ZAVIER

25 menit dokter menangani Zavier, kini dokter pun keluar dari ruangan.

Saat melihat dokter keluar ruangan, Kanaya dan kedua temannya, serta keempat anggota Skanetra pun langsung menghampiri dokter tersebut.

"Gimana dok keadaan kak Zavier?" Tanya Kanaya dengan khawatir.

"Untuk saat ini pasien belum sadarkan diri, mungkin efek dari benturan ke aspal. tetapi lukanya tidak terlalu serius, hanya saja darah pasien berkurang lumayan banyak. mungkin dalam waktu beberapa ke depan pasien akan sadar" Jelas dokter yang baru saja menangani Zavier.

Kanaya mengangguk, bersyukur Zavier tidak memiliki luka yang serius.

"Untuk administrasinya bisa segera di urus dan setelah itu pasien akan di pindahkan ke ruang rawat inap. kalian yang mau menjenguk, harap tenang dan tidak berisik!" Ucap lagi dokter tersebut.

"Baik dok, terimakasih"

Dokter pun pergi menjauh dari hadapan mereka.

"Lo hubungin bapaknya Zavier" Ucap Raga kepada Bara, dan cowo itupun mengangguk.

Bara pun pergi menjauh untuk menghubungi Farhat.

Mereka semua pun masuk untuk melihat Zavier, kecuali Bara yang masih menelpon.

Tangis Kanaya pecah lagi setelah melihat keadaan Zavier yang terbalut perban putih, apalagi bagian kepalanya yang sempat terbentur aspal.

"Kak bangun, jangan kaya gini!" Ucap Kanaya disela tangisnya sambil menggoyangkan lengan Zavier.

"Maafin gue kak, harusnya gue yang ketabrak bukan lo" Lanjut Kanaya.

Riana dan Erika mengusap baju Kanaya untuk menenangkannya.

"Nay udah, kak Zavier juga pasti sedih kalo liat lo begini!" Kata Riana.

Kanaya menggeleng. "Nggak ri, ini semua salah gue, kak Zavier kaya gini gara-gara gue!" Ucapnya.

Riana merangkul Kanaya. "Ini bukan gara-gara lo, ini udah takdir nay, terpenting sekarang lo berdoa supaya kak Zavier cepet sadar dan pulih" Ucapnya.

"Gue yakin kak Zavier kuat, lo tenang aja nay" Timpal Erika seraya mengusap lengannya.

Setelah menghubungi Farhat, Bara pun langsung menghampiri teman-temannya.

"Om Farhat lagi diluar kota, tapi dia usahain malem ini pulang. sebelum dia sampai disini, dia titipin Zavier ke kita" Ucap Bara setelah menghubungi Farhat.

"Administrasinya biar nanti gue yang urus" Lanjut Bara.

Semuanya mengangguk.

Kini Bara beralih menatap Rian. "Yan, lo ikut gue!" Ucapnya. "Kalian berdua tetep disini!" Lanjut Bara dan diangguki oleh Bagas dan Raga.

Bara dan Rian segera pergi meninggalkan ruangan Zavier, namun tangan Bara ditahan Riana.

"Kamu mau kemana?" Tanya Riana khawatir. karena dapat ia tebak bahwa kekasihnya itu akan mencari orang yang sudah menabrak Zavier. bagaimana jika orang itu jahat? atau bagaimana jika orang itu mencelakai Bara? ah Riana sudah tak sanggup membayangkan.

"Ada urusan sebentar, nanti aku kesini lagi" Jawab Bara dengan lembut seraya mengusap pelan pucuk rambut sang kekasih.

"Hati-hati" Ucap Riana.

Bara menanggapinya dengan anggukan dan senyuman manis.

Bara keluar dan Rian mengekorinya dari belakang.

Setelah kepergian Bara dan Rian, beberapa menit kemudian datang perawat rumah sakit ke ruangan Zavier.

Tok....tok....tok

Ceklek!

