NovelToon NovelToon
Kevin Dan Ade

Kevin Dan Ade

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: aderamadani

Kevin nama pemuda berusia 19 tahun itu,ia tinggal sendiri di dalam rumah sewa yang kecil,hal itu tidak masalah baginya.selagi tempat itu bisa melindungi nya dari panas matahari dan tetesan air hujan,itu sudah cukup.harga sewa per bulan juga terbilang murah banget.

Mengandalkan gaji tak seberapa sebagai pelayan di kedai kopi,setidaknya dengan begitu,dia masih bisa membayar biaya sewa per bulan dan kebutuhan sehari-hari.kendati dia kerap kali merasa perutnya mendadak parik karena terlalu sering mengonsumsi mi instan

Kevin berniat berjalan di sekitar taman.daripada hanya diam - diam rumah tanpa melakukan apa-apa.itu sungguh membosankan.hari ini,jadwal kerjanya masuk pagi,pulang siang.setelah istirahat sejenak,ia pun jalan - jalan.ia pria yang tidak banyak bicara.ya,bisa dibilangin pria yang dingin banget.terkadang dia bisa menjadi pria yang hangat dengan sekitar

Entahlah,dia memang sulit ditebak.

Tumbuh dia tengah-tengah keluarga yang berantakan

membuatnya merasakan jika hidup t

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aderamadani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengapa kita mencintai seseorang

Hai Namaku Alex Will. Umurku 16 tahun. Aku memiliki kakak yang bernama Alca Will dia seorang perempuan yang cantik, kuat, dan penyabar sama seperti ibuku. Saat ini umurnya sudah 16 tahun. Ya, benar kami memang kembar tetapi tidak identik. Sifat kami saja sudah berbeda. Aku juga memiliki seorang adik laki-laki yang sangat keras kepala, sama sepertiku. Walaupun begitu, dia adalah seorang yang jujur. Tim Will hanya berjarak tiga tahun dari kami.  Aku memang asli orang sini, aku lahir dan dibesarkan di kota Nidanru. Aku dan dua saudaraku dibesarkan oleh kakekku. Ayah dan ibuku sudah meninggal. Kakekku sering bercerita kepada kami tentang masa kecil ayahku bahkan, kakek sering bercerita bagaimana ayah dan ibuku dapat bertemu. Kakek pun sering menasehati kami apalagi tentang pentingnya menjunjung tinggi kejujuran. Huh, rasanya sudah seperti makan tiga kali sehari saja.     Pernah disuatu saat, umurku baru sekitar tujuh tahun pada saat itu, aku sedang bermain petak umpet bersama Alca dan Tim. Waktu sudah menunjukkan pukul tiga sore. Alca yang menjadi penjaganya dan aku bersama Tim yang bersembunyi. Aku dan Tim sepakat untuk bersembunyi di sekitaran kamar tidur. Aku bersembunyi di dalam lemari pakaian dan Tim yang bersembunyi di atas lemari. Kebetulan di atas lemari terdapat dus-dus kosong, jadi Tim bersembunyi di balik dus-dus tersebut. Bisa dibilang Tim anak yang cerdas dibandingkan dengan teman seusianya dan aku baru menyadari betapa bodohnya aku, mengapa aku harus bersembunyi di dalam lemari? Karena kebodohanku itulah Alca dapat menemukanku dengan mudah. Lalu aku pun menunggu di ruang makan. Daripada aku hanya melamun sambil menunggu Alca menemukan Tim, lebih baik aku menunggunya sembari makan. Makanan dari piring telah ditransfer ke perut. Rasanya sudah hampir satu jam aku disini, tetapi mengapa mereka belum kembali juga? Aku pun bergegas mencari mereka. Tiba-tiba Alca berlari ke arahku sambil berteriak.

“Tim tidak ada”

“Hah masa?”

“Aku sudah mencarinya kemana-mana tetapi tetap tidak ada”

“Tadi dia bersembunyi di atas lemari tempat aku bersembunyi, dibalik dus-dus, kamu sudah mencarinya?”

“Mungkin aku terlalu panik, aku belum mencarinya kesana”

Alca pun segera berlari ke kamar tidur dan aku menyusulnya. Benar saja apa yang telah kita takuti terjadi, Tim tidak ada. Tiba-tiba datang kakek ke kamar.

“Ada apa ini ribut-ribut?”

Kami pun menjawab dengan tegang.

“mmm tidak ada apa-apa kek”

Aduh Aku dan Alca tidak sengaja berbohong, bagaimana ini? Setelah kakek pergi, aku dan Alca kembali mencari Tim. Hari sudah mulai gelap, Tim masih belum ketemu. Tetapi terdengar suara anak kecil yang sedang menangis, dari tangisannya ia seperti yang sedang ketakutan. Ini seperti suaranya Tim, terus terngiang-ngiang di kepalaku. Apakah ini hanya perasaanku saja?

