NovelToon NovelToon
ASI, Untuk Majikanku

ASI, Untuk Majikanku

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Romansa
Popularitas:420.4k
Nilai: 4.8
Nama Author: Lusica Jung 2

Aneh Tapi Nyata. Nathan mengidap sebuah penyakit yang sangat aneh dan langka. Dia selalu bergantung pada Asi untuk menjaga kestabilan tubuhnya. Hampir setiap bulan sekali penyakitnya selalu kambuh sehingga Nathan membutuhkan Asi untuk mengembalikan tenaganya. Pada suatu ketika, stok ASI yang dia miliki benar-benar habis sementara penyakitnya sedang kambuh. Kedatangan Vivian, pelayan baru di kediaman Nathan mengubah segalanya. Mungkinkah Nathan bisa sembuh dari penyakit anehnya, atau dia harus terus bergantung pada Vivian? Hanya waktu yang mampu menjawab semuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22: Kembalinya Musuh Lama

Pagi hari yang cerah diisi dengan kesibukan. Nathan sudah tenggelam dalam tumpukan dokumen yang diantarkan oleh Max saat pagi masih buta tadi. Dokumen-dokumen itu perlu diperiksa dan segera ditandatangani oleh Nathan.

Di ruangan itu, Max sedang membahas sesuatu yang tampak sangat serius dengan Nathan.

Sementara itu, Vivian sibuk menyiapkan sarapan di dapur. Dia memotong buah, menyiapkan roti panggang, dan menggoreng beberapa telur. Suara desis penggorengan dan aroma makanan yang lezat memenuhi dapur. Vivian mencuri pandang ke arah ruang kerja Nathan beberapa kali, memperhatikan suaminya yang terlihat sangat serius.

Max berbicara dengan nada rendah namun tegas. "Tuan, semua ini adalah laporan mengenai proyek di luar negeri. Ada beberapa keputusan mendesak yang harus diambil."

Nathan mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen. "Hn, aku tau. Aku akan menandatangani semuanya segera setelah memeriksa setiap detailnya." Max mengangguk.

Di dapur, Vivian selesai menyiapkan sarapan dan mulai mengatur piring di meja makan. Dia menyusun sarapan untuk dirinya sendiri, Nathan, dan Max. Tidak mungkin dia dan Nathan sarapan berdua saja dan membiarkan Max kelaparan.

Setelah beberapa saat, Vivian mendekati ruang kerja Nathan, mengetuk pintu dengan tenang. "Sarapan sudah siap," ujarnya dengan suara lembut.

Nathan menoleh dan menganggu. "Baiklah. Aku akan segera ke sana."

Max juga mengangguk sebagai tanda terima kasih. Mereka berdua kemudian meninggalkan ruang kerja sejenak untuk menikmati sarapan yang disiapkan dengan sepenuh hati oleh Vivian. Suasana di meja makan begitu tenang dan hening, tidak ada obrolan, hanya terdengar suara dentingan sendok yang bersentuhan dengan garpu.

.

.

Setelah sarapan, Max segera pamit dan pergi. Nathan kembali menenggelamkan dirinya di ruang kerjanya. Meskipun dia tidak datang ke kantor, tanggung jawabnya sebagai seorang CEO tetap harus dijalankan.

Vivian memperhatikan Nathan sejenak dari ruang makan. Pria itu sudah tenggelam dalam tumpukan dokumen, wajahnya serius dan fokus.

Nathan memeriksa laporan demi laporan, membuat catatan, dan menandatangani dokumen yang diperlukan. Telepon di mejanya berbunyi beberapa kali, dan dia dengan cekatan menjawab setiap panggilan, memberikan arahan dan keputusan tegas. Dia mungkin tidak berada di kantor secara fisik, tetapi pengaruh dan kehadirannya terasa kuat di setiap aspek bisnis.

***

Pria itu menghentikan langkahnya dan menatap bangunan di belakangnya, tempat di mana dia pernah dikurung selama 10 tahun karena ulah seseorang, seseorang yang sejak lama menjadi musuh bebuyutannya.

