NovelToon NovelToon
Sepucuk Surat

Sepucuk Surat

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Tamat / Konflik etika / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Keluarga
Popularitas:47k
Nilai: 5
Nama Author: rahma qolayuby

"Patah hati yang menyakitkan itu, ketika kita menunggu ketidakpastian."

(Sinta Putri Adam)

---------------------------------------------------------------------------

Tidak ada cinta. Namun, anehnya ku sematkan dia di setiap doa ku.
Lucu bukan? tapi itulah kenyataannya.

Enam tahun, ku jaga hati untuk dia yang dulu datang dengan janji manis. Memberikan sepucuk surat cinta dan cincin sebagai tanda ikatan. Hingga hari, di mana berjalan dengan cepat, kami bertemu. Namun, enam jam aku menunggu seperti orang bodoh, dia tidak datang. Jika sudah begini kemana harapan itu pergi. Aku kecewa, sakit, dan merasa bodoh.

"Aku membenci mu Muhamad Farel Al-hakim."

"Aku membencimu."

Ikutin kisahnya yuk hu...

IG: Rahma Qolayuby

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rahma qolayuby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 Pengakuan

Sinta menautkan jemarinya dengan kepala menunduk. Bibirnya mengatup ketakutan. Begitupun dengan Farel. Mereka seolah terciduk sedang berbuat tak senonoh. Padahal, kejadian itu begitu cepat terjadi tatkala Farel mengelus kepala Sinta. Karena terkejut Sinta mendongak. Tapi, berbeda dengan apa yang di lihat Malik.

"Apa yang sedang kalian lakukan? kenapa tak ada yang mau menjawab?"

Deg!

Untuk yang kedua kalinya Malik bertanya membuat jantung Sinta berdegup kencang. Sinta tak mau Malik salah paham. Namun, Sinta terlalu takut bicara. Sinta berharap Farel akan menjelaskannya.

Sinta memang paling takut jika Malik marah. Walau Sinta tak melakukan apapun. Tetap saja Sinta merasa takut.

Tujuan Malik datang ingin menjenguk Farel karena sudah sangat lama Malik tak menjenguk Farel akan kesibukannya di kantor dan keluarganya.

Tapi, siapa sangka ketika Malik masuk malah melihat pemandangan yang tak seharusnya.

"Itu tak seperti yang kakak bayangkan. Semua salah Farel. Maaf Farel khilaf."

Ujar Farel angkat bicara namun tak berani menatap kakak sepupu nya itu. Sinta merasa lega tatkala Farel angkat bicara.

"Apa benar Sinta?"

"I-iya kak. Sinta juga terkejut kak Farel mengelus kepala Sinta. Hingga kakak masuk."

Malik menghela nafas berat. Mungkin benar Malik terlalu berlebihan. Tak mungkin adik-adik melakukan hal yang di larang. Tapi, tetap saja Malik merasa was-was mengingat Sinta menjadi dokter pribadi Farel.

"Kenapa kamu bisa mengelus kepala Sinta, Farel? Apa ada sesuatu di kerudung Sinta?"

"Tidak ada kak. Farel refleks kak."

Cicit Farel menunduk dalam di akhir kalimatnya. Farel benar-benar merutuki kebodohannya. Kenapa bisa sampai mengelus Sinta. Jika kak Adam yang memergokinya mungkin dari tadi Farel sudah di omeli dan hajar.

Malik memang bawaannya selalu tenang dalam menyikapi hal apapun. Itulah kenapa Malik di hormati di keluarga bukan karena anak tertua saja.

"Apa kamu masih menyukai Sinta?"

Deg!

Jantung Sinta berdegup kencang mendengar pertanyaan yang di lontarkan Malik. Kenapa Malik malah bertanya seperti itu. Sinta semakin di buat gugup. Begitupun dengan Farel. Entah ada maksud apa Malik menanyakan langsung di hadapan Sinta membuat Farel malu.

