NovelToon NovelToon
Mendadak Nikah

Mendadak Nikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Suami ideal / Istri ideal
Popularitas:11.6k
Nilai: 5
Nama Author: aisy hilyah

Denis Agata Mahendra, seorang bocah laki-laki yang harus rela meninggalkan kediamannya yang mewah. Pergi mengasingkan diri, untuk menghindari orang-orang yang ingin mencelakainya.

Oleh karena sebuah kecelakaan yang menyebabkan kematian sang ayah, ia tinggal bersama asisten ayahnya dan bersembunyi hingga dewasa. Menjadi orang biasa untuk menyelidiki tragedi yang menimpanya saat kecil dulu.

Tanpa terduga dia bertemu takdir aneh, seorang gadis cantik memintanya untuk menikah hari itu juga. Menggantikan calon suaminya yang menghamili wanita lain. Takdir lainnya adalah, laki-laki itu sepupu Denis sendiri.

Bagaimana kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kondisi Radit

"Apakah sakit?" Denis menyentuh sebelah pipi Larisa yang nampak membiru.

Gadis itu mengangguk malu, memalingkan wajah dari tatapan Denis. Perlahan, jemari kokoh itu menarik dagunya hingga kembali berhadapan.

"Apa yang telah dia lakukan padamu? Apa dia menamparmu?" tanya Denis lagi menatap lekat-lekat wajah Larisa yang masih menyisakan rasa takut.

Ia kembali mengangguk pelan, belum mengucapakan sepatah kata pun. Sebelah pipinya terasa kebas dan berdenyut bekas tamparan Radit saat ia menolak.

Denis merengkuh kepala Larisa, mengusapnya dengan lembut. Entah bagaimana perasaannya saat ini? Apakah hanya sekedar rasa kasihan? Ataukah sudah mulai tumbuh benih cinta di sana? Ia pun tak tahu.

"Maafkan aku, Larisa. Maaf karena aku belum bisa menjagamu dengan benar," lirih Denis membenamkan kepala gadis itu di dadanya.

Larisa terdiam, merasakan kehangatan dari sentuhan laki-laki yang bergelar suaminya. Sungguh, sentuhan Denis terasa berbeda malam itu. Ia tak berharap lebih dari pernikahan yang mereka jalani secara dadakan, sudah bisa terlepas dari Radit saja ia sudah bersyukur.

Larisa mengangkat wajah, menatap manik Denis yang nampak sayu dipenuhi rasa sesal.

"Kenapa kau terus meminta maaf? Ini semua bukan salahmu," ucap Larisa menyentuh pipi Denis dengan lembut.

Ia menutup kedua mata merasakan kehangatan yang tak pernah menyapa. Sentuhan lembut Larisa menelusup hingga ke relung jiwa.

Seperti inikah sentuhan seorang ibu?

"Larisa?" lirih Denis seraya membuka kedua matanya.

"Mmm?" Larisa menyahut sembari menatap wajahnya.

Denis tersenyum, membenarkan anak rambut yang menghalangi wajah gadis itu.

"Kau harus makan," ucapnya lembut.

Seingat Larisa, Denis adalah sosok yang dingin dan jarang berbicara. Akan tetapi, malam itu dia tampak berbeda. Lembut dan perhatian. Larisa mengangguk, duduk bersandar di kepala ranjang.

"Biar aku saja," sergahnya ketika Denis hendak menyuapi makan.

"Sudahlah. Kau kira aku tidak bisa menyuapi mu?" Denis memaksa, untuk menebus kesalahannya di malam itu.

Larisa diam dan membiarkan Denis menyuapinya makan.

"Maaf, karena masalah ini makan malam kita jadi berantakan," ucap Larisa setelah menerima beberapa kali suapan Denis.

"Tak perlu meminta maaf, ini semua bukan salahmu. Ini, minumlah!" Denis memberikan segelas air diterima Larisa dengan senyuman.

"Terima kasih," ucapnya pelan seraya menenggak air itu perlahan.

"Kau sendiri tidak makan?" tanya Larisa menatap Denis dengan cemas.

Laki-laki itu tersenyum, membantu istrinya merebah dan menyelimuti tubuhnya. Ia duduk kemudian, dengan tatapan lembut memandang wajah Larisa.

"Aku akan makan, kau istirahat saja di sini. Tak akan aku membiarkan masakanmu yang lezat itu begitu saja," ucap Denis sambil tersenyum.

