Berlatar era Dinasti Shang Tiongkok.
Bermunculan beberapa Aliran Perguruan terkemuka, Aliran Tao, Aliran Giok Putih, dan Aliran Pedang Iblis. Ketiga Aliran bersaing dalam hal bela diri termasuk mendapatkan pengakuan sebagai Pelahap Dosa terkuat.
Wang Yi, seorang pemuda buta dari Aliran Tao yang terbuang dari keluarga. Takdir membawa dirinya menjadi seorang Pelahap Dosa atau Pemakan Dosa. Wang Yi memiliki tugas memakan dosa orang lain. Kutukanlah yang membawanya menjadi pemuda buta dan memakan dosa manusia lain. Akibat karma buruk dari kehidupan sebelumnya.
Bagaimanakah petualangan Wang Yi melawan makhluk misterius yang terbentuk dari tumpukan dosa? dan memecahkan misteri pembunuhan dari setiap perjalanannya?
Mampukah Wang Yi mematahkan kutukan dirinya sebagai Pelahap Dosa?
Yuk ikuti ceritanya😆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kara_Sorin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saling Bertarung
Pertempuran sengit terjadi antara Pendeta Shaosheng melawan wanita pengering mayat. Berakhir dengan robohnya Sang Pendeta dengan memuntahkan darah segar.
Shirong yang tak terima melihat Pendeta Shaosheng terluka menyerang dengan mengarahkan pukulan pada wanita pengering mayat. Namun berakhir dengan sebuah cekikan di lehernya.
"Ugghtt.. Ugghhh..." Shirong tak bisa bernafas.
Kakinya perlahan terangkat karena kekuatan wanita pengering mayat yang mampu mencekik hingga bisa mengangkat tubuh.
Petugas Yuen dan Petugas Chao berusaha membantu. Saat keduanya menyerang pedang milik wanita pengering mayat melesat dan membuat kedua petugas terlempar hingga menabrak pohon.
Duak!
"Hoek!" Kedua petugas muntah darah.
Shirong masih meronta supaya lepas. Namun wanita itu masih mencekiknya dengan kuat. Seulas senyum jahat tersungging dari balik cadarnya. Pendeta Shaosheng masih tergeletak akibat lukanya yang parah.
"Ha! Ha! Matilah kalian!" ucap wanita pengering mayat.
Tepat sebelum wanita pengering mayat mengakhiri semuanya. Sebuah pedang melesat ke arahnya. Membuat wanita pengering mayat terkesiap. Tanpa banyak berkata dia menangkis dengan pedang miliknya.
Trang!
Pedang lawan melesat kembali pada pemiliknya yang tak lain Fu Jia dari Aliran Pedang Iblis.
“Siapa lagi yang berani menggangguku?!” pekik wanita pengering mayat dengan jengkel.
Fu Jia melayang di udara, tangannya terentang dengan pedang hitam terhunus. Senyum seringai terpancar dari raut wajahnya.
“Jadi… kau adalah wanita pengering mayat dari Aliran Giok Putih? Sungguh memalukan! Aliran yang digadang-gadang sebagai Aliran kebajikan memiliki murid sesat sepertimu. Lebih baik matilah ditangan pedangku!” ucap Fu Jia sembari melesat ke arah wanita pengering mayat.
“Hyaat!!”
Trang!
Tring!
Kedua wanita itu beradu pedang. Saling serang dan menangkis dengan jurus yang dimiliki. Di sisi lain, Shirong menyeret tubuhnya mendekat pada Pendeta Shaosheng yang tak sadarkan diri. Menotok tubuh Pendeta tua itu. Lalu memasukkan pil ke mulut Pendeta Shaosheng. Meski Shirong merasakan sakit pada lehernya akibat cekikan wanita pengering mayat. Dia berusaha menyalurkan energi Qi-nya ke tubuh Pendeta Shaosheng. Untuk mengobati orang yang pernah menjadi kakak seperguruannya itu.