“Alca aku mendengar seperti ada anak kecil yang sedang menangis”

“Aku pun begitu Alex”

Aku dan Alca segera mengikuti asal suara tersebut, ternyata suara itu berasal dari luar rumah. Setelah dilihat lagi, benar saja itu Tim! Kakek pun terkaget karena mendengar kegaduhan kami dan suara tangisan Tim. Kakek segera keluar dan menanyakan apa yang sebenarnya telah terjadi. Aku dan Alca pun menceritakan semuanya. Tetapi aku terheran setelah mendengar cerita dari Tim. Tim berkata bahwa memang berpindah tempat persembunyian tetapi tidak jauh dari tempat persembunyian asal yaitu, lemari tempat aku bersembunyi tadi dan Tim masih mendengar kegaduhanku dan Alca ketika kami sedang mencarinya. Tetapi, ketika ada kakek yang sedang menanyakan “Ada apa ini ribut-ribut” Tim pun tiba-tiba tidak ingat apa-apa. Dia baru sadar kalau ia sudah berada di luar rumah dalam keadaan langit sudah gelap. Kakek kembali menasehati kami.

“Kakek kan sudah bilang kalian jangan berbohong kepada kakek, kebohongan tidak akan menyelesaikan permasalahan”

Berhubung aku baru berumur tujuh tahun pada saat itu, aku hanya menganggukkan kepalaku saja tanpa mengerti maksud yang sebenarnya dari nasehat kakek tersebut.

***

Pagi itu adalah pagi Minggu yang sangat cerah. Burung-burung berkicauan. Udara segar dihisap  oleh hidung dan masuk ke paru-paru. Hah, sungguh menyegarkan. Alca dan aku membantu kakek berkebun. Aku bagian yang menyiram tanaman dan Alca yang memangkas dan merapikan tanaman-tanamanya. Biasalah, anak perempuan jauh lebih handal dalam soal rapih-merapihkan. Sedangkan Tim, dia hanya membantu dengan mengirimkan doa saja – dasar anak manja.

Setelah selesai kami berpindah menuju ke dalam rumah. Aku membantu menyapu dan mengepel, Alca membantu mencuci pakaian dan piring-piring kotor, dan seperti biasa Tim hanya membantu dengan mengirimkan doa.

Pekerjaan pun telah beres. Hah, lelah sekali rasanya. Aku berbaring di sofa sambil menonton TV. Lima menit kemudian aku sudah tidak sadarkan diri.

***

Siang menuju sore. Aku sudah mulai bosan. Tak ada pekerjaan yang bisa kukerjakan. Kakek sedang tidak di rumah. Aku pun diam-diam pergi ke luar. Tiba tiba …

“Lex, mau kemana?”

“Eh Alca, mm hanya berjalan jalan sebentar ga lama kok”

“Baliknya jangan kemaleman!”

Aku segera pergi keluar. Sial, aku tidak sengaja berbicara seperti itu padahal niat awalku adalah pergi ke rumah Krez. Seketika aku teringat akan pesan-pesan kakek ah tapi, sudahlah.

Krez adalah sahabatku biasanya ketika aku tidak ada kegiatan aku pasti bermain ke rumahnya. Krez berumur sama sepertiku. Dia seorang anak laki-laki yang sifatnya tidak jauh berbeda denganku oleh karena itu, aku sangat dekat dengan Krez. Krez juga memiliki adik perempuan yang seumuran dengan Tim, namanya Kaley.

Kami pun bermain video games, permainan yang sangat digandrungi oleh anak berumur 12 tahun. Permainan dimenangkan oleh Krez. Ya, aku memang jarang sekali menang terhadapnya. Aku pun berbaring sejenak. Tak sengaja aku melihat ke arah jendela kamar Krez, langit tampak begitu gelap dan dihiasi kemerlap bintang. Tunggu sebentar, ada yang aneh sepertinya. Ya ampun hari sudah tampak gelap! Aku pun segera berpamitan dengan Krez dan langsung berlari menuju rumah. Keadaan di luar gelap, hanya sinar bulan yang menerangi jalan pulangku. Aku sudah tidak peduli dengan keadaan sekitar, yang penting aku bisa pulang dan tidak kena marah kakek. Rasanya sudah terlalu lama aku berlari, aku pun mulai kelelahan. Mengapa tidak sampai-sampai ya? Baru kusadari, entah mengapa tiba-tiba aku sudah sampai ke tengah hutan! Aneh sekali, aku sudah terlalu sering pergi ke rumah Krez mana mungkin aku bisa lupa jalan pulang. Aku mulai ketakutan. Apa yang bisa dilakukan oleh anak berumur 12 tahun di tengah hutan, dalam keadaan gelap, dan sendirian? Aku pun menangis dan memanggil-manggil kakek. Aku segera duduk, memejamkan mata, dan mulai menenangkan diri agar dapat berpikir dengan jernih.

Aku mulai mendengar suara aneh, itu seperti suara kakek! Aku mulai membuka kedua mataku secara perlahan. Dan aku pun tersadar aku sudah berada di rumah dan masih berbaring di atas sofa. Ya ampun, ternyata ini semua hanyalah mimpi.

***

Hawa dingin pagi mulai terasa di sekujur tubuh. Aku bangun dari tidurku dalam keadaan kepala masih pening. Entah kenapa aku teringat kembali dengan kejadian lima tahun yang lalu. Aku menjadi risih dan was-was. Semoga mimpi semalam itu tidak benar-benar akan terjadi.