Malik bukan tanpa alasan menanyakan hal itu. Malik memang bukan orang yang basa basi. Malik merasa takut saja jika adik sepupu nya mempermainkan Sinta. Walau bagaimanapun Sinta sudah Malik anggap adiknya sendiri. Malik tak ingin adik-adik nya berbuat dosa. Malik tahu, Sinta punya tanggung jawab seorang dokter. Tapi ... Ya sudahlah, Malik menatap Farel tajam menunggu jawaban Farel.

Farel memberanikan diri menatap Malik. Kini tatapan itu terlihat tajam tidak seperti sebelumnya. Farel membuang nafas kasar, kenapa Malik harus bertanya yang sudah tahu jawabannya.

"Apa kakak mau mempermalukan Farel."

Kening Malik mengerut namun, Malik diam saja masih dengan ekspresi sama.

"Jawab saja?"

Farel mengepalkan tangannya kuat. Sumpah demi apapun, Farel sangat mencintai Sinta. Tapi, keadaan nya begini membuat Farel merasa malu dan tak pantas.

Andai saja tak ada Sinta di ruangan itu. Mungkin, sejak tadi Farel sudah menjawabnya.

"Kenapa diam? Takut? Dasar lemah!"

Ejek Malik menatap remeh adiknya. Sinta diam saja tak berkomentar apapun. Walau hatinya menunggu jawaban kejujuran dari Farel. Sinta juga penasaran apalagi sikap Farel sangat membingungkan.

"Kau memang tak pantas untuk Sinta. Lebih baik Sinta bersama orang lain saja."

"Kakak!!!"

Pekik Farel kesal dengan ejekan Malik sejak tadi. Mati-matian Farel menahan segala gejolak yang ada. Tapi, Malik tak mengerti sama sekali dengan keadaan nya.

Sinta, sampai terperangah mendengar bentakan Farel. Walau sudah bisa tapi kali ini terlihat berbeda. Sinta malah takut menggangu kesehatan Farel.

"Kenapa kak Malik mempermalukan Farel?"

"Siapa yang mempermalukan? Kakak cuma nanya?"

"Aku mencintai nya. Puas! Tapi kaki ku yang cacat ini tak berguna. Apa yang harus aku lakukan. Mengemis?"

"Sinta sempurna. Tapi aku tak rela. Akhh!!"

Kesal Farel frustasi memukul kakinya yang cacat. Farel tak menyangka jika ia harus terjebak dalam situasi yang sulit. Merelakan Sinta untuk orang lain, tak mungkin. Tapi, dengan dirinya juga tak mungkin. Farel memang egois sangat egois.

"Bodoh!"

Ketus Malik menahan ke dua tangan Farel membuat Sinta bernafas lega. Sinta hampir saja mendekat guna menenangkan. Sinta tak mau apa yang Farel lakukan malah semakin menciderai kakinya.

Jujur, Sinta seakan berada dalam situasi kebingungan. Walau, pengakuan Farel membuat Sinta tercengang.

"Jangan pernah melakukan hal bodoh seperti om dulu. Jadi lah laki-laki sejati."

Malik menangkup wajah Farel gentle. Malik tak ingin Farel melakukan hal yang sama seperti om Zaenal dulu.

"Jika kau mencintai Sinta. Perjuangkan. Katakan pada Sinta jangan menggantungnya. Bukankah kalian masih terikat janji?"

Farel terdiam mencoba mencerna setiap omongan Malik. Lalu Farel melirik Sinta yang terus menunduk. Siapa juga yang mau berada di posisi Sinta. Maju bingung, mundur pun bingung. Hubungan mereka abu-abu. Seakan terombang-ambing entah kemana. Gak jelas, dan itu membuat Sinta tak tahu harus bersikap seperti apa.

Bukan apa-apa. Malik tak ingin Sinta terus berada dalam dilema. Walau Malik tidak menanyakan secara langsung pada Sinta dan tak tahu apa yang Sinta lakukan. Tapi, Ara selalu melapor apa yang terjadi pada Sinta. Malik hanya ingin membantu menegaskan saja. Agar Sinta tidak bingung untuk menentukan hatinya.

Ara memang si comel selalu melaporkan apapun pada Malik.

Sebagai kakak, tentu Malik ingin yang terbaik untuk kedua adiknya.

