ASI, Untuk Majikanku

ASI, Untuk Majikanku

Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh

Nathan merasakan lemas di sekujur tubuhnya secara tiba-tiba. "Sial!! Kenapa penyakit aneh ini harus muncul lagi," desisnya tajam sambil menggigit bibirnya menahan sakit. Tubuhnya mulai berkeringat dingin, jantungnya berdebar kencang seolah ingin meledak, dan otot-ototnya terasa seperti kehilangan kekuatan.

Penyakit yang dideritanya memang sangat langka, bahkan mungkin dia satu-satunya di dunia yang mengalaminya. Penyakit itu membuatnya bergantung pada ASI untuk menjaga kestabilan tubuhnya. Tanpa ASI, tubuhnya mulai melemah, dan setiap kali penyakitnya kambuh, Nathan merasakan penderitaan yang luar biasa.

Dia meraba-raba mencari sesuatu untuk bersandar, berusaha menarik napas dalam-dalam untuk mengurangi rasa pusing yang mulai menguasai kepalanya. Keringat dingin mengalir di dahinya, menambah perasaan tak berdaya yang merayapi dirinya. Nathan tahu, dia harus segera mendapatkan ASI atau keadaannya akan semakin memburuk.

Nathan benar-benar tersiksa. Setiap detik yang berlalu terasa seperti siksaan yang tak berujung. Dengan sisa-sisa kekuatan yang ada, dia mencoba bergerak, berharap ada seseorang yang bisa membantunya atau memberinya ASI yang sangat dia butuhkan.

"Sial," bisiknya lemah, dia benar-benar mengutuk penyakit anehnya.

Nathan duduk di ujung tempat tidurnya, wajah tampannya terlihat pucat dan keringat dingin mengucur di pelipisnya. Setiap detik terasa seperti ancaman yang menghampiri, mengingatkan akan penyakit langka yang mempengaruhi kehidupannya. Dengan napas tersengal-sengal, ia mencoba mengumpulkan kekuatannya untuk memanggil Max, asisten pribadinya yang setia.

"Max," desis Nathan dengan suara rendah dan rapuh, "cepat siapkan ASI untukku. Aku sudah tidak kuat lagi."

"Maaf, Tuan Muda," jawab Max dengan nada penuh sesal, "stok ASI yang Anda butuhkan sudah habis. Kami telah berusaha mencarinya, tapi tidak ada yang dapat ditemukan dengan kualitas premium seperti yang Anda butuhkan."

Nathan menatap Max dengan tatapan tajam dan penuh kemarahan yang tak terbendung. Dia merasakan dunia kecilnya runtuh di hadapannya, diperparah oleh ketidaksanggupan tubuhnya untuk bertahan tanpa perawatan khusus ini.

"Bagaimana ini bisa terjadi, Max?" bentaknya emosi, suaranya menggema di ruangan yang sunyi. "Kau tahu betapa pentingnya ASI itu bagiku. Ini bukan hal yang bisa ditunda!"

Max menarik napas dalam-dalam, mencoba menjelaskan dengan penuh rasa hormat namun tetap jujur. "Tuan Muda, saya benar-benar memahami betapa pentingnya ASI bagi Anda. Namun, ini di luar kendali kami. Pemasok utama kita mengalami masalah produksi dan pasokan."

Nathan merasa putus asa. Dia meraih ponselnya, jari-jarinya gemetar saat mencoba mencari solusi lain. "Tidak ada pilihan lain?" tanyanya dengan suara parau.

Max menggeleng lembut. "Saya takut tidak, Tuan."

Dalam keheningan yang hampa, Nathan merasa tubuhnya semakin melemah. Setiap denyut jantungnya terasa seperti belitan waktu yang semakin sempit. Dia tahu betul bahwa tanpa ASI, kemungkinan untuk bertahan hidup terasa semakin tipis.

"Coba kontak mereka lagi," ucap Nathan, suaranya begitu rendah.

Max menatap Nathan dengan penuh keprihatinan. "Saya akan mencobanya, Tuan Muda," ujarnya dengan suara yang penuh komitmen.

Setelah Max pergi, pintu kamar Nathan diketuk tiga kali sebelum terbuka. Seorang wanita cantik yang belum pernah dia lihat sebelumnya masuk ke kamar mewah itu.