Dengan mata terpejam dan tangan direntangkan, dia mengambil napas dalam-dalam, merasakan udara segar yang sudah lama dirindukannya, lalu menghelanya perlahan. "Setelah sekian lama, akhirnya aku bisa menghirup udara bebas juga. Xi Nathan, saatnya pembalasan!" suaranya lirih namun penuh kebencian.

Dia membuka matanya, pandangannya tajam dan penuh dendam. Semua rencana yang telah disusunnya selama satu dekade kini terasa semakin nyata. Pria itu tahu bahwa waktunya untuk membalas dendam sudah tiba, dan tidak ada yang bisa menghentikannya.

***

Kabar tentang Arnold yang telah keluar dari penjara telah sampai ke telinga Nathan. Dia tidak terkejut sedikit pun, seolah-olah sudah tahu jika waktu ini pasti tiba. Melalui panggilan telepon yang masih tersambung, Nathan meminta Max untuk terus mengawasi setiap gerakan Arnold.

"Max, pastikan pria itu selalu dalam pengawasan. Aku yakin dia tidak akan tinggal diam," ucap Nathan dengan nada tegas.

"Baik, Tuan. Aku akan menambah jumlah orang untuk memantaunya," jawab Max di seberang telepon.

Nathan mengangguk meski Max tidak bisa melihatnya. "Kita harus waspada. Arnold, pasti akan mencoba balas dendam. Jangan biarkan dia mendekati siapa pun yang memiliki hubungan dekat denganku, terutama Vivian dan adik-adikku. Kita tidak boleh memberikan celah sedikit pun."

"Dimengerti, Tuan," balas Max singkat sebelum panggilan berakhir.

Nathan menatap keluar jendela, pikirannya penuh dengan kecemasan. Dia tahu Arnold adalah pria berbahaya dan kembalinya dia akan memberikan ancaman baru dalam hidup Nathan. Waktu untuk bersantai telah berakhir, kini Nathan harus bersiap untuk menghadapi ancaman yang nyata.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Suara Vivian mengakhiri keheningan yang mencekam. Nathan menoleh dan mendapati Vivian menghampirinya.

Nathan menggeleng. "Tidak ada. Hanya memikirkan beberapa pekerjaan yang belum selesai," jawabnya dengan nada datar.

Vivian berdiri di samping Nathan, matanya menatap wajah dingin suaminya yang tampak tegang. "Kau tahu, aku bisa melihat ketika ada sesuatu yang mengganggumu. Apakah ini tentang perusahaan?"

Nathan menatap Vivian sejenak sebelum kembali memandang ke luar jendela. "Bukan hanya itu. Ada hal lain yang perlu aku urus."

Vivian mengernyitkan dahi, rasa penasaran terpancar dari wajahnya. "Apakah itu sesuatu yang bisa kubantu?"

Nathan menghela napas panjang. "Tidak. Ini adalah urusanku. Hal yang harus kutangani sendiri."

Vivian menyentuh lengan Nathan dengan lembut. "Aku tahu kau tidak suka berbagi beban, tapi kau tidak perlu menghadapi semuanya sendirian. Nathan, kita adalah suami-istri sekarang, dan sebagai suami-istri kita harus saling terbuka."

Nathan menoleh, tatapannya dingin namun ada sedikit kelembutan di balik matanya. "Aku tau. Tapi masalah kali ini benar-benar sesuatu yang aku harus hadapi sendiri. Jangan khawatir, aku bisa mengatasinya."

Vivian mengangguk, meski hatinya masih diliputi kecemasan. "Baiklah. Tapi ingat, aku ada di sini jika kau butuh bantuan."

Nathan hanya mengangguk sebagai balasan. Keduanya berdiri dalam diam, menikmati keheningan yang kini terasa sedikit lebih nyaman. Meskipun Nathan tidak terbiasa membagi pikirannya, kehadiran Vivian memberikan sedikit kedamaian di tengah kegelisahan yang melanda.