Seperti biasa setiap pagi Alca membuatkan sarapan untuk seluruh anggota keluarga. Aku mengambil sarapanku dan memakannya di ruang tengah sembari menonton TV. Telur mata sapi dengan kuning telur yang masih setengah matang adalah favoritku, ditemani dengan segelas susu madu yang juga membuatku bahagia ketika meminumnya. Setelah selesai sarapan aku pun pergi untuk mandi. Setelah mandi aku memutuskan untuk duduk di teras  depan dan memandang langit yang nampak akan hujan sebentar lagi. Langit berwarna kelabu, sinar sang surya yang mulai tertutup kapas-kapas yang bergumpalan, angin yang meruntuhkan dedaunan, dan air yang mulai berjatuhan. Rintik-rintik hujan terdengar seperti irama musik alam yang menenangkanku. Seolah aku lupa dengan semua kepenatan dan kewas-wasan yang ada. Datanglah Alca yang membawakan teh susu untukku.

“Nih minum dulu!”

“Eh makasih”

“Lex kamu tahu tidak?”

“Tahu apa?”

“Tentang ayah dan ibu...”

“Maksudnya?”

“Terkadang aku suka memikirkan kenapa mereka pergi secepat itu.            Aku ingin seperti anak-anak lain yang tumbuh dan berkembang di       tangan ayah dan ibu mereka sendiri”

“Alca jangan sedih seperti itu, kita masih memiliki kakek yang          menyayangi kita dan bisa kita angap sebagai orang tua kita sendiri.      Harusnya kamu besyukur Alca.”

Aku dan Alca pun masuk ke dalam rumah karena awan semakin menangis, mungkin ia semakin menangis karena Alca juga bersedih.

***

Keesokan harinya aku membuat kejutan untuk kakek, Alca ,dan Tim. Kali ini aku yang membuatkan sarapan untuk mereka. Secangkir kopi dan roti panggang untuk kakek, segelas susu madu hangat dan telur mata sapi dengan kuning telur yang masih setengah matang untuk Alca –memang selera kami selalu kembar, dan segelas susu hangat diiringi oleh roti panggang cokelat untuk Tim si kecil.

Sebenarnya aku melakukan ini semua agar Alca tidak bersedih lagi. Dan dia dapat melihat bahwa masih ada orang di sekitar dia yang menyayangi dan memperhatikannya.

Setelah selesai makan Alca dan aku menaruh piring-piring kotor ke dapur. Alca mencuci piring-piring kotor tersebut. Entah mengapa dari samping aku melihat dia seperti sesosok ibu yang cantik, kuat, tegar, dan penyayang. Aduh kenapa aku bisa berhalusinasi seperti itu.

Aku melewati hari-hariku ya, seperti itu. Bangun tidur, sarapan, mandi, membantu kakek, tidur lagi. Sangat monoton sekali bukan?

***

Tak terasa sudah hari Minggu lagi. Aku mulai bosan dengan rutinitasku. Biasanya ketika aku bosan aku akan bermain ke rumah Krez. Krez adalah sahabatku. Krez seorang anak laki-laki yang memiliki sifat tidak jauh berbeda dariku dan dia berumur 12 tahun. Karena faktor tersebut, aku sangat dekat dengan Krez. Krez juga memiliki adik perempuan yang umurnya sama dengan Tim, namanya Kaley.

Diam-diam Aku pergi ke luar rumah dengan niat ingin ke rumah Krez. Tetapi, ternyata kakek melihatku aku pun hanya bilang kalau aku hanya akan berjalan-jalan sebentar mencari udara segar. Akhirnya aku sampai di rumah Krez. Kami langsung bermain video games, permainan yang sangat disukai oleh anak berumur 12 tahun. Mario Bros yang sedang kami mainkan saat ini. Aneh, aku jarang sekali memenangkan permainan ini, berbeda dengan Krez yang sangat handal memainkan level-level yang susah itu. Lelah dengan kekalahan yang terus mendatangiku. Aku pun berbaring sejenak. Tidak sengaja aku melihat ke arah jendela kamar Krez, langit tampak begitu gelap dan dihiasi bintang yang tak pernah sendirian. Tunggu sebentar, ada yang salah sepertinya. Ya ampun hari sudah memasuki waktu malam! Aku pun segera berpamitan dengan Krez dan langsung berlari menuju luar rumah. Keadaan di luar gelap, hanya sinar bulan yang menerangi jalan untuk sampai ke rumah. Aku sudah tidak peduli dengan keadaan sekitar, yang penting aku bisa pulang dan tidak dimarahi kakek. Rasanya sudah terlalu lama aku berlari, aku pun mulai kelelahan dan napasku sudah terengah-engah. Mengapa tidak sampai-sampai ya? Baru kusadari, tiba-tiba aku sudah sampai ke tengah hutan! Aneh sekali, aku sudah terlalu sering pergi ke rumah Krez mana mungkin aku bisa lupa jalan pulang. Aku mulai ketakutan. Apa yang bisa dilakukan oleh anak berumur 12 tahun di tengah hutan, dalam keadaan gelap, dan sendirian?  Aku pun menangis dan memanggil-manggil kakek. Aku segera duduk, memejamkan mata, dan mulai menenangkan diri agar dapat berpikir dengan jernih. Hmm, rasanya ada yang ganjal. Aku seperti pernah mengalami kejadian ini tetapi, kapan ya? Ya ampun Aku ingat ini mimpiku seminggu yang lalu, ini de javu! Oh tidak yang selama ini aku takutkan pun datang.