"Permisi, Tuan Muda, saya mengantarkan buah dan jus untuk Anda," ucap gadis itu, Vivian, pelayan baru di kediaman Nathan. Ini adalah hari pertama Vivian bekerja di rumahnya.

Nathan yang terjebak dalam keputusasaan tiba-tiba merasakan dorongan yang tak terkendali. Matanya tertuju pada Vivian, seolah melihat harapan terakhirnya. Tanpa berpikir panjang, ia mendekati Vivian dengan cepat.

Vivian terkejut saat Nathan tiba-tiba meraih bahunya dan mendorongnya hingga dia jatuh ke atas tempat tidurr Nathan. "Tuan, apa yang Anda lakukan?" tanyanya panik.

Namun, Nathan tidak menjawab. Dia membuka pakaiian bagian atass Vivian dengan gerakan cepat. Vivian menggeleng,

"Tu...Tuan, jangan..." Vivian menangis ketakutan, merasa tak berdaya. Mata Nathan membulat sempurna, saat dia menyentuh kulitnya, sebuah keajaiban terjadi. ASII keluar dari biji anggur Vivian, meski ia masih perawann dan itu sungguh tidak biasa.

Nathan menutup matanya dan terus menghiisapnya dengan rasa bersalah yang mendalam namun kebutuhan yang tak terbantahkan. Air mata Vivian mengalir semakin deras, dan setelah beberapa saat, Nathan berhenti, melepaskan Vivian yang terisak.

"Keluar dari sini sekarang," pinta Nathan dengan memalingkan muka. Dia tidak mau menatap Vivian, gadis itu terus terisak.

Nathan duduk kembali di tepi ranjang, memegang kepalanya dengan kedua tangan. Perasaan bersalah menghantuinya. Ia menyesali tindakannya yang tidak pantas terhadap Vivian. "Sial!! Apa yang telah kulakukan..." Nathan bergumam pada dirinya sendiri. Yang dia lakukan benar-benar di luar dugaan.

Sementara itu, Vivian meninggalkan kamar Nathan dengan perasaan campur aduk. Ini hari pertamanya bekerja, tapi dia sudah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari majikannya. Air mata masih mengalir di pipinya saat dia berjalan menyusuri koridor, mencoba menenangkan dirinya.

Vivian merasa bingung dan ketakutan. Tidak pernah terpikir olehnya bahwa pekerjaan ini akan membawanya pada situasi seperti itu. Di satu sisi, dia merasakan simpati terhadap Nathan yang jelas-jelas menderita. Namun di sisi lain, dia tidak bisa mengabaikan rasa takut dan ketidaknyamanan yang dia rasakan setelah insiden tadi.

Sesampainya di kamarnya, Vivian mengunci pintu dan duduk di tepi tempat tidur. "Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya pelan. Dia tahu bahwa dia butuh pekerjaan ini, tapi dia juga sadar bahwa dia tidak bisa terus bekerja di bawah ancaman perlakuan yang tidak pantas.

Vivian memutuskan untuk memberi dirinya waktu untuk berpikir jernih sebelum mengambil keputusan. Dengan napas yang masih tersengal, dia berbaring, berharap bahwa jawaban atas kebimbangannya akan datang seiring berjalannya waktu. Satu hal yang pasti, dia tidak akan membiarkan kejadian ini mendefinisikan dirinya atau melemahkan keinginannya untuk bertahan karena Vivian sangat membutuhkan pekerjaan ini.

***

Nathan menatap senja. Pikirannya terus berputar pada kejadian beberapa jam yang lalu. Wajah Vivian yang berlinang air mata terus membayangi dirinya, menimbulkan rasa bersalah yang semakin menghimpit hatinya. Cahaya matahari yang perlahan menghilang di cakrawala seakan mencerminkan perasaan suram di dalam dirinya.

Nathan menghela napas berat, mencoba meredakan gejolak emosinya. "Apa yang telah kulakukan..." gumamnya, suara penuh penyesalan. Dia merasa dirinya telah melewati batas yang tidak seharusnya dilalui, merusak kepercayaan dan kenyamanan seseorang yang tak bersalah.

