NovelToon NovelToon
Mertua Adalah Maut

Mertua Adalah Maut

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Pihak Ketiga
Popularitas:20.4k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Andini adalah seorang istri yang sudah menikah dengan suaminya yang bernama Fikhi selama 8 tahun dan mereka sudah memiliki dua orang anak yang masing-masing berusia 8 dan 6 tahun. Fikhi adalah suami yang setia dan tak pernah bermain api dengan wanita lain namun Andini merasa bahwa cobaan rumah tangganya bukan dari orang ketiga melainkan mertuanya yang bernama Ismi. Wanita tua itu sejak awal tak suka pada Andini, awalnya Andini tak mau ambil pusing dengan sikap mertuanya namun Fikhi tak pernah bersikap tegas pada Ismi yang membuat wanita tua itu sewenang-wenang padanya. Puncak kesabaran Andini adalah ketika Ismi yang meminta Fikhi menikah lagi dengan Nadine, wanita pilihannya untuk memiliki cucu laki-laki. Arini memberikan pilihan pada Fikihi, memilih dia dan anak-anak atau mereka berpisah saja karena Andini sudah tak tahan dengan sikap Ismi. Bagaimana akhir kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tuduhan yang Membuat Sakit Hati

Fikhi bisa melihat ada nama Nadine di sana yang entah apa maksud dan tujuan wanita itu menghubunginya saat ini. Fikhi malas untuk meladeni wanita itu dan memutuskan untuk mengabaikan saja panggilan dari Nadine namun rupanya Nadine tak pantang menyerah dan terus saja mencoba menghubungi Fikhi sekaligus mengirimkan beberapa spam pesan. Fikhi sendiri nampak jengah dengan apa yang dilakukan oleh wanita itu. Ia kemudian memblokir nomor Nadine karena dirasa sudah sangat mengganggu, rupanya wanita itu sama sekali tak kehabisan akal dan masih saja mencoba menghubungi Fikhi dengan nomor yang lain.

"Siapa ini?"

"Ini aku."

Fikhi yang hendak langsung menutup sambungan telepon ini langsung mendapatkan respon dari Nadine.

"Tolong jangan dimatikan dulu! Aku masih ingin bicara denganmu!"

"Tidak ada hal yang perlu kita bicarakan!"

"Fikhi aku mohon, temui aku di cafe dan setelah itu aku tidak akan pernah menemui atau mengganggu hidupmu lagi."

Fikhi nampak diam dan menimbang sejenak apa yang dikatakan oleh Nadine barusan hingga pada akhirnya ia pun setuju untuk bertemu dengan Nadine dengan harapan selepas ini maka wanita itu tidak akan mengganggu hidupnya lagi.

"Baiklah, berikan aku alamatnya segera karena aku tak mau basa-basi."

Nadine di seberang sana tersenyum senang mendengar pada akhirnya Fikhi mau juga menemui dirinya. Nadine pun dengan senang hati memberikan alamat di mana cafe yang akan dijadikan tempat mereka untuk bertemu. Tak lama kemudian Fikhi sudah mendapatkan alamat sebuah cafe yang diinginkan Nadine untuk bertemu nanti dengannya.

"Baiklah, mari kita selesaikan sekarang juga."

Saat jam istirahat makan siang tiba nampak Fikhi langsung gegas menuju cafe yang alamatnya sudah diberikan oleh Nadine itu. Ketika Fikhi baru saja tiba di cafe itu, ia bisa langsung melihat sosok Nadine yang sudah menunggu dirinya di sebuah meja. Wanita itu nampak melambaikan tangannya pada Fikhi yang baru saja tiba dan pria itu kini sudah duduk berhadapan dengannya.

"Langsung masuk saja pada intinya."

****

Nadine rupanya dengan sengaja mengulur waktu dengan Fikhi dan wanita itu malah menceritakan banyak hal yang menurut Fikhi sama sekali tak menarik atensinya. Ia benci dengan Nadine yang selalu saja mencari cara untuk mendapatkannya padahal apa yang kurang darinya? Ia datang dari keluarga kaya raya dan karirnya juga bagus dibanding dengan Andini.