Tiba-tiba terdengar suara dari kejauhan yang memanggil namaku, tapi sepertinya aku mengenali suara itu. Pada awalnya aku merasa ketakutan, tetapi aku merasa penasaran. Aku pun segera berlari menuju arah datang suara tersebut. Astaga, itu Krez! Untunglah dia datang.

“Alex, Alex, Alex”

“Krez!! Astaga benarkah itu kamu Krez?”

“Alex, kenapa kamu bisa sampai tidak mendengarku? Sedari tadi aku memanggilmu, tapi kamu terus-menerus berlari tanpa menoleh ke belakang. Jadi aku memutuskan untuk mengejarmu, tetapi kamu malah berlari ke arah hutan. Disitu aku panik aku tetap berteriak memanggil-manggilmu tetapi kamu masih saja tidak menoleh sedikit pun ke belakang. Aku takut ada sesuatu yang akan terjadi kepadamu Alex, jadi aku segera menyusulmu. ”

“Hah untung ada kamu Krez, aku sangat ketakutan.”

“Ini jaketmu tertinggal”

“Ayolah Krez, aku sudah tidak peduli dengan ini (menunjuk ke arah jaket), aku ingin pulang Krez.”

“Ayo kita pulang Lex, kebetulan aku masih ingat jalan tadi kita masuk hutan.”

Aku dan Krez berjalan menuju ke luar hutan sambil sedikit berbincang.

“Sebenarnya apa yang sedang terjadi kepadamu Alex? Kau tidak tampak seperti biasanya.”

“Akhir-akhir ini aku mengalami kejadian-kejadian aneh Krez, bukan akhir-akhir ini saja sih sebenarnya. Lima tahun yang lalu, aku, Alca, dan Tim pernah bermain petak umpet. Alca yang menjadi penjaganya sedangkan aku dan Tim yang bersembunyi. Aku bersembunyi di dalam lemari dan Tim di atas lemari. Ketika aku sudah ditemukan oleh Alca aku pun makan dan Alca masih mencari Tim. Dan hal yang janggalnya adalah Tim tidak ada dimana-mana! Padahal aku dan Alca sudah mencarinya. Sewaktu hari sudah mulai gelap, tiba-tiba terdengar suara tangisan anak kecil yang berasal dari luar rumah ternyata itu Tim. Dia seperti yang sedang ketakutan. Setelah ditanya, Tim bilang ia tidak ingat apa-apa. Itu tuh serem banget kan Krez?. Dan kejadian aneh itu sekarang terjadi lagi.”

“Kamu udah pernah bilang ke kakek sebelumnya tentang kejadian seperti ini?”

“Yang kejadian lima tahun lalu sih kakek melihat sendiri kejadiannya. Tapi, aku masih heran deh Krez mengapa hal kaya gini bisa terjadi kepada aku?”

Akhirnya kami sampai ke luar hutan. Krez pergi menuju rumahnya sedangkan aku menuju rumahku. Aku berlari menuju rumahku karena memang sudah larut malam. Aku berlari semampu yang aku bisa. Lelah sih sebenarnya, tetapi aku lebih takut akan sesuatu hal aneh terjadi lagi. Berhubung ini sudah larut malam pastilah aku kena marah. Siapa sih orang tua yang membolehkan anak 12 tahun keluar di malam hari sendirian. Dan benar saja ketika sudah sampai di rumah aku dimarahi oleh kakek. Tetapi aku melihat dari mukanya dia tidak benar benar marah. Kakek marah kepadaku karena ia sangat sayang kepadaku. Aku pun segera meminta maaf kepada kakek. Sampai-sampai aku berlutut di depannya. Aku sangat sayang kepada kakekku. Dia yang telah membesarkanku karena aku memang sudah tidak memiliki ayah dan ibu. Lagi-lagi kakek menasehatiku dan berkata “Kakek kan sudah bilang jangan berbohong kepada kakek, kebohongan tidak akan menyelesaikan permasalahan”. Tampak tak asing kata-kata itu terdengar di telingaku. Apakah ini de javu lagi? Ah tidak mungkin.

***

Kejadian semalam membuatku sakit kepala hebat. Ingat-tak ingat akan kejadian semalam. Sinar matahari yang sudah sangat menyengat masuk melalui jendela kamar dan membangunkan aku dari tidurku. Aku pikir itu cahaya surga! Aku membuka mataku, mengucek-nguceknya dan menguap. Tak lupa aku meregangkan badanku seperti ulat. Aku melihat ke arah jam dinding. Ya ampun sudah jam 10 pagi! Mungkin kejadian semalam yang membuatku sampai kesiangan bangun. Aku pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Aku mencuci muka dan melihat ke arah kaca. Ada sesosok penampakan dengan muka yang lusuh dan mata yang sembab. Hah itu aku! Mataku sudah seperti marshmallow saja.

Seperti biasa, aku menjalani kehidupan dengan kegiatan-kegiatan monoton. Aku mulai kegiatan monotonku. Aku pun membereskan ruang tengah, tempat dimana kakek sedang membaca koran paginya ditemani dengan secangkir kopi hitam tanpa gula.

“Alex, tolong bereskan kamar kakek.”

“Iya kek, sehabis ini ya kek.”