Tatapan Nathan tak lepas dari warna jingga di langit, berharap bahwa malam yang akan datang bisa membawa ketenangan dan, mungkin, sebuah solusi. Dia tahu bahwa dia harus mencari cara untuk meminta maaf kepada Vivian dan memperbaiki kesalahan yang telah dibuatnya.

Senja semakin gelap, membawa harapan akan fajar yang baru. Nathan berharap suatu saat nanti akan ada keajaiban, dia terbebas dari penyakit aneh dan langkah yang selama ini membelenggunya.

***

Bersambung

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

mampir thor..

2024-10-27

0

muna aprilia

muna aprilia

lnjut

2024-07-09

1

sella surya amanda

sella surya amanda

lanjut

2024-06-23

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2 Bab 2: Demi Kehormatanmu
3 Bab 3: Temani Aku Makan
4 Bab 4: Rasa Yang Aneh
5 Bab 5: Kambuh Lagi
6 Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7 Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8 Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9 Bab 9: Semakin Dekat
10 Bab 10: Ingat Batasanmu
11 Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12 Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13 Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14 Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15 Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16 Bab 16: Melindungi Sammy
17 Bab 17: BOCAH SETAN!!
18 Bab 18: Janji Nathan
19 Bab 19: Rasa Penasaran
20 Bab 20: Dua Kehidupan
21 Bab 21: Kau Memang Istimewa
22 Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23 Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24 Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25 Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26 Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27 Bab 27: Hari Pertama Kerja
28 Bab 28: Kembang Api
29 Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30 Bab 30: Insiden
31 Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32 Bab 32: Surat Ancaman
33 Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34 Bab 34: Perkelahian Sengit
35 Bab 35: Peringatan Nathan
36 Bab 36: Nathan Cemburu
37 Bab 37: Vivian Di Culikk
38 Bab 38: Kebrutalan Nathan
39 Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40 Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41 Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42 Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43 Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44 Bab 44: Gangguan Kecil
45 Bab 45: Kebrutalan Nathan
46 Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47 Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48 Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49 Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50 Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51 Bab 51: Bocah Setan!!
52 Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53 Bab 53: Peringatan Vivian
54 Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55 Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56 Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57 Bab 57: Kambuh Lagi
58 Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59 Bab 59: Pantai Yang Indah
60 Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61 Bab 61: Rencana Pembunuhan
62 Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63 Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64 Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65 Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66 Bab 66: Pertemuan Besar
67 Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68 Bab 68: Kecelakaan Kecil
69 Bab 69: Maafkan Aku
70 Bab 70: Saling Merindukan
71 Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72 Bab 72: Misi Terakhir
73 Bab 73: Kembali Untukmu
74 Bab 74: Vivian Hamil
75 KEPOIN YUK
76 Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77 Bab 76: Kejahilan Vivian
78 Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79 Bab 78: Merindukan Papa
80 Bab 79: Melihat Kembang Api
81 Bab 80: Insiden Menakutkan
82 Bab 81: Sekali Saja