"Kalau memang kamu hanya ingin menyombongkan dirimu di depanku dan membuang banyak waktuku maka akan jauh lebih baik kalau aku pergi saja."

"Mana boleh seperti itu, aku bahkan belum selesai biacara padamu."

"Salah sendiri kenapa kamu malah bicara melantur!"

"Aku tidak sedang melantur, aku di sini hanya sedang mencoba menerangkan padamu bahwa aku ini bukan wanita sembarangan yang bisa dipandang sebelah mata. Keluargaku juga bukan keluarga biasa, apakah kamu tak bisa melihat semua itu? Aku ini lebih segala-galanya dibandingkan dengan Andini."

"Apa motivasimu mendekatiku?"

"Karena aku mencintai kamu."

Fikhi nampak tertawa dan menggelengkan kepalanya dan rupanya hal tersebut sama sekali tak disukai oleh Nadine yang harga dirinya terluka oleh sikap Fikhi ini.

"Apa yang lucu?!"

"Kamu belum sadar juga apa yang lucu? Tentu saja aku sedang menertawakan kamu yang lucu. Bagaimana bisa kamu begitu menjajakan diri pada seorang pria yang sudah beristri? Apakah kamu ini wanita murahan?"

****

Ismi sedang menikmati tontonan sinetron siang di rumahnya ketika ponselnya berdering, ia melihat ada nama Nadine di sana dan tentu saja Ismi langsung menjawab telepon dari Nadine ini.

"Ada apa, Nak?"

"Bu, apakah Ibu tahu yang sudah Fikhi katakan padaku barusan?"

"Memangnya apa yang sudah Fikhi katakan padamu?"

Maka Nadine menceritakan semuanya pada Ismi yang membuat wanita tua itu seperti tak percaya dengan apa yang ia dengarkan barusan. Ismi nampak menggelengkan kepalanya tanda bahwa ia sama sekali tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Nadine barusan.

"Apakah saat ini kamu sedang mengarang cerita?"

"Mengarang cerita? Bagaimana bisa Ibu mengatakan hal itu? Jadi Ibu sama sekali tak mempercayai aku?!"

"Bukan begitu sayang, hanya saja Fikhi itu anak baik-baik dan tak mungkin rasanya kalau dia mengatakan hal seperti itu padamu. Rasanya Ibu masih belum percaya kalau anak Ibu mengatakan hal yang menyakitkan begitu."

"Oh baiklah kalau memang Ibu tak percaya padaku."

Nadine segera mematikan sambungan telepon dan membuat Ismi menghela napasnya panjang. Ia tahu bahwa wanita itu pasti marah padanya karena sudah meragukannya namun Ismi sendiri memang belum sepenuhnya percaya bahwa apa yang dikatakan oleh Nadine adalah sesuatu hal yang benar.

"Aku harus mencari tahu yang sebenarnya terlebih dahulu."

****

Ismi sengaja menunggu di rumah Fikhi sampai anaknya itu pulang, di sana ia berlagak menjadi nyonya besar dan menganggap Andini sebagai asisten rumah tangga. Andini hanya bisa mengusap dada dengan kelakuan ibu mertuanya yang semakin hari sangat menguras emosinya.

"Kenapa menatapku begitu?"

"Siapa yang menatap Ibu?"

"Kamu pasti tak suka dengan aku kan? Aku pun juga sangat tidak suka dengan kamu maka kalau memang kamu tak suka aku, bercerailah dengan Fikhi!"

"Sayangnya aku tak akan melakukan hal itu selama mas Fikhi tak selingkuh."

"Apa?"

"Selama mas Fikhi tak selingkuh maka aku akan mempertahankan rumah tangga kami dan tak akan aku biarkan seorang pun merusak rumah tangga kami termasuk Ibu."