Setelah selesai membereskan ruang tengah, aku pun melanjutkan dengan membereskan kamar kakek. Tak lupa sudut-sudut ruangan pun aku bersihkan. Bantal dan guling aku susun dengan rapih, seprai aku tarik agar tidak ada lagi gelombang-gelombang abstrak di atas tempat tidur. Barang barang di atas laci aku susun juga sampai rapih. Dengan hati-hati dan pasti aku membersihkan debu yang berada di lemari sakral tempat kakek menyimpan buku yang sudah tua dan penuh dengan kesan. Terlihat debu yang sangat banyak di atas lemari tersebut. Perpanjangan cakram epifisisku belum sampai tahap maksimal memang. Oleh karena itu, aku mengambil kursi dan mencoba meraih debu tersebut dengan cara naik ke atas kursi.

Terdengar seperti suara barang yang terjatuh ‘buk’. Aku melihat ke bawah dan ternyata memang benar ada yang terjatuh. Tak sengaja aku telah menjatuhkan buku milik kakek. Aku turun dari kursi dan mengambil buku tersebut. Bukunya sudah berdebu, jadi aku menyingkirkan debu-debu tersebut dengan kemoceng. Terpampang huruf-huruf yang sudar pudar. Aku pun mencoba untuk membacanya. “ K – E – N – A – N – G – A – N “. Buku apa ini? Otakku memerintahkan aku untuk segera membuka buku tersebut. Jadi, aku membawanya ke atas tempat tidur dan kemudian membukanya. Ternyata, buku ini berisikan foto-foto. Mungkin ini sebuah album. Aku membuka buku tersebut. Di buku itu, terdapat foto-foto seorang anak laki-laki yang mirip sekali denganku sewaktu aku kecil. Kalau itu fotoku, mengapa foto tersebut tampak sudah kusam dan tua ya? Warnanya pun masih hitam putih. Aku membuka lembaran selanjutnya. Dan sekarang foto orang itu makin mirip aku saja ketika aku sudah remaja. Aku kemudian membuka lembaran buku tersebut lagi. Disana terdapat seorang laki-laki dan seorang perempuan yang terlihat begitu serasih dan yang anehnya, perempuan ini mirip sekali Alca. Loh sebenarnya ini foto siapa sih, mengapa mukanya tampak tidak asing, kenapa juga kakek harus menyimpan foto-foto yang sudah usang ini. Mungkin lebih baik aku menyimpannya di kamarku dan suatu saat akan kutanyakan kepada kakek.

***

Di suatu siang aku dan Alca pergi ke luar rumah. Kami sekedar berjalan-jalan tanpa memiliki tujuan. Tak terasa kami sudah sampai di tengah kota. Kebetulan hari ini ada karnaval. Kami pun pergi ke sana. Tak sengaja aku bertemu dengan Mebel.

Mebel adalah sahabatku – dulunya. Aku dan Mebel sering bermain bersama. Ya, bisa dibilang posisinya sama seperti Krez. Tetapi, di suatu hari aku bertengkar hebat dengan Mebel. Memang Mebel itu orang yang sangat keras kepala tetapi, sebenarnya dia adalah sesosok yang baik. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak menemuinya lagi. Aku pun tidak pernah bertemu dengannya sudah hampir empat tahun. Sebenarnya waktu itu aku memiliki perasaan terhadap Mebel. Mebel itu perempuan yang lucu dan cantik. Dia juga sangat perhatian. Mungkin waktu itu aku masih terlalu kecil untuk mengungkapkan perasaanku umurku baru 11 tahun saat itu. Jadi, kuurungkan niat awalku. Aku sempat bercerita kepada Alca tentang hal ini.

“Lex liat tuh, itu ada siapa”

“Hah mana? Siapa apanya?”

“Ga usah pura-pura tidak tau deh! Itu coba kamu lihat ke arah jam dua!”

“Siapa sih Ca?”

“Itu tuh Mebel Lex, dia cantik banget ya. Kamu masih suka sama dia Lex?”

“Ya engga lah itu kan cuman perasaan masa lalu. Cuman suka boongang itu mah”

“Masa sih Lex? Dulu waktu kamu cerita ke aku kayanya kamu emang beneran suka deh Lex”

“Itu kan dulu Ca, udah deh ga usah dibahas bikin mood aku berubah aja. Kita kan mau seneng-seneng disini!”

“Hi, sewot dia. Ya udah yu, kita pergi kesana aja naik bianglala”

Aku dan Alca pun pergi kesana. Di perjalanan menuju kesana aku sempat berbicara dengan hati kecilku. Aku sebenarnya masih memiliki perasaan terhadap  Mebel. Bagaimana aku bisa langsung melupakannya? Dia orang pertama yang dapat membuat aku tersenyum-senyum sendiri di tengah malam dan membayangkan wajah lucu dan imutnya itu.

Huh antrian agar bisa menaiki bianglala cukuplah panjang. Tetapi Alca ingin sekali naik bianglala itu jadi, kami hanya bisa bersabar menunggunya. Agar tidak bosan, aku pun berinisiatif untuk keluar dari antrian dan membeli permen kapas. Sementara Alca tetap menunggu di antrian agar tidak ada yang menyerobot antrian kami.

“Pa pesan dua permen kapasnya ya!”

“Ini permen kapasnya nak”

“Berapa harganya pa?”

“20 N saja nak”

Aku pun mengeluarkan uang sebesar 20 N dari dompetku. Setelah aku mengambil kedua permen kapas tersebut, aku berbalik. Ah sial! Ternyata ada Mebel di belakangku sedari tad.