Larisa senang mendengarnya, tapi rasa haru kemudian menyelimuti hati tak pernah ada seseorang yang memuji masakannya. Tidak keluarganya, tidak pula dengar Radit karena laki-laki itu tak pernah mau memakan masakan Larisa.

"Hei, kenapa kau menangis? Apa ada yang terasa sakit lagi?" tanya Denis sembari mengusap air mata yang jatuh di pipi sang istri.

Larisa menggelengkan kepala sambil menunduk, menyapu sisa air mata yang terus berjatuhan.

"Tak pernah ada yang memuji masakanku seperti dirimu. Aku hanya terharu, entah apakah masakanku benar-benar enak di lidahmu atau kau hanya ingin menghiburku? Aku tidak tahu," ungkap gadis itu sembari menggeleng sedih.

Mendengar hal itu, hati Denis sedikit tercubit. Merasa iba dengan kehidupan yang dijalani sang istri. Ia penasaran seperti apa kehidupan Larisa sebelum bertemu dengannya. Keluarga? Benar, Denis belum pernah bertemu dengan keluarga Larisa.

Ia merengkuh tubuh berguncang itu, menenangkannya.

"Jangan bersedih lagi. Mulai sekarang ada seseorang yang akan selalu menikmati masakanmu. Jangan berprasangka buruk, makanan yang kau buat memang benar-benar enak di lidahku. Aku tidak berbohong," sahut Denis dengan jujur apa adanya.

Larisa tersenyum, mengangkat kepala dengan cepat menatap Denis tak percaya.

"Benarkah?" tanyanya ragu.

"Argh!" Larisa mengusap-usap hidung ketika laki-laki itu mencubitnya.

Ia terkekeh dan berujar, "Tentu saja benar. Apa kau tidak memperhatikan setiap kali kita makan? Aku bahkan selalu menghabiskan makananku."

Larisa tersenyum, mengangguk percaya kemudian. Ia bersyukur pada akhirnya ada seseorang yang mau menerima dia apa adanya.

"Aku akan mengajak Haris untuk makan bersama, agar dia juga bisa merasakan betapa lezatnya masakan istriku," ucap Denis sedikit membungkukkan tubuh menggamit lembut dagu Larisa.

Gadis itu mengangguk antusias, memang sengaja dia memasak banyak berniat mengundang Haris untuk makan bersama.

"Istirahat, ya."

Larisa mengangguk patuh, menatap punggung Denis yang menjauh sambil terus tersenyum. Laki-laki itu menatap beberapa saat sebelum menutup pintu dan pergi ke meja makan.

Beruntung, Radit tidak merusak hidangan itu. Ia menghubungi Haris untuk segera turun ke kediaman barunya.

****

Sementara Radit kembali ke rumahnya dalam keadaan babak belur. Pengawal Denis meletakkan tubuh laki-laki itu di depan gerbang dan meninggalkannya begitu saja.

"Ugh!" Radit melenguh, sekujur tubuhnya terasa nyeri dan berdenyut. Bahkan, untuk meminta tolong saja ia tak memiliki tenaga.

Radit beringsut mendekati pagar besi kediamannya. Mencoba untuk membuat suara agar orang-orang di dalam rumah itu bisa mendengar.

Seseorang berlari menghampiri saat mendengar suara besi pagar dipukul-pukul. Dengan senter di tangan, ia mengarahkan cahaya itu pada sumber suara. Alangkah terkejutnya ia sampai-sampai tubuhnya mundur beberapa langkah saat melihat sosok dengan wajah yang tak dapat dikenali.

"Si-siapa kau?" tanyanya terbata.

"To-tolong aku!" lirih Radit terputus-putus karena tenaga yang sudah tak tersisa.

"Tuan Radit?" Petugas keamanan itu memastikan.

"Benar, i-ini aku," jawab Radit tersengal-sengal.

Buru-buru laki-laki berseragam itu membuka gerbang. Tak lupa memanggil rekannya untuk membawa tubuh Radit masuk ke dalam rumah.

"Tuan! Tuan!" teriak mereka saat memasuki rumah tersebut. Beruntung Indra dan seluruh keluarganya telah kembali dari rumah Kakek.

"Kenapa kalian berteriak! Apa yang terjadi?" tanya Indra malas, ia yang hendak beristirahat merasa terganggu dengan teriakan itu.

