" Aku menyukaimu Ran. Aku sungguh-sungguh mencintaimu?"
" Pak, eling pak. Iih ngaco deh Pak Raga."
" Ran, aku serius."
Kieran Sahna Abinawa, ia tidak pernah menyangka akan mendapat ungkapan cinta dari seorang duda.
Duda itu adalah guru sejarah yang dulu mengajarnya di tingkat sekolah menengah atas. Araga Yusuf Satria, pria berusia 36 tahun itu belum lama menjadi duda. Dia diceraikan oleh istrinya karena katanya menderita IMPOTEN.
Jadi bagaiman Ran akan menanggapi perasaan pria yang merupakan mantan guru dan juga pernah menjadi kliennya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DDI 22: Tamu Menyebalkan
Hari berikutnya, Ran tetap berangkat ke kantor. Karena merasa bukan luka yang besar dan parah, maka ia memutuskan untuk kantor untuk memeriksa. Lagi pula Dokter Nataya sudah mengobatinya. Tidak diperlukan jahitan pula, sehingga menurut Ran semuanya akan aman.
" Ran, kok pagi bener udah sampai?" sapa Doni yang baru saja datang.
" Iya, ada sesuatu yang harus diberesin. Oh iya Don, kalau Prita udah sampai, kalian kesini ya. Ada yang mau aku omongin," ucap Ran. Bagaimanapun ia harus menyampaikan apa yang ia alami kemarin. Jika dugaan Abi dan dirinya benar, maka mungkin saja bukan hanya dia yang keselamatannya terancam, melainkan Doni dan Prita juga.
" Oke," sahut Doni cepat. Ia merasa ada sesuatu yang aneh dengan Ran. Temannya itu terlihat sangat serius. Namun, Doni tidak ingin bertanya lebih dulu.ia akana menunggu Prita dan melakukan apa yang Ran inginkan tadi.
Tidak berselang lama Prita pun datang, Doni langsung memberi tahu Prita perihal permintaan dari Ran untuk berkumpul atau bisa dibilang meeting dadakan.
" Ada apa sih Don, kok kayaknya serius gitu?" tanya Prita kepada sang teman.
" Nggak tahu juga gue Prit, tapi wajah Ran gue yakin lagi nggak baik-baik aja." Doni mengendikkan kedua bahunya, ia sungguh tidak tahu. Tapi melihat wajah Ran sepertinya ada sesuatu yang serius.
Doni dan Prita berjalan beriringan menuju ke ruangan Ran. Ketika mereka masuk, Ran langsung menyuruh Doni untuk menutup pintu rapat bahkan menguncinya. Ini tentu membuat kedua teman Ran itu semakin penasaran apa yang hendak Ran bicarakan.
Mereka semakin terkejut saat tiba-tiba Ran melepas blazernya. Keduanya bisa melihat ada balutan perban di lengannya. Spontan Prita memekik," Ran, kamu kenapa?" wajah Prita menjadi pucat melihat Ran terluka.
" Kalian duduk dulu, aku jelasin apa yang kemarin terjadi."
Doni dan Prita duduk dengan rapi dan tenang meskipun wajah mereka nampak gusar ketika melihat luka di lengan sang teman.
Tanpa menunggu lagi, Ran kemudian menceritakan kronologi kejadian luka yang ia dapatkan. Ia bahkan juga menceritakan ciri-ciri orang yang menyerangnya. Prita dan Doni sangat terkejut, wajah mereka pucat pasi. Ini adalah hal yang baru mereka temui dalam hidup mereka. Prita bahkan sampai bergidik ngeri. Hal yang biasanya hanya ia lihat di film dan berita televisi, kini benar-benar ada di depannya, dan itu adalah sang teman yang menjadi korban.
" Ya Allah Ran, ini kenapa bisa begini. Bukannya biasanya komplek rumah mu ramai ya?"
" Iya Prit, tapi kemarin beneran sepi banget. Dan ternyata emang lagi ada pengajian di komplek sebelah, jadi para tetangga pada ke komplek sebelah."