“EH hei Mebel”

“hmmm kamu Alex kan?”

“Iya, emm kamu mau ngapain kesini?”

“Aku mau membeli permen kapas Lex sama sepertimu”

“Ini ambil saja yang aku”

“Eh gausah aku kan bisa beli sendiri”

“Udah gapapa”

“Makasih ya!”

“Kembali”

Percakapan yang singkat namun dapat membuat jantungku berdegup dengan sangat kencang, sampai mau lepas dari tubuh saja. Walau canggung seperti tadi rasanya senang sekali. Aku pun berjalan menuju antrian dimana Alca sudah menunggu. Berjalan saja sudah seperti tidak menapakkan kaki ke tanah. Rasanya aku benar-benar melayang dan sedang berada di bianglala yang datang karena awan telah selesai menangis dan matahari muncul membawa kebahagiaan.

Aku kembali ke antrian. Lumayan sudah maju cukup jauh dibanding kan sebelumnya.

“Nih Ca permennya.”

“Asyik, makasih Lex”

“Ca, tadi aku ketemu Mebel lagi.”

“Loh tadi marah-marah pas kamu denger namanya, kok sekarang malah seneng? Muka kamu merah tuh Lex”

“Engga ah biasa aja, ya udah terus ngobrol aja sedikit.”

“Tuh kan masih suka ya?”

“Apaan sih Ca engga kok! Yu ah naik udah beres nih antriannya”

Untung saja aku menaikki bianglala ini di sore hari. Kalau tidak, bisa-bisa kulitku berubah warna seperti bagian belakang wajan. Sejuk dan tenang rasanya. Dapat menikmati panorama kota dari ketinggian ditemani angin yang berhembus mengenai tubuh.

Tiba-tiba saja angin berhembus tambah kencang. Langit menjadi lebih gelap dari sebelumnya. Keitka aku telah sampai di puncak bianglala. Tiba-tiba bianglala tersebut berhenti. Pikirku mungkin memang dari sistemnya seperti ini agar semua pengunjung dapat merasakan pemandangan yang indah dari ketinggian maksimal bianglala. Aku pun menunggu selama hampir 1 jam. Sepertinya ada yang tidak beres. Aku pun mengintip ke bawah. Semua orang terlihat panik. Yang di bawah saja panik, apalagi aku dan Alca yang terjebak di ketinggian. Alca segera memelukku.dia tampak sangat ketakutan. Aku pun bingung harus berbuat apa. Sambil memeluk Alca, aku pun memejamkan mata. Aku tetap berusaha tenang. Aku teringat akan pesan kakek “Kakek kan sudah bilang jangan berbohong kepada kakek, kebohongan tidak akan menyelesaikan permasalahan”. Tunggu sebentar, apakah selama ini kejadian aneh selalu terjadi setelah aku membuat suatu kebohongan? Aku berusaha mengingat kejadian-kejadian aneh yang telah terjadi. Pertama, umur aku dan Alca baru tujuh tahun saat itu, kami berbohong kepada kakek ketika aku, Alca, dan Tim bermain petak umpet dan Tim tiba-tiba menghilang. Ia sudah ditemukkan di luar rumah pada malam hari sambil menangis. Kedua, tiga tahun yang lalu kejadiannya. Aku berbohong kepada kakek lagi. Aku pergi ke rumah Krez dan lupa waktu. Ketika aku pulang langit sudah gelap dan aku malah tersesat ke hutan. Untung ada Krez, kalau tidak aku bisa saja mati dan menjadi santapan serigala. Dan yang terakhir ya yang sedang aku alami saat ini.                                                                                                                  Tiba-tiba mesin besar ini pun kembali menyala.

“Alca lihat mesinnya kembali menyala”

“Hah syukurlah.”

Setelah sampai di bawah aku melihat Mebel. Dia segera menghampiriku.

“Kamu gapapa kan Lex?”

“Untungnya tidak apa-apa”

“Tadi aku memanggilmu tapi kamu tidak mendengar. Jadi aku melihatmu dari kejauhan kalau kamu mengantri di antrian permainan bianglala. Lalu aku melihat orang-orang yang ribut di sekitaran permainan bianglala. Aku segera kesini untuk memastikan kamu baik-baik saja. Syukurlah kalau kamu tidak apa-apa”

“Terimakasih Mebel. Tapi, aku harus segera pulang ada hal penting yang harus aku tanyakan kepada kakek. Kapan-kapan kita ketemuan lagi ya Mebel. Ayo Alca cepat kita pulang. Dah Mebel”

“Dah Mebel”

“Dadah Alca, Lex hati-hati”

Aku dan Alca pun bergegas pulang ke rumah. Sesampainya aku di rumah ternyata kakek sudah tertidur lelap di kamarnya. Aku pun mengurungkan niatku untuk menceritakan semua ini kepada kakek. Berhubung aku baru saja dari kamar tidur kakek, aku teringat akan buku ‘KENANGAN’ itu. Aku segera ke kamar dan membuka kembali album foto tersebut. Sepertinya aku tahu ini foto siapa. Mungkin anak kecil yang mirip aku tersebut adalah ayah dan perempuan yang mirip Alca adalah ibu. Karena sangat mustahil jika itu semua adalah foto kami. Foto yang masih berwarna hitam putih. Apakah setua itu usia kami?