"Bicara lah baik-baik. Kakak tunggu di luar."

Malik keluar, memberi ruang untuk Sinta dan Farel. Malik tahu, Sinta pasti sangat shok akan pengakuan Farel tadi. Membiarkan bicara dari hati ke hati. Agar Malik bisa mengambil langkah tegas.

Suasana seketika menjadi canggung. Andai keadaan Farel tidak cacat mungkin Farel tak akan se-malu itu.

"Maafkan saya."

Ucap Farel pada akhirnya. Farel harus menahan mati-matian rasa malu dan gengsi. Tapi, semuanya sudah terlanjur.

"Harusnya saya tak menggantung mu. Saya hanya malu pada diri saya sendiri. Saya masih mengharapkan kamu. Tapi saya merasa tak pantas. Kamu terlalu sempurna sedang kan saya, cacat."

"Apa kakak memandang saya serendah itu?"

Kecewa Sinta. Bagaimana Sinta tak kecewa jika Farel terus membuat hatinya bingung. Dengan sikap dan pengakuannya. Sekarang, Farel menyerah. Padahal Sinta tak pernah sekalipun memandang Farel lemah. Tapi, Farel. Ya sudahlah, Sinta tak tahu harus bicara apa lagi.

"Saya tidak bermaksud seperti itu."

"Lalu?"

Farel terdiam. Dia merasa tak berguna saat ini. Bolehkah Farel egois. Sejak awal memang sikap Farel sudah egois. Tak suka Sinta dekat dengan orang lain.Tapi, Farel sendiri tidak menegaskan perasaan.

"Sudahlah, lebih baik anda istirahat. Saya keluar."

Putus Sinta karena tak mau terus berada di ruangan sana. Hati Sinta sudah sesak sejak tadi. Farel masih diam saja. Mungkin, Sinta merasa berbunga dengan pengakuan Farel. Tapi, melihat Farel malah tak menegaskan apapun membuat Sinta jadi bingung sendiri. Sebenarnya apa mau Farel.

"Jika dulu kamu meminta saya menunggu. Bisakah sekarang kamu yang menungguku?"

Sinta menghentikan langkahnya tidak jadi memutar kenop pintu. Jantung Sinta berdegup kencang. Pada akhirnya Farel merendahkan diri.

"Saya mencintaimu. Tunggu kaki saya sembuh. Saya akan kembali melamar mu."

Bersambung ...

Jangan lupa Like, Hadiah, komen dan Vote Terimakasih ...

1
Marwah Umar
Luar biasa
RithaMartinE
luar biasa
RithaMartinE
waah ...selamat ea . akhirnya nikah juga 🤗🤗
Rahma Qolayuby: terimakasih kakak.🥰
total 1 replies
RithaMartinE
mampir kak 😊
Rahma Qolayuby: terimakasih kak, semoga suka sama ceritanya ya🥰
total 1 replies
Yayuk Bunda Idza
nama anak2nya sama dengan nama anak2 q, anak pertama q juga bernama Hanifa dan kedua Habiba
Yayuk Bunda Idza: aamiin ya rabbal aalamiin
Rahma Qolayuby: wah kebetulan sekali bunda🥰🥰 semoga jadi anak Sholehah, yang bikin bunda bangga
total 2 replies
Sumar Sutinah
Luar biasa
Sumar Sutinah
srmangat farel, dn bangkitlah mingkin takdirmu sekarang d pertemukan lg
Rahma Qolayuby: Aamiin 🥰
total 1 replies
Sumar Sutinah
knp keluarga farrl g ada yg datang untuk sekedar minta maaf
Erni Fitriana
mampir
el- nick
ceritanya menarik
Rahma Qolayuby: terimakasih kakak🥰🥰
total 1 replies
Jumi Saddah
bagus👍👍👍👍👍
Rahma Qolayuby
Hahaha ..🤫🤫
Jumi Saddah
setelah ini nda lgi drama2 an ya,,,
Jumi Saddah
baru lihat ne lanjutan anak asuh adam,,,
nis_ma: kak maaf, ini kisahnya sambung-menyambung kah?
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!