terlewatkan dari negeri beruang ini... Dan kamu... tidak perlu tahu apa yang terjadi... disini."
"Baik." balas agen tersebut.
"Dr. Fritz telah melakukan pekerjaan dengan baik. Saya salut padanya... luar biasa bukan?, Jadi, saya tidak perlu repot-repot merapikan halaman dan tempat tidurku di Eropa... Hah.. Hahaha... Hahahaha... Hahahaha..." kata Dr. Dimitri dengan nada sombongnya.
Setelah percakapan berakhir, Dr. Dimitri meletakkan telepon dengan ekspresi puas dan lega. Seperti sosok monster yang telah memburu mangsanya.
Ia beralih ke meja kerjanya, di mana peta dan dokumen rahasia tersebar. Dengan pikir panjangnya, ia mulai merencanakan langkah-langkah berikutnya, tatapan matanya menunjukkan tekad gelap dan ambisi yang tak tergoyahkan.
Malam itu Ia pergi ke kantor pusat Roskosmos. Suasana di ruangan itu gelap dan dingin, dengan lampu redup yang hanya menerangi bagian-bagian penting dari ruangan. Ditengah ruangan terdapat Dr. Maximov yang telah duduk di kursi besar yang tampak kokoh, menghadap meja dengan santainya.
Tak lama kemudian Dr. Dimitri masuk kedalam ruangan, dengan ekspresi dingin, ketegasan, dan aura menakutkan. Bagaikan malaikat maut yang datang ikut bertamu. Dr. Maximov membalasnya dengan tatapan skeptis. Ia melihat raut wajah Dr. Dimitri seperti orang yang baru saja ditagih utangnya. Sambil menunggu penjelasan lebih lanjut tentang apa yang akan dibahas olehnya.
“Terima kasih telah meluangkan waktu,” kata Dr. Dimitri, memulai percakapan dengan nada yang penuh perhitungan. “Saya tahu pertemuan ini sebenarnya penting, tapi kita cukup santai saja.”
“Apa yang Anda inginkan, Dimitri?” tanya Dr. Maximov dengan nada tajam. “Saya berharap ini bukan hanya tentang mengacaukan pekerjaan yang tidak relevan.”
“Haha...Tentu tidak,” jawab Dr. Dimitri. “Kita berada di jalur yang sangat penting. Kami dan Roskosmos harus bekerja sama untuk memastikan bahwa pengetahuan ilmiah tidak keluar dari kendali yang lebih jauh. Sesuatu yang disebut dengan ranah dalam agenda.”
Dr. Maximov, yang tampak sedikit bingung namun tertarik, menanyakan lebih lanjut. “Apa yang Anda mau?”
“Lebarkan sayapmu, Roskosmos,” kata Dr. Dimitri dengan penuh keyakinan.
“Sebenarnya ini tidak perlu dibicarakan lagi setelah kita membereskan Dr. Sofia dengan keluarganya. Apakah kamu merasa tertekan dan tidak nyaman? Jika perlu, mengapa berhenti?... Maximov... Kamu juga menghadiri acara itu di Prancis bukan? Ayolah..." lanjut dengan santainya didepan Dr. Maximov.
"Oh... Tentu-.."
"Tentu ya... tuan?" potong Dr. Dimitri dengan sok lembut.
"Tidak... Langkah yang lalu sudah lebih dari cukup. RSA adalah satu-satunya lembaga independen. Rasanya terlalu berdosa membohongi bawahanku sendiri... Apalagi pria itu..." tegas Dr. Maximov.
Raut wajah Dr. Dimitri berubah cemberut mendengar penolakan itu, namun Ia terus mencoba membujuknya kembali.
Dr. Dimitri tersenyum tipis, "Yaa... Saya tahu itu. RSA, harta karunmu yang berharga bukan? Tapi jika kamu menolaknya, Dr. Maximov... Kamu dan RSA akan tertutup selamanya oleh COSPAR."
Dr. Maximov tertegun. Ia merasa di skakmat olehnya, hingga tak bisa memilih maju ataupun mundur. Namun ia berpikir untuk melawannya, tetapi ia mengingat Dr. Dimitri adalah sosok yang kuat dibalik bayangan.
"Bagaimana?... Jangan berharap untuk berpindah posisi. Ingatlah, menteri dalam catur tak dapat dikira kemana arahnya." ujar Dr. Dimitri.
Ia pun dengan terpaksa menerimanya, "Baiklah... Tetapi..."
"Tapi apa? Sudahlah Maximov, saya jamin itu." balasnya kembali. "Oh ya... Pria yang kamu maksud itu... cukup menarik. Siapa nama pria itu?"
"Novasky." jawab Dr. Maximov.
"Novasky? Baiklah. Jangan khawatir, saya hanya bertanya saja." ucap Dr. Dimitri.
Dr. Dimitri beranjak dari santainya, memakai jubah dan jas beserta lencana-lencana dipakaiannya. Dr. Maximov melihatnya merasa tertekan dibuatnya, meskipun hanya berbincang sebentar.
Dr. Dimitri memberikan ucapan terimakasih dan memberikan sebuah koper yang berisi uang sebanyak dua juta dollar dengan langsung pada Dr. Maximov tanpa dimintanya.
Dengan tatapan penuh kepuasan, Dr. Dimitri keluar dari ruangan, meninggalkan Dr. Maximov yang masih tampak merenung. Suasana di ruangan tersebut semakin mencekam, terasa seperti ancaman yang tak tertangkap sedang menyelimuti ruang di sekelilingnya.
Dr. Dimitri melanjutkan rencananya dengan keyakinan penuh, bertekad untuk mengendalikan setiap aspek dari penelitian ilmiah dunia. Huru-hara bersiap bangun tidurnya.