Ya ternyata seperti itulah yang terjadi. Ran juga baru tahu saat sang ibu bercerita mengenai kegiatan yang diadakan di komplek sebelah.
" Berarti tuh orang udah ngincer Ran." ucap Doni.
" Yup, aku rasa gitu. Nah kata Abi, bisa aja ini ada kaitannya sama musuh klien kita yang kalah. Meskipun baru dugaan kita kayaknya kudu nyari dan juga hati-hati. Jika itu beneran dari musuh kita, maka bukan hanya aku aja yang kudu waspada tapi kalian berdua/ Kalian tahu kan, jadi pengacara tuh secara nggak langsung kita akan punya musuh dari orang yang kita lawan. Nah sekarang aku mau minta tolong, kira-kira kasus mana yang pernah kita tangani dan itu termasuk sensitif."
Doni dan Prita mengangguk cepat. kebetulan sekali mereka juga sedang santai, atau dengan kata lain sedang tidak menangani klien. merasa sudah cukup, Ran kembali mengenakan blazernya dan mempersilakan Doni dan Prita kembali ke ruangan mereka.
" Haah, rupanya akan tiba juga masanya begini," gumam Ran lirih. Sebenarnya dia sudah mempunyai prediksi akan hal yang ia alami. Saat berkeinginan terjun ke dunia hukum dan mengambil profesi pengacara, Ran sudah mempersiapkan dirinya untuk hal seperti ini. Namun dia tidak menyangka bahwa ini akan terjadi dengan cepat.
Ran kemudian kembali melihat file-file klien yang pernah ia tangani dulu. Satu persatu dia membacanya dan menandai kira-kira mana yang berpotensi melakukan penyerangan terhadap dirinya.
Dari apa yang ia sudah lihat, setidaknya ada 3 kasus yang ia anggap sensitif. Dan Ran tidak menyangka bahwa waktu bergulir dengan cepat. Ia melihat ke arah jam yang ada di dindingnya, dan ternyata sudah siang karena jarum panjang pada jam berada diangka satu.
" Ughh, pantesan pegel. Adzan pun jadi nggak kedengeran. Baiklah, mari 4 rakaat dulu."
Ran beranjak dari tempat duduknya, mengambil air wudhu lalu membentangkan sajadahnya. Tidak lama memang tapi dia merasa bahwa hatinya menjadi tenang setelah melakukan kewajibannya.
Tok tok tok
" Eh maaf bu."
" Nggak apa Lif, ada apa?"
" Itu ada tamu nyariin Ibu."
Ran mengangguk, ia merapikan sajadah dan mukenanya dan segera bergegas menemui tamu yang dikatakan oleh Alif. Sebuah hembusan nafas kasar keluar dari bibir Ran saat melihat siapa yang datang menemuinya.
" Nona Rena, ada perlu apa datang kemari? Apa Anda akan menggunakan jasa kantor firma hukum kami?"
" Tck, jangan sok profesional. Aku mau bicara di luar saja."
Ran mengusap leher belakangnya yang terasa begitu kaku karena sedari tadi duduk sambil melihat layar komputer. Sungguh rasanya sangat enggan sebenarnya bicara dengan Rena karena ia yakin kalau tidak ada hal yang penting yak akan disampaikan. Dan ternyata dugaan Ran benar, Rena sungguh bicara tidak penting.
" Apa kau pacaran sama Rega?"
" Hah Mbak, saya banyak kerjaan. Kalau cuma mau ngomongin hal kayak gitu, lain kali aja ya. Saya beneran lagi banyak hal yang mau dikerjain. Jadi, silakan pulang dan maaf saya harus masuk."
" Oh Lo mau nyindir gue ya? Lo mau bilang kalau gue nggak punya kerjaan gitu. Jangan sok sibuk deh."
Shaah
Bruk
Auchhh
Ckiiiit
" Ran!!!"
TBC