"Tuan! Saya tidak tahu apa yang terjadi. Saya menemukan Tuan Muda sudah dalam kondisi seperti ini," ucap salah satu dari mereka sembari menunjukkan Radit yang terbaring lemah di atas sofa.

Mendengar hal itu, Indra segera berlari menuruni anak tangga menghampiri anaknya yang dalam kondisi lemah tak berdaya.

"Radit? Kau kah? Apa yang terjadi padamu?" tanya Indra dengan rasa cemas yang tak bisa ia tutupi.

"A-ayah, ini aku," jawab Radit dengan napas tersengal dan sesak menghimpit rongga dada.

"Apa yang terjadi padamu?" jerit Indra frustasi melihat keadaan anaknya.

"De-denis ... semua ini karena di-dia." Terbata Radit mencoba mengatakan banyak hal, tapi tak mampu.

"Ada apa? Kenapa kau berteriak seperti itu?" Istri Indra menuruni anak tangga mendengar teriakan suaminya.

"Radit! Dia terluka," jawab Indra tanpa mengalihkan pandangan dari Radit.

Wanita itu terkejut dan berjalan cepat menghampiri.

"Radit? Anakku! Apa yang terjadi padamu?" jerit wanita itu histeris.

"De-denis ... De-denis ...." Hanya itu yang mampu diucapkan Radit.

1
Ochyie Aguztina
lanjut kak
Ochyie Aguztina: semngat kak 💪aku selalu suka dgn karyamu kak 🥰
Aisy Hilyah: terima kasih banyak
total 2 replies
Epijaya
bukanya nama istri Radit itu Mis?knp kn jadi Karin?penulis kok pelupa.
Aisy Hilyah: bukan lupa, itu emang saya ganti karena ingat tokoh saya yang lain bernama Mia juga beda karakter.
total 1 replies
Ochyie Aguztina
si radit modus mulu 🙄
Aisy Hilyah: betul yaaa
total 1 replies
Ochyie Aguztina
pasti si radit bikin drama bohong 🙄
Aisy Hilyah: sudah pasti bohong terus
total 1 replies
Ochyie Aguztina
kurang ajar si radit😬
Aisy Hilyah: emang harus diberi pelajaran
total 1 replies
Eti Yanto
mantulll lanjut kk othor
Aisy Hilyah: terima kasih banyak
total 1 replies
Eti Yanto
kk othor critanya bagus smoga makin banyak pembacanya ya kk othor
Aisy Hilyah: aamiin terima kasih banyak 🤗
total 1 replies
Joko berek
manisa bukan buah tapi sayur Larisa salah tingkah pikirannya jadi ngawur
Aisy Hilyah: masa depan gemilang
Joko berek: buat pedang besi karatan semangat berjuang demi....?😅
total 9 replies
Eti Yanto
smakin seru lanjut thor
Aisy Hilyah: terima kasih banyak
total 1 replies
Eti Yanto
Luar biasa
Aisy Hilyah: terima kasih banyak
total 1 replies
Eti Yanto
Biasa
Eti Yanto
kk othor ak baru nmu crita kk crita nya keren
Aisy Hilyah: Alhamdulillah terima kasih banyak
total 1 replies
Marzuki Azwar
Cerita nya bagus
Aisy Hilyah: Alhamdulillah terima kasih banyak
total 1 replies
Hafifah Hafifah
karna orang yg berkuasa itu adalah denis
Aisy Hilyah: betul
total 1 replies
Hafifah Hafifah
kasihan ya si nana maunya bahagia dengan cara instan eh malah apes
Aisy Hilyah: bener banget
total 1 replies
Hafifah Hafifah
wah g tau aja si nana lw suami larissa yg akan menjadi pewaris mahendra
Aisy Hilyah: haha mati kutu dia
total 1 replies
Hafifah Hafifah
berharap sidenis yg dateng
Aisy Hilyah: aamiin
total 1 replies
Hafifah Hafifah
radit yg menjebakmu dan bekerja sama dengan keluargamu
Aisy Hilyah: betul
total 1 replies
Hafifah Hafifah
yg salah kan siradit bukan larissa ngapain sih minta maaf
Aisy Hilyah: karena mereka orkay
total 1 replies
Hafifah Hafifah
kayaknya tuh makanan udah dicampurin obat deh
Aisy Hilyah: betul sekali
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!