83 Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84 Bab 83: Tidak Mudah
85 Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86 Bab 85: Amarah Nathan
87 Bab 86: Penuh Kedamaian
88 Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89 Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90 Bab 89: Kepanikan Vivian
91 Bab 90: Si Kembar Berulah
92 Bab 91: Doris Diusir
93 Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94 Bab 93: Keguguran
95 Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96 Bab 95: Membuat Perhitungan
97 Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98 Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99 Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100 Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101 Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102 Bab 101: Dasar Kau Ini
103 Bab 102: Akhir Yang Bahagia
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bab 1: Penyakit Nathan Kambuh
2
Bab 2: Demi Kehormatanmu
3
Bab 3: Temani Aku Makan
4
Bab 4: Rasa Yang Aneh
5
Bab 5: Kambuh Lagi
6
Bab 6: Tidak Ada Cara Lain
7
Bab 7: Kau Lebih Berkuasa Dari Mereka
8
Bab 8: Kehangatan Yang Asing
9
Bab 9: Semakin Dekat
10
Bab 10: Ingat Batasanmu
11
Bab 11: Kepergian Ayah Vivian
12
Bab 12: Perasaan Tak Biasa
13
Bab 13: Kepulangan Si Kembar
14
Bab 14: Lakukan, Aku Milikmu
15
Bab 15: Kegaduhan Di Pagi Hari
16
Bab 16: Melindungi Sammy
17
Bab 17: BOCAH SETAN!!
18
Bab 18: Janji Nathan
19
Bab 19: Rasa Penasaran
20
Bab 20: Dua Kehidupan
21
Bab 21: Kau Memang Istimewa
22
Bab 22: Kembalinya Musuh Lama
23
Bab 23: Malam Yang Mengairahkan
24
Bab 24: Tidak Akan Melibatkan Vivian
25
Bab 26: Kepulangan Vivian dan Nathan
26
Bab 26: Fenomena Mobil Bergoyyang
27
Bab 27: Hari Pertama Kerja
28
Bab 28: Kembang Api
29
Bab 29: Kau Segala-galanya Bagiku
30
Bab 30: Insiden
31
Bab 31: Akan Selalu Melindunginya
32
Bab 32: Surat Ancaman
33
Bab 33: Pertemuan Monica Dan Arnold
34
Bab 34: Perkelahian Sengit
35
Bab 35: Peringatan Nathan
36
Bab 36: Nathan Cemburu
37
Bab 37: Vivian Di Culikk
38
Bab 38: Kebrutalan Nathan
39
Bab 39: Malam Penuh Hasrat
40
Bab 40: Keputusan Mengejutkan Nathan
41
Bab 41: Tak Mampu Tanpamu
42
Bab 42: Selalu Dan Selamanya
43
Bab 43: Ingin Memiliki Anak
44
Bab 44: Gangguan Kecil
45
Bab 45: Kebrutalan Nathan
46
Bab 46: Apa Kau Takut Padaku?
47
Bab 47: Tidak Ada Salahnya
48
Bab 48: Dua Wajah Satu Tubuh
49
Bab 49: Aku Mohon Berhentilah
50
Bab 50: Kembalinya Masa Lalu
51
Bab 51: Bocah Setan!!
52
Bab 52: Kekhawatiran Vivian
53
Bab 53: Peringatan Vivian
54
Bab 54: Malam Penuh Gaiirah
55
Bab 55: Kita Akan Memilikinya
56
Bab 56: Kita Hanya Masa Lalu
57
Bab 57: Kambuh Lagi
58
Bab 58: Malam Penuh Hasrat
59
Bab 59: Pantai Yang Indah
60
Bab 60: Kehebohan Di Pagi Hari
61
Bab 61: Rencana Pembunuhan
62
Bab 62: Hukuman Untuk Areta
63
Bab 63: Si Kembar Kembali Berulah
64
Bab 64: Berlian Untuk Vivian
65
Bab 65: Kesepian & Kekosongan
66
Bab 66: Pertemuan Besar
67
Bab 67: Dia Akan Baik-Baik Saja
68
Bab 68: Kecelakaan Kecil
69
Bab 69: Maafkan Aku
70
Bab 70: Saling Merindukan
71
Bab 71: Jarak Bukan Penghalang
72
Bab 72: Misi Terakhir
73
Bab 73: Kembali Untukmu
74
Bab 74: Vivian Hamil
75
KEPOIN YUK
76
Bab 75: Ujian Untuk Nathan
77
Bab 76: Kejahilan Vivian
78
Bab 77: Malam Penuh Hasrat
79
Bab 78: Merindukan Papa
80
Bab 79: Melihat Kembang Api
81
Bab 80: Insiden Menakutkan
82
Bab 81: Sekali Saja
83
Bab 82: Ibu Yang Luar Biasa
84
Bab 83: Tidak Mudah
85
Bab 84: Kedatangan Tamu Tak Diundang
86
Bab 85: Amarah Nathan
87
Bab 86: Penuh Kedamaian
88
Bab 87: Malam Ini Begitu Dingin
89
Bab 88: Aku Akan Selalu Ada Untukmu
90
Bab 89: Kepanikan Vivian
91
Bab 90: Si Kembar Berulah
92
Bab 91: Doris Diusir
93
Bab 92: Mengingat Masa Lalu
94
Bab 93: Keguguran
95
Bab 95: Hukuman Untuk Naomi
96
Bab 95: Membuat Perhitungan
97
Bab 96: Berlibur Ke Jerman
98
Bab 97: Hari Pertama' Di Jerman
99
Bab 98: Menikmati Momen Bersama Vivian
100
Bab 99: Mengakhiri Semuanya
101
Bab 100: Semua Sudah Berakhir
102
Bab 101: Dasar Kau Ini
103
Bab 102: Akhir Yang Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!