Ismi terperangah dengan jawaban Andini barusan, ia sama sekali tak menyangka bahwa Andini bisa mengatakan hal itu padanya.

"Lancang sekali kamu mengatakan hal tak baik itu padaku! Secara tak langsung kamu sudah menuduhku yang tidak-tidak! Dasar menantu yang tak tahu diutung!"

Ismi terus saja mengoceh dengan bahasa kasar yang membuat telinga Andini jadi panas. Andini pun pamit masuk ke dalam rumah karena ia tak mau ucapan Ismi terus membuat dirinya kesal dan pada akhirnya malah bisa saja ia hilang kendali.

"Hei Andini, mau ke mana kamu? Kembali ke sini!"

****

Fikhi hendak masuk ke dalam mobilnya untuk pulang ke rumah namun ia baru menyadari bahwa ban mobilnya kempes padahal tadi ketika berangkat tidak ada masalah sama sekali dengan ban mobilnya.

"Bagaimana bisa ban mobilku kempes?"

Fikhi kemudian memutuskan untuk naik angkutan umum untuk pulang dan mobilnya menginap di kantor, besok ia akan menelpon orang bengkel untuk memperbaiki ban mobilnya. Fikhi baru saja turun dari bus dan berjalan menuju rumahnya. Jalan menuju rumahnya memang sepi dan minim penerangan, Fikhi merasa ada seseorang yang sejak tadi mengikuti langkah kakinya namun ketika ia berbalik badan dirinya sama sekali tak menemukan seseorang.

"Mungkin ini hanya perasaanku saja."

Ketika Fikhi sudah berjalan lagi nampak ada sebuah tangan yang langsung membekap mulut Fikhi dengan sapu tangan, awalnya Fikhi berusaha melawan namun perlahan tenaganya menghilang dan ia tak sadarkan diri.

1
Marifatul Marifatul
🤔🤔🤔
Mutia Akmar
ya Allah
tega banget ngomong gitu sama anak perempuan nya
Ma Em
Makanya Dikhianati kalau berumah tangga itu jgn mau diatur oleh orang tua berbakti sama orang tua emang bagus wajib hukumnya sekarang kamu menyesalkan karena terlalu menuruti kemauan ibumu.
Ma Em
Fian cepatlah lamar Andini dan menikahlah jgn sampai Fikhi mengganggu hubunganmu dan Andini
Holipah
pemeran utama nya lelet ky nya
Serena Muna: emang tahu siapa yang jadi pemeran utamanya?
total 1 replies
Holipah
kecerobohan orang klw mau cari bukti g d poto bt bukti mlhn langsung nlp orang yang bersangkutan
Lee Mba Young
knp gk di poto, HP kn canggih guru lagi, masak gitu aja gk bisa drpd di kira fitnah. sekarang kn jmn canggih kok
Holipah
mantan rujuk sorry y 🤣🤣
Lee Mba Young
rujuk iuhhh sorry ye,, mending jadi janda bhgia lahir batin drpd rujuk dng suami model gitu.
Ma Em
Rasakan tuh Ismi menantu kesayanganmu skrg sdh tdk peduli lagi sama kamu.
Ma Em
Fian itu modus sama Andini masa beli snack dapat coklat padahal mah emang sengaja mau kasih coklat sama Andini itu cuma alasannya saja.
Ma Em
Semoga Ismi segera mendapatkan karma yg akan menjadi penyesalan seumur hidupnya karena telah memisahkan Fikhi dan Andini
Ma Em
Luar biasa
Serena Muna: terima kasih kak
total 1 replies
Ma Em
Mertua yg tdk punya perasaan karena tlh merusak rumah tangga anaknya sendiri semoga Ismi dan Nadine segera mendapatkan hukuman yg menyedihkan karma yg sangat pedih untuk mereka berdua karena tlh merusak kebahagiaan orang
Wawang Baim
mampir
Serena Muna: terima kasih
total 1 replies
Mika Su
Harus lanjut ceritanya bagus
Serena Muna: terima kasih dukungannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!