Cahaya Hati Bintang

...Please kalau gak suka jangan kasih ⭐ 1 dan komen buruk...

...Please kalau gak suka skip aja please...

...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...

"Ma...maaf mas, Ara gak bisa"

Senyum diwajah Bintang hilang seketika, jantungnya berdenyut pilu terasa perih bagai disayat sembilu.

"Gak bisa apa Ra ?" tanya Bintang dengan suara bergetar.

"Ara masih ingin fokus kuliah dulu mas" jawaban gadis itu membuat wajah Bintang pucat seketika. Ia pun memegang dadanya dan merintih dengan hebat.

"Aaarrrgghh, sakit" ucap Bintang yang membuat Laras cemas.

"Ada apa mas ? Apa yang sakit ?" Laras sudah ketakutan melihat wajah Bintang yang pucat dan keringat membanjiri wajahnya.

"Sakit Ara, dada mas sakit" terlihat Bintang sangat kepayahan dan berusaha mengatur nafasnya.

"Ayo ke rumah sakit mas" Laras sudah khawatir bukan main, air mata mengaliri pipinya melihat Bintang merintih kesakitan.

"Gak bisa, mas gak kuat. Tolong mas Ara"

"Mas...." Laras sudah menangis terisak-isak, ia mengusap-usap dada Bintang.

"A....Ara" Bintang terlihat semakin lemah, wajahnya semakin pucat.

"Mas...jangan tinggalin Ara" gadis itu menangis tersedu-sedu dan memeluk erat tubuh Bintang.

"Apa...sedikitpun tak ada perasaan untukku dihatimu ?" ucap Bintang lemah dan tersengal-sengal. Gadis itu semakin ketakutan.

"Maafkan Ara mas, aku mencintaimu. Aku sangat mencintaimu. Jangan tinggalin Ara mas, aku mohon" Laras menangis makin keras dan memeluk tubuh Bintang semakin erat. Pria itu tersenyum penuh kemenangan.

"Aku juga sangat mencintaimu sayang, mas tidak akan meninggalkanmu" ucap Bintang lembut sambil tersenyum bahagia, ia pun mencium kening Laras. Gadis itu semakin menangis tersedu-sedu dan makin mengeratkan pelukannya. Sementara Bintang tak henti mencium mesra pucuk kepala Laras.

Selama beberapa saat Laras menangis dalam pelukan Bintang hingga gadis itu menyadari Bintang tidak lagi berteriak kesakitan. Ia pun melerai pelukannya dan memperhatikan wajah Bintang yang terlihat ceria dengan senyum manis yang teramat manis. Laras merasa ia bisa menderita diabetes karna saking manisnya senyuman itu.

"Mas tidak sakit lagi ?"

"Tidak sayang, cintamu menyembuhkan tubuhku" ucap Bintang genit membuat Laras menyadari sesuatu.

"Mas menipuku ?"

"Menipu apa sayang ?"

"Mas pura-pura sakit ?" Bintang pun tersenyum membuat Laras merasa ia bagai keledai bodoh yang mudah diperdaya.

"Mas jahat, jahat, jahat" teriak Laras sambil mencubit-cubit keras pinggang Bintang.

"Auuu....aaakkhhh cubitanmu terasa nikmat Ara" ucap Bintang tersenyum jahil yang membuat Laras semakin jengkel.

"Dasar mes*m" Laras pun berdiri dan berjalan menuju pintu. Namun dengan cepat Bintang memeluk tubuh gadis itu.

"Maaf sayangku, maaf. Jangan marah donk ntar cantiknya hilang" bujuk Bintang sambil membawa Laras duduk disofa. Tak lama bel pintu berbunyi. Bintang segera membuka pintu dan menerima sebuah kantong yang diantar oleh kurir.

"Sayang makan dulu ya, biar ada tenaga buat marah-marah" ucap Bintang menggoda sementara Laras menatap sebal pada nya. Bintang kemudian memindahkan bubur ayam kedalam piring dan duduk disebelah Laras.

"Makan dulu" ucap Bintang sambil menyendokkan bubur ke mulut Laras namun gadis itu menolak.

"Ara mau pulang, mas jahat" ucap gadis itu dengan mata berkaca-kaca, ia masih tak terima Bintang mempermainkannya.

"Maaf sayang, mas hanya ingin Ara jujur tentang perasaan Ara terhadap mas. Maaf ya jangan marah lagi" Bintang memeluk erat gadis itu.

"Jangan bercanda dengan kematian mas, aku mohon" Laras kembali menangis pilu membuat Bintang merasa sangat bersalah.

"Maafin mas Ara, maaf. Apa kau takut kehilanganku ?" tanya Bintang lembut dan tanpa sadar Laras menganggukkan kepalanya. Sungguh ia merasa jantungnya terasa sakit saat melihat Bintang menderita. Lagi-lagi Bintang tersenyum bahagia. Ia semakin memeluk erat tubuh gadis itu.

🌟🌟🌟

Lina sedari tadi gelisah dan tidak fokus dalam mengikuti pembelajaran. Ia cemas bukan main, Laras dari semalam tidak pulang. Ia sudah menghubungi coffee shop namun Rina mengatakan jika Laras sudah pulang duluan sebelum mereka pulang. Ia juga tidak bisa menghubungi Laras karna gadis itu tidak memiliki handphone.