"Aku tidur dulu," ucap Vivian dan dibalas anggukan oleh Nathan.

Vivian kemudian beranjak, meninggalkan Nathan dengan pikirannya. Di tengah semua kekacauan dan ancaman yang mendekat, Nathan menyadari bahwa keberadaan Vivian adalah satu-satunya hal yang membuatnya tetap tenang. Meskipun dia tidak pernah mengatakannya, dia tahu bahwa Vivian adalah bagian penting dari hidupnya, dan dia akan melakukan apa saja untuk melindunginya.

***

"Selamat datang kembali, Tuan Arnold," suara itu mengalun di udara, menyambut kedatangan pria yang baru saja keluar dari penjara. Arnold menatap pria di depannya dengan tatapan tajam.

"Akhirnya, aku kembali," gumam Arnold, sambil menyapu pandangannya ke sekeliling.

Pria yang menyambutnya tersenyum dingin. "Bagaimana perasaan Anda setelah keluar?"

Arnold menghela napas dalam-dalam. "Aku merasa bebas. Dan sekarang, saatnya untuk balas dendam."

Tatapan Arnold mengeras, penuh dengan dendam dan kemarahan yang telah terkumpul selama bertahun-tahun. "Xi Nathan," bisiknya penuh kebencian, "kita akan melihat siapa yang akan tertawa terakhir."

Pria itu mengangguk, mengerti betul apa yang ada dalam pikiran Arnold. "Kami siap membantu, Tuan. Semua sudah diatur sesuai rencana."

Arnold tersenyum tipis. "Bagus. Pastikan tidak ada yang tersisa. Aku ingin dia menangis darah!!"

***

Bersambung

1
Kusii Yaati
yang manggil Vivian tuan muda Nathan sendiri, salahnya Vivian dimana monicaaaa... kalau kamu nggak terima ngomong sendiri sama tuan muda mu berani nggak???... Heran deh sama pembantu satu ini/Speechless/
mamah cantikk
koq bs ya, msh virgin tp bs ngeluarin asi
mamah cantikk
protes sendiri klo brani
Juna Dong
luar biasa
Uniie Gentra
maaf thor baru aja pindah kamar koq nathan udah bilang kita sudah resmi menjadi suami istri nikahnya juga kan belom trus tadi nathan bilang akan mempersiapkan dokumen untuk pernikahan mereka....aku agak bingung di situasi itu
imhe devangana
tokyo atau london thor?
imhe devangana
untung doni disini ngk sprti crt lain klu di tolak akan melakukan apa sj yg penting bisa bersama wanita yg dicintai.mungkin doni cm kagum sj bkn cinta atau obsesi.😁😁😁😁
imhe devangana
Arnold salah langkah,harusnya dia ngk melibatkan viviant akibtnya adiknya yg ngk th apa2 pun jd sasaran nathan.sdh th nathan mengerikan
imhe devangana
jngn sampai nnti monica keluar dr rumah xi & bertm dg Arnold dan membocorkan semua rahasia nathan klu vivian orng plng berhrg buat dia
imhe devangana
thor apakah nathan seorng ketua Mafia?
Ruk Mini
cakep..man hrs tangguh nenk
Ruk Mini
bisa ye penuh luka msh bermesraan.. hadeuhhhhh bank..bank
Ruk Mini
sadizzzz
Ruk Mini
cpt cetak junior mu bank
Ruk Mini
cb dr kmren..ga bakal kehilangan kn bank..
Ruk Mini
ga tau ape tuan y kejam .main2 ..kena akibat y kn
Ruk Mini
ko bisa lolos..bukan y sgt ketat penjagaan y🥹
Ruk Mini
cacat .. tpi cakep ok lh
Ruk Mini
lg tgl nikmati aje pake berulah
Ruk Mini
usil y kelewatan kau babank imutz
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!