***

Ah tidak! Mataku seperti mata panda saja. Menghitam di bagian kantungnya. Mungkin ini karena semalaman aku terjaga. Sulit sekali untuk tidur. Apakah karena perasaanku tidak enak? Aku sudah mencoba minum segelas susu hangat namun tidak ada hasilnya. Menghitung gambar domba yang banyak, tidak mempan juga. Mendengarkan musik mellow tidak tidur-tidur juga. Ketika ayam berkokok barulah aku dapat tertidur dengan pulas. Alhasil aku tertidur hingga sore hari. Ah mungkin besok saja aku menceritakan kejadian kemarin kepada kakek. Aku masih terlalu lelah. Lebih baik aku melanjutkan tidurku untuk mengganti waktu tidur yang terbuang sia-sia dengan hanya menatap langit-langit kamarku.

***

Aku baru teringat kalau harusnya aku menceritakan terlebih dahulu kepada Alca dan Tim. Mereka juga berhak tahu tentang album foto tersebut. Setelah aku meceritakan semuanya kepada Alca dan Tim, Alca pun tiba-tiba menangis. Aku sangat mengerti apa yang dirasakan Alca. Berbeda dengan Tim, dia hanya menyalurkan kesedihannya melalui sikap diam dan pandangan yang kosong. Mungkin memang ini saatnya, inilah waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya ke kakek.

Seperti biasa kakek sedang menikmati kopi hitam tanpa gula miliknya dan membaca koran pagi langganannya di teras depan. Aku pun menghampirinya.

“Kakek”

“Ya, ada apa Alex, sini duduk nikmatilah udara pagi yang segar ini bersama kakek.”

“Kakek, ada yang mau Alex bicarakan dengan kakek.”

“Silahkan Lex”

“Jadi gini kek, waktu itu Alex sedang membereskan kamar tidur kakek tiba-tiba, Alex menemukan album foto yang sudah lusuh. Di dalamnya ada foto seorang anak laki-laki yang sangat mirip Alex kek dan ada juga seorang perempuan yang mirip sekali dengan Alca. Kek, apakah itu ayah dan ibu?”

Kakek yang sedang menyeruput kopinya pun seketika tersedak. Kakek diam sejenak. Kebisuan itu membuatku tegang.

“Kakek akan mengungkap semuanya Lex, tetapi ini bukan waktu yang tepat. Kakek akan beri tahu nanti, setelah umurmu cukup.”

Begitulah akhir dari pembicaraan kami. Sungguh, kakek membuat aku menjadi sangat penasaran sekaligus takut.

***

Aku tidak tahu kapan waktu yang tepat menurut kakek. Aku hanya bisa sabar dan menahan rasa penasaranku yang sudah di ambang batas itu. Seringkali aku mengalihkan rasa penasaranku dengan mencari kegiatan-kegiatan seru. Tetapi, tetap saja terpikirkan. Sedang mandi, terpikirkan. Sedang makan, terpikirkan lagi. Sedang melamun, apalagi. Hah, wahai waktu cepatlah berlalu! Sekarang aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku langsung memasang kaset film. Film ini memang tidak terlalu seru tapi film ini memiliki banyak season. Lumayan lah untuk membuang waktu.

Keesokan harinya aku membaca novel yang menurutku cukup menarik untuk dibaca. Novel ini berceritakan tentang vampire remaja yang tidak suka memangsa manusia. Dia hanya minum darah dari kantong hasil donor darah manusia, jika tidak ada dia bisa saja memangsa tikus. Hih memjijikan. Bagian yang aku suka dari novel ini adalah vampire tersebut belajar di sekolah manusia dan tiba-tiba jatuh hati dengan salah seorang gadis baru di sekolah itu. Ada yang lucu dari novel ini. Vampire remaja tersebut memiliki seorang adik perempuan yang jauh lebih hebat dari dirinya. Dia pun sering bertengkar dengan adik perempuannya itu. Dan vampire tersebut takut akan sinar matahari. Jika ia berlama-lama dibawah teriknya sinar matahari, maka kulitnya akan kemerah-merahan seperti manusia yang sedang terkena penyakit cacar– huh ada-ada saja.

***

Aku menjalani hari-hariku dengan biasa lagi. Kakek sedang menonton TV di ruang tengah. Terdengar suara kakek mamanggil namaku.

“Alex, kemari”

Aku segera menghampiri kakek.

“Iya, ada apa kek?”

“Orang yang berada di foto itu memang benar ayah dan ibumu Lex.”

“Tuh kan benar apa yang telah kuduga. Kek sewaktu itu aku juga ingin bercerita tentang kejadian aneh yang telah aku alami. Kakek masih ingat ketika Tim menangis di luar rumah pada malam hari setelah aku bermain petak umpet?”

“Iya kakek masih ingat”

“Ada hal janggal yang terjadi sebenarnya. Waktu itu aku berbohong kan kepada kakek karena aku takut dimarahi oleh kakek. Nah, ada kejadian aneh lagi yang terjadi setelah aku berbohong kepada kakek. Sewaktu itu aku bilang bahwa aku akan berjalan-jalan sebentar. Tetapi, sebenarnya aku pergi ke rumah Krez untuk bermain. Aku lupa waktu sampai-sampai aku baru pulang ketika matahari telah terbenam. Aku pun panik aku langsung pulang tetapi aku malah tersesat ke hutan. Aneh kan kek padahal aku sudah sering pergi ke rumah Krez mana bisa aku tersesat. Lalu kek waktu itu aku dan Alca pergi ke karnaval, diasana ada permainan bianglala. Kami pergi menaikki permainan tersebut tapi tiba-tiba ketika ami sudah berada di puncak, mesin bianglala tersebut mati. Kami terjebak hampir selama sejam. Aku baru teringat kalau sebelumnya aku baru saja berbohong kepada Alca. Dan sampai sekarang, aku yakin tidak yakin kalau penyebab dari kejadian-kejadian aneh ini adalah kebohongan yang telah aku buat.”

“Sebelumnya tolong panggilkan Alca kesini agar dia juga dapat mendengarkan kakek.”

Aku segera memanggil Alca.

“Iya ada apa kek?”

“Alca cepat duduk di sebelah Alex. Ada hal yang harus disampaikan kepada kalian, berhubung usia kalian sekarang telah menginjak 16 tahun. Jadi begini Alex, Alca, kakek belum pernah menceritakan kepada kalian sebelumnya. Ini mengenai orang tua kalian. Dulu sewaktu ayah masih kecil, sifatnya sama sepertimu Lex. Tetapi ayah kamu ini suka berbohong. Kakek sampai bingung bagaimana cara yang benar untuk mendidik ayah kamu. Dia bisa berbohong kepada siapa saja. Bukan hanya kakek saja, tetangga-tetangga juga sering dibohonginya. Kakek berdoa agar ada suatu keajaiban yang bisa merubah anak kakek menjadi anak yang baik. Hari demi hari terus berlalu, tahun demi tahun juga terus berlalu. Ayah kamu tumbuh menjadi pemuda yang tampan namun sifatnya yang masih sama. Tetangga pun sering mencibirnya tetapi, ayahmu tetap tidak peka. Ada salah seorang perempuan cantik dari kalangan tetanggan yang dibohongi juga oleh ayahmu. Dia adalah seorang penyihir yang baik. Ternyata penyihir tersebut mendengarkan doa kakek. Ayahmu dikutuk oleh penyihir itu! Jika ia berbohong maka wujudnya akan berubah. Fisiknya tidak akan terlihat oleh manusia-manusia biasa. Yang hanya terlihat hanyalah satu hal, yaitu bayangannya. Jika ayahmu berbohong di siang hari, beruntung dia masih terlihat bayangannya. Tetapi bagaimana jika di malam hari? Ya tentu saja bayangannya tidak akan terlihat dengan jelas. Terdengar tidak logis memang namun inilah kenyataanya. Untungnya dia masih bisa berbicara. Ayahmu langsung bercerita tentang kutukan itu kepada kakek. Kakek hanya dapat berkata : Ini adalah pelajaran untukmu agar kamu tidak tumbuh menjadi orang yang suka berbohong. Setelah kejadian itu, diam –diam kakek pergi ke rumah penyihir tersebut. Kakek memohon agar dia dapat mencabut kutukan tersebut. Tetapi penyihir tersbut berkata : Aku bisa saja mencabut kutukan tersebut asalkan anakmu dapat berubah menjadi orang yang jujur. Kakek pun menyampaikan kepada ayahmu tentang hal tersebut. Sungguh sebenarnya kakek sangat kasihan terhadap ayahmu, mana ada orang tua yang tega melihat anaknya menderita. Ayahmu pun mencoba menjadi pemuda yang baik hati. Ia meminta maaf kepada orang-orang yang telah ia bohongi selama ini, termasuk penyihir cantik tersebut. Ayahmu pun jatuh cinta melihat sosok penyihir cantik itu yang sebenarnya sangat baik. Akhirnya mereka pun menikah.”

“Jadi sebenarnya selama ini ibu adalah seorang penyihir kek?”

“Ya, betul Alca. Ketika ia mengandungmu ibumu berjanji untuk bersikap sebagai manusia biasa. Ia tidak mau menggunakan keuatan-kekuatannya lagi. Tetapi terdapat efek samping dari kutukan tersebut.”

“Apa itu kek?”

“Sayangnya sedikit efek dari kutukan ini hanya menimpamu Lex. Ketika kamu berbohong kamu akan mengalami kejadian-kejadian aneh seperti yang telah menimpamu akhir-akhir ini. Oleh karena itu, kakek selalu menasehati kalian, teruma kamu Alex agar kalian tidak berbohong.”

“Hah untung saja aku tidak kena kutukan itu”

“Kamu jangan gitu dong Ca!”

“Sudah-sudah jangan bertengkar. Ambilah hikmahnya Alex. Kamu bisa menjadi orang yang jujur. Dan orang jujur pasti akan bahagia. Tidak menutupi kebohongan dengan kebohongan yang lainnya yag akan memperbesar suatu permasalahan.”

Semenjak mendengar cerita dari kakek lah aku berusaha untuk menjadi orang yang jujur di setiap harinya dalam hidupku. Mungkin factor lainnya karena aku tidak ingin hal-hal yang aneh dan menyeramkan datang ke hidupku lagi.

1
Ade rama Dani
bagus
minsook123
Alur yang cemerlang, penuh kejutan. 🤩
Inari
Amat menghibur, tarik napas setelah baca 😍
Ade rama Dani: makasih
total 1 replies
Piccolo
Wahhh!!
Ade rama Dani: makasih ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!