"Permisi, pasien atas nama Zavier sudah dapat dipindahkan ke ruang rawat inap. mari saya bantu perpindahannya" Ucap perawat tersebut.

Semua yang ada disana pun menatap perawat itu.

"Baik sus, silahkan" Ucap Riana memberikan jalan untuk mempermudah proses pemindahan Zavier.

*****

(Ruang rawat inap)

"Jika butuh bantuan mohon pencet bel yang ada di dekat nakas, kalo begitu saya permisi" Pamit perawat tersebut.

"Baik, terimakasih sus"

Perawat itu mengangguk kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.

"Gue balik duluan ya, tante gue nelponin mulu" Erika tampak gelisah.

"Gapapa lo pulang aja, biar gue yang temenin Kanaya" Ucap Riana.

Erika mengangguk. "Yaudah gue pulang duluan ya" Pamit Erika.

"Hati-hari er!" Teriak Riana setelah Erika melenggang pergi.

Setelah kepergian Erika, Riana pun mengajak Kanaya duduk disofa.

*****

Tak terasa hari kian menggelap. jam menunjukkan pukul 7 dan kini Bara dan Rian sudah kembali ke rumah sakit.

Mereka berdua sudah berada diruang rawat inap Zavier setelah Riana mengirimkan pesan bahwa Zavier sudah pindah ruangan.

Bara berjalan menuju kekasihnya. "Ayo, aku anter kamu pulang" Ucapnya kepada Riana dan diangguki langsung olehnya.

"Lo juga mending pulang, biar kita yang temenin Zavier" Ucap Raga kepada Kanaya.

Kanaya menggeleng. "Enggak kak, gue mau disini sampe kak Zavier sadar" Tolak Kanaya.

"Nay, lo juga harus istirahat. lagian kan besok pulang sekolah kita bisa kesini lagi" Ucap Riana.

"Iya, udah lo pulang aja. gak usah khawatir Zavier gapapa, dikit lagi dia sadar" Timpal Bagas.

"Tapi gue masih pengen disini, nemenin kak Zavier!" Kanaya bersikeras menemani Zavier. karena ia pikir itu semua gara-gara dirinya.

"Ck, jangan batu!" Decak Rian. "Ayo, gue anter pulang!" Lanjutnya.

Mau tak mau akhirnya Kanaya pun pulang diantar Rian.

Sebelum itu, Kanaya berjalan mendekati ranjang Zavier. "Gue pulang ya kak, besok kesini lagi. tapi janji lo harus bangun besok!" Pamit Kanaya.

*****

Setelah mengantarkan Riana dan Kanaya, Bara dan Rian pun segera kembali ke rumah sakit.

"Belum ada clue tentang penabrakan Zavier?" Tanya Raga menatap Bara dan Rian secara bergantian.

"Tadi gue sama Bara udah coba cek cctv halte dan mobilnya kaya gak asing menurut gue" Jawab Rian. "Gue kaya pernah liat, tapi dimana ya?" Lanjut Rian sambil mengingat-ingat.

"Lo punya rekaman cctv nya gak?" Kali ini Bagas yang mengeluarkan suaranya.

Bara mengangguk kemudian mengeluarkan ponselnya dan mencari video cctv yang ia simpan tadi. "Gue punya" Ucap Bara.

Kemudian Bara menunjukkan video itu kepada Raga dan Bagas.

"Bangsat, ini mobil yang pernah gue liat diparkiran sekolah!" Bagas sangat yakin bahwa mobil itu sering ia lihat diparkiran sekolah, dan mobil itu memiliki stiker mahkota disebelah kanannya.

"Lo yakin?" Tanya Raga.

Bagas mengangguk dengan penuh keyakinan. "Yakin gue, bahkan motor gue pernah parkir disamping mobil itu. tapi gue gak pernah liat orang yang masuk ke dalam mobil itu" Jawab Bagas.

"Besok, kita cari tau!"