Kembali pada wanita pengering mayat dan Fu Jia. Keduanya beradu pedang. Jurus yang mereka gunakan sama-sama bertenaga. Fu Jia adalah petarung yang hebat, bertenaga dan penuh ambisi.
“Jurus Pedang Jian,” ucap Fu Jia menggunakan jurus dasar dari Aliran Pedang Iblis, sepertinya dia meremehkan lawan bertarungnya.
Jurus Pedang Fu Jia mirip seperti gerakan Burung Hong banyak gerakan memutar, menangkis dan menusuk. Gerakannya sangat bertenaga. Meski hanya menggunakan jurus dasar Aliran Pedang Iblis tetapi mampu membuat wanita pengering mayat keteteran.
Jurus pedang dari Aliran Pedang Iblis, tak bisa dianggap main-main, batin wanita pengering mayat.
Dia tak boleh lengah dan ingin cepat mengakhiri pertarungan ini, karena tak ingin berurusan dengan Aliran Pedang Iblis terlebih dahulu. Wanita pengering mayat harus bisa menyelesaikan misi utamanya.
Wanita pengering mayat memusatkan energi Qi pada pedangnya. Pedang miliknya diselimuti cahaya merah bercampur dengan hitam pekat. Lalu merengsak menyerang Fu Jia.
Trang!
Kedua pedang saling beradu. Menimbulkan suara dentingan yang cukup keras. Fu Jia mundur selangkah. Tatapannya sedikit terkesiap manakala melihat pedang hitamnya bergetar. Akibat benturan dengan energi pedang wanita pengering mayat. Dia tak bisa menggunakan jurus Pedang Jian lagi. Fu Jia harus menggunakan jurus pedang ke tingkat yang lebih tinggi.
Fu Jia memusatkan energi Qi pada pedang hitamnya.
“Jurus Pedang Iblis Zhanlu,” ucap Fu Jia.
Tak berselang lama, pedang miliknya diselimuti cahaya hitam pekat. Senyum seringai kembali menghiasi wajahnya.
“Matilah kau!” ucap Fu Jia. Jiwa membunuhnya semakin meronta.
Di seberang sana, wanita pengering mayat tak ingin kalah. Dia melesat bersamaan dengan Fu Jia. Keduanya menyabetkan pedang secara bersamaan. Cahaya merah bercampur hitam melesat berbenturan dengan cahaya hitam milik Fu Jia.
Duar!
Kedua energi pedang yang saling beradu menimbulkan benturan yang sangat keras. Membuat wanita pengering mayat terjungkal dan memuntahkan darah. Ilmunya masih rendah dibandingkan dengan Fu Jia.
Mengetahui wanita pengering mayat tersungkur. Fu Jia tertawa lepas. Seolah berada di atas angin. Jiwa membunuhnya kembali bangkit. Lantas secepat kilat melesat. Pedangnya siap menancap ke tubuh wanita pengering mayat dan….
“Jurus Naga Memerangkap Matahari,” ucap seseorang dengan lantang.
Sebuah kilatan cahaya berwarna kuning keemasan melesat ke arah Fu Jia.
Blam!
Tubuh Fu Jia terdorong hingga beberapa meter. Dia terguling-guling dengan luka bakar mengenai dadanya. Fu Jia hanya bisa mengaduh kesakitan.
Wanita pengering mayat terkesiap. Bola matanya bergulir ke arah datangnya kilatan cahaya. Tak berselang lama, seseorang dengan kornea mata berwarna putih dan rambut tergerai acak-acakan muncul. Tangannya digandeng seorang wanita nan cantik yang tak lain adalah Rong Rui dan melayang di udara menggunakan jurus meringankan tubuh.
“Gege!” pekik Shirong yang melihat pemuda itu tak lain Wang Yi.
“No…Nona Rong Rui,” ucap Petugas Yuen yang terpana ketika melihat Rong Rui berada tak jauh disana. Nafas penuh kelegaan keluar darinya. Selama beberapa hari ini, dia terus berharap Rong Rui bisa selamat.
...----------------...