Setelah pembelajaran selesai, Lina memilih duduk ditaman depan perpustakaan. Ia bingung harus mencari Laras kemana. Setahu Lina, Laras tidak memiliki siapapun dikota ini. Jika ingin melapor ke kantor polisi, ia harus menunggu 1x24 jam dulu. Lina pun menghela nafasnya berat.

"Ada apa Lina ?" tanya Zayyan yang khawatir saat melihat Lina tengah duduk termenung seorang diri, ia hendak ke perpus mencari beberapa buku referensi.

"Kak, Laras tidak pulang dari semalam. Aku bingung harus mencarinya kemana" lapor Lina dengan wajah cemas, air matanya sudah mengalir.

"APA ?" Zayyan kaget bukan main. Lina juga kaget karna teriakan Zayyan. Mereka berdua sama-sama kaget dengan penyebab yang berbeda.

"Apa handphone nya sudah kamu hubungi ?" Zayyan pun ikut cemas.

"Laras tidak memiliki handphone kak"

"APA ?" lagi-lagi Zayyan berteriak, Lina merasa telinganya bisa budek.

"Laras tidak punya HP kak" ulang Lina, ia kemudian menggeser duduknya menjauhi Zayyan agar telinga nya tidak sakit mendengar teriakan pria itu.

Zayyan melongo mendengar ucapan Lina. Ia baru tahu jika zaman sekarang masih ada yang tidak memiliki handphone. Pantas saja Laras selalu menolak saat ia meminta nomor telpon.

"Kak, ada nomor handphone kak Bintang ?" tanya Lina melihat Zayyan hanya diam bengong.

"Ada, untuk apa ?"

"Mau nanya sama kak Bintang Laras ada dimana, bisa jadi dia tahu" terang Lina

"Bentar ya" Zayyan mengambil handphone nya dan menelpon Bintang.

Tuuuuuut....

Tuuuuuut....

Tuuuuuut....

"Hallo" terdengar suara Bintang diseberang sana.

"Kak ada lihat Laras ?" tanya Zayyan to the point.

"Ada"

"Dimana ?"

"Tuuu...Lagi tidur" Zayyan kaget bukan main, tiba-tiba hatinya terasa panas.

"Tidur dimana kak ?" suara Zayyan mulai terdengar emosi membuat Bintang tersenyum diseberang sana.

"Diranjangku, udah anak kecil gak perlu tahu urusan orang dewasa" panggilan pun terputus. Sumpah Zayyan bagai kena sentrum, ia pun bengong dan terdiam.

"Kak, apa kata kak Bintang ?" tanya Lina cemas

"Katanya Laras lagi tidur diranjangnya" jawab Zayyan dengan wajah linglung membuat Lina kaget dan tak lama ia pun akhirnya paham.

Lina sudah lama mencurigai jika Bintang menyukai Laras, begitu juga sebaliknya. Karna Bintang selalu mengantar mereka setiap malam pulang ke kos. Setiap hari pria itu juga datang ke coffee shop hanya duduk minum kopi dan memandangi Laras sampai mereka selesai bekerja. Sebagai sahabat ia sangat mengerti, walau Laras dan Bintang hanya diam didalam mobil namun Lina bisa melihat chemistry keduanya sangat kuat.

"Syukurlah, berarti Laras bersama kak Bintang" ucap Lina yang membuat Zayyan kaget. Ia segera menahan lengan Lina saat gadis itu beranjak pergi.

"Maksudmu apa Lina ? Apa mereka pacaran ?" tanya Zayyan dengan hati tak karuan, walaupun Laras sudah menolaknya namun ia masih sangat berharap pada gadis itu.

"Iya" jawaban Lina bagai petir disiang bolong. Hatinya patah dan berdarah.

"Makasih ya kak, aku permisi" ucap Lina, namun tangannya kembali ditahan Zayyan.

"Ada apa kak ?"

"Temani aku minum" ucap Zayyan dan tanpa menunggu persetujuan Lina, pria itu menarik Lina masuk kedalam mobilnya. Lina pun terdiam dengan debar jantung menggila. Jujur Lina menyukai Zayyan sejak ia melihat senyum rupawan pria itu, namun ia sadar diri jika Zayyan menyukai Laras dan ia berusaha mengubur rasa sukanya.

Mobil pun melaju menuju sebuah cafe ditengah kota yang bernama CAFE BY NATURE. Cafe ini memiliki konsep forest view dimana cafe tersebut memiliki banyak pepohonan yang rimbun dan bunga-bunga yang bermekaran indah. Kursi-kursi dan meja diletakkan persis dibawah pohon yang rindang hingga suasana terasa sejuk ditengah cuaca panas ibu kota. Jika dimalam hari suasana makin terasa romantis dengan adanya lampu berwarna-warni membuat betah para pengunjung cafe.

Zayyan pun memarkirkan mobil dan membawa Lina turun memasuki caffe. Ia membawa gadis itu duduk dibawah sebuah pohon, tak lama datang pelayan membawa menu dan mengambil pesanan mereka.

Lina memperhatikan wajah pria itu terlihat sedih dan murung.

"Kak, ada apa ?" tanya Lina, dari tadi mereka hanya diam.

"Apa kamu yakin mereka pacaran ?" Lina pun menghembuskan nafasnya pelan. Sebenarnya ia juga ragu namun melihat kedekatan Bintang dan Laras, dugaan pacaran itu sangat kuat. Lina pun diam dan ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan kaget saat melihat dua orang yang ia kenal tengah berjalan bergandengan tangan.

"Itu...."

...****************...