Kilas Balik…
Wang Yi masih berkutat dengan energi yang saling bertabrakan dalam tubuhnya. Antara sadar dan tidak, kilasan ingatan terus bermunculan dalam benaknya. Hingga terdengar suara keras memaksanya membuka mata.
“Pendeta busuk! Sadarlah!” ucap seseorang yang tak lain Rong Rui.
Dia berusaha menetralkan energi dalam tubuh Wang Yi.
“Gyaaarthhh!” teriak Wang Yi.
Dia teringat ucapan Gurunya Pendeta Wu Wei. Tatkala masih remaja dahulu.
Yi’er… baik buruknya segala sesuatu di dunia, tergantung pandangan dan tindakan seseorang.
“Benar, tidak akan aku biarkan masa lalu kelam menghalangi jalanku di masa depan. Akan aku buktikan padamu Guruuu!!!” teriak Wang Yi dengan lantang.
Pada saat bersamaan, kedua energi yang bertabrakan saling berpadu. Tak lagi bertentangan berkat tekad kuat Wang Yi. Kini, dia menyadari karma buruknya dikehidupan ini. Akibat dosa di masa lalu. Sekarang saatnya, menebus segala dosa yang pernah diperbuatnya. Secara perlahan energi yang berada dalam tubuh Wang Yi mulai menyatu dengan jiwanya.
Rong Rui merasa kewalahan, karena energinya terkuras habis. Tubuhnya terkulai lemah dan melayang terjun bebas ke bawah. Disaat bersamaan Wang Yi tersadar dan segera meraih tubuh Rong Rui supaya tidak menghantam tanah. Tubuh gadis itu berada dalam pelukannya sekarang.
“Ha!Ha! meski bukan kau yang sebenarnya ingin aku wariskan jurusku. Tetapi tidak mengecewakan, kau berhasil mengatasi energi besar dan menyatu dengan tubuhmu,” suara Biksu Sesat Song terkekeh begitu bangga.
Tepat disaat itu, getaran dinding bebatuan semakin kencang. Wang Yi bergegas keluar dari tempat itu sebelum runtuh.
“Hei! Bocah tengik! Jangan tinggalkan aku!” teriak Biksu Song.
Namun teriakan Biksu Song tak diindahkan. Wang Yi melesat menembus bebatuan yang mulai berjatuhan dengan cepat. Meninggalkan Biksu Song terkurang di tempatnya.
Kilas balik selesai...
Rong Rui dan Wang Yi menjejakkan kakinya ke tanah.
“Wanita mana yang berani menggunakan nama Aliran Giok Putih?!” hardik Rong Rui sembari menatap ke arah wanita pengering mayat dan Fu Jia bergantian.
Fu Jia yang terluka cukup para berusaha bangkit. Begitu juga dengan wanita pengering mayat. Ketiga wanita itu saling melempar tatapan waspada.
Siapa? Siapa yang memiliki kekuatan hebat tadi? tanya Fu Jia dalam hati diiringi tatapan ke arah Rong Rui maupun Wang Yi.
Jika harus melawan mereka semua. Aku pasti akan kalah, ucap wanita pengering mayat dalam hati.
Rong Rui bersikap waspada. Tangannya siap menghunuskan pedang dan…
Whush!
Fu Jia maupun wanita pengering mayat bergegas kabur dari tempat itu.
“Jangan lari kalian! dasar pengecut!” teriak Rong Rui hendak mengejar.
Saat gadis itu hendak melangkah. Tiba-tiba seseorang memeluknya dengan erat.
“No… Nona Rong Rui, baguslah kau selamat,” ucap seseorang yang tak lain Petugas Yuen.
Wang Yi yang berada di sana hanya diam dan mendengarkan, sampai suara Shirong menyadarkannya.
“Gege! Pendeta Shaosheng muntah darah lagi!” pekik Shirong.
Wang Yi tersadar sembari meraba-raba langkahnya. Dia berjalan menuju sumber suara. Luka Pendeta Shaosheng cukup parah. Akankah Si Pendeta